Industrialisasi Kunci Sukses Ekonomi Pancasila

Selasa, 27 September 2022 - 11:22 WIB
loading...
A A A
Mengapa demikian? Karena Industri Jepang cenderung memilih kualitas pembangunan manusia lebih tinggi dan stabilitas angkatan kerja ketimbang upah yang lebih rendah (Guzman, 2015). Mewariskan Kesejahteraan Ideologi pembangunan bangsa tidak perlu dikorbankan demi pertumbuhan ekonomi. Justru sebaliknya, keduanya dapat berjalan beriringan melalui upaya revitalisasi industri manufaktur.

Beberapa upaya dapat diperhatikan untuk meningkatkan kapasitas sektor manufaktur kita. Pertama, diperlukan paket kebijakan yang komprehensif hulu ke hilir. Yang juga mempertimbangkan siklus inovasi, yang dimulai dari riset, pengembangan awal teknologi, hingga produksi. Diperlukan insentif fiskal untuk R&D sebagai mekanisme de-risking (Mazzucato, 2011). Kemudian adanya bantuan pembiayaan untuk scale up bagi swasta yang ada di industri, termasuk untuk berkompetisi di pasar global.

Belajar dari Korea Selatan, bentuk disiplin ekspor ini akan mendorong perusahaan meningkatkan kualitas produknya demi bersaing di pasar, dan kelak produktivitas meningkat (Hahn & Choi, 2020). Strategi komprehensif ini juga melibatkan sektor finansial, terutama perbankan yang dimiliki oleh pemerintah. Penyaluran kredit murah alias window guidance kepada manufaktur yang berusaha scale up di pasar global perlu dipertimbangkan.

Dengan fokus utama pada akuisisi dan difusi teknologi di pasar domestik. Kesuksesan kebijakan-kebijakan ini bergantung pada bagaimana relasi antar pemerintah dan swasta. Selain menciptakan iklim usaha yang kondusif dan meminimalisasi risiko berusaha, tingkat kompetitif antara perusahaan domestik perlu dijaga.

Mendukung industri dalam negeri merupakan bukti patriotisme. Akan tetapi, perlu ada cara lebih baik untuk mengekspresikan patriotisme apabila tidak sesuai dengan bukti yang ada.

Perlu ada cara lebih baik dalam mengekspresikan nasionalisme, dan diperlukan bukti ilmiah untuk benar-benar mengekspresikannya secara tepat. Kebijakan patriotistik seperti tarif proteksi barang input mungkin terlihat populer secara politik. Secara prinsip, kebijakan ini bertujuan agar perusahaan dalam negeri cukup menggunakan barang dalam negeri dalam produksinya. Akan tetapi, perusahaan tidak serta merta mensubtitusi barang input impornya ke domestik ketika tarif diberlakukan. Begitulah menurut studi Nursamsu & Narjoko (2019).

Penerapan tarif menyulitkan perusahaan dalam negeri untuk produksi dan menurunkan nilai tambah. Terakhir, fokus pada kesempatan atau opportunity yang ada di masa depan. Dengan tetap mempertimbangkan keunggulan komparatif yang Indonesia miliki.

Sektor manufaktur secara global terus berubah, selalu diperlukan jaringan baru dalam rantai nilai pasokan, dan berpatokan pada kesempatan yang ada di masa depan, meningkatkan potensi sukses yang berkelanjutan. Pengembangan mobil listrik atau sektor energi terbarukan, merupakan upaya yang baik untuk dipertahankan.

Baca Juga: koran-sindo.com

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1845 seconds (0.1#10.140)