LSI Denny JA Sebut Mayoritas Prediksi Hasil Riset soal Corona Terbukti
loading...
A
A
A
JAKARTA - LSI Denny JA menyebut sejumlah hasil riset yang dilakukan terkait virus Corona (Covid-19) terbukti kebenarannya. Salah satunya bahwa 2-3 minggu setelah Lebaran pada Juni 2020, masyarakat akan kembali bekerja di luar rumah secara bertahap dengan tetap mematuhi protokol kesehatan sampai vaksin ditemukan. Prediksi ilmiah ini disampaikan pada April 2020.
Awalnya prediksi itu disampaikan lewat Youtube. Hanya dalam waktu dua- tiga hari, video Youtube itu dilihat lebih dari seratus ribu view. Beberapa stasiun TV ikut memutar dan mendiskusikannya.
"Kepada teman-teman LSI, saya katakan. Ini era kita masih dilarang berkumpul. Tapi kita menolak hanya berdiam diri berpangku tangan di rumah. Kita peneliti. Di era lockdown, PSBB, kita tetap seorang peneliti. Seorang peneliti tak boleh henti meneliti," ujar Denny JA, Pendiri LSI Denny JA dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/7/2020).
Denny mengakui dalam masa yang belum normal segala hal dilakukan dengan penuh keterbatasan. Misalnya konferensi pers yang tidak dilakukan dengan tatap muka langsung.
"Survei tatap muka secara nasional juga terbentur oleh PSBB. Tapi selalu ada solusi bagi yang mencari. Banyak data riset di luar sana yang bisa kita olah. Publik perlu kita berikan info segar berbasikan riset. Apalagi jika itu berita gembira," katanya.
Trend data kasus terpapar virus corona yang disampaikan Gugus Tugas, juga data Worldometer, dan Singapore University of Technologi and Design, menunjukkan puncak pandemik akan terlampaui. "Basis data sudah cukup untuk sebuah prediksi," tuturnya.
Prediksi LSI Denny JA, pada Mei 2020, psikologi publik mulai menurun. Umumnya mereka jenuh karena sudah berminggu terkurung di rumah. Tabungan ekonomi juga menipis. Penghasilan berkurang bahkan terhenti.
"Kekhawatiran terpapar virus corona sangat tinggi. Kekhawatiran terkena virus ekonomi, sulit memenuhi kebutuhan hidup juga tinggi. Ketidak pastian hidup memuncak," ungkapnya. ( )
Prediksi LSI Denny JA bahwa pada Juni masyarakat akan bekerja kembali, memberikan angin segar. Prediksi tersebut memberikan kepastian dan membawa harapan karena prediksi ini berbasis riset. "Prediksi Denny JA itu menjadi viral karena sesuai dengan harapan publik," katanya.
Menurut Denny, umumnya ilmu sosial hanya menjelaskan fenomena sosial. Namun untuk kasus tertentu, ilmu sosial seperti ilmu alam, juga digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi.
"LSI tercatat berhasil memprediksi pemenang pilpres sebulan sebelumnya, selama empat kali pilres (2004, 2009, 2014, 2019)," sebut Denny.
Dia mengatakan, memprediksi aneka isu pandemik virus corona merupakan sebuah tantangan karena ini merupakan peristiwa yang mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup.
"Sepanjang era pandemik, LSI Denny JA mengambil peran tak biasa. Selama era pandemik April- Juni 2020, sudah lima kali LSI melakukan konferensi pers hasil riset. Setidaknya sudah lima prediksi yang dibuat," katanya.
Pertama adalah prediksi bahwa publik akan mulai bekerja lagi secara bertahap pada Juni 2020. Kedua, prediksi 99% masalah virus corona selesai pada Juni 2020 di Indonesia. Prediksi ini dibuat berdasarkan modeling. Dengan asumsi aturan protokol dipatuhi. Jika asumsi tak dipenuhi, dengan sendirinya, prediksi terganggu.
LSI Denny JA kemudian meriset penyelenggaraan PSBB di aneka wilayah. Temuannya, PSBB tak berefek maksimal. LSI menyatakan pelaksanaan PSBB tak ada yang masuk kategori memuaskan. Banyak publik tak mematuhi PSBB.
Ketiga, prediksi 99% masalah vaksin teratasi sebelum vaksin ditemukan. Di era itu memang akan tetap terjadi penularan virus corona. Namun virus corona tak lagi signifikan mengganggu ruang publik.
Keempat, prediksi ketika vaksin ditemukan, masalah virus corona akan tetap ada. Namun efeknya hanya seperti flu biasa. Ia tak lagi mematikan. Itu akan terjadi sekitar Juni 2021.
Kelima, prediksi akibat kecemasan publik atas isu ekonomi yang melampaui kecemasan publik atas isu terpapar virus corona. Akibatnya, tingkat kontrol penyebaran virus corona akan dialihkan ke tingkat yg lebih rendah, misalnya RT, RW, kelurahan, dan lainnya.
"Apa yang terjadi dengan lima prediksi LSI itu untuk virus Corona? Mayoritas prediksinya itu relatif akurat. Jika ada prediksi yang tak terjadi itu karena asumsi modelnya tak dipenuhi," katanya.
Pertama, kata Denny, benar pada Juni 2020 secara bertahap publik mulai kerja lagi. Langkah ini bakan diawali oleh BUMN.
Di Jakarta, mulai 5 Juni 2020 rumah ibadah dibuka. Berikutnya area publik lain mengikuti, mulai dari kantor hingga mal dan resto. LSI Denny JA mencatat 158 wilayah di lima pulau besar bisa bekerja pada Juni 2020.
Kedua, pada Juni 2020 memang terjadi turunnya virus Corona secara signfikan. Zona merah dari 108 wilayah menurun menjadi 57 wilayah.
"Tapi yang terpapar virus Corona masih banyak setelah Juni berakhir. Pun soal ini, prediksi LSI Denny JA tak bisa dianggap salah. Kepatuhan pada PSBB dan protokol kesehatan yang disyaratkan untuk modeling prediksi itu dilanggar," ungkapnya.
Hal tersebut, kata Denny JA, memang sejak awal sudah diperhitungkan. Yang akan diprediksi adalah peristiwa sosial, bukan peristiwa alam. "Banyak hal tak terduga bisa terjadi. Prediksi yang bertanggung jawab harus menyertakan asumsi dan disclaimer. LSI Denny JA juga mempublikasikan asumsi dan disclaimer menyertai prediksi," tuturnya.
Ketiga, prediksi 99% virus Corona bisa diatasi sebelum virus corona ditemukan juga terbukti. Prediksi ini terjadi di beberapa negara. Antara lain Selandia Baru, Vietnam, Taiwan, Iceland dan lainnya. Kisah negara sukses ini menjadi pelajaran negara lain.
"Keempat, prediksi vaksin virus Corona akan ditemukan sebelum Juni 2021 besar kemungkian juga akurat. Bahkan Indonesia pun ikut mencari vaksin yang hampir membuahkan hasil. Lembaga di luar negeri apalagi berlomba menemukan virus. Banyak yang optimistis," katanya.
Kelima, prediksi karena kesulitan ekonomi, aneka pembatasan sosial akan fokuskan kepada tingkat wilayah yang lebih rendah seperti RT/Rw, juga besar kemungkinan terjadi. "Terlalu besar biaya ekonomi jika kembali diberlakukan pembatasan sosial berskala provinsi," tuturnya.
Dari lima prediksi itu, menurut Denny, mayoritas sudah dan akan terlaksana. "Tapi ini bukan karena akurasi. Bukan karena prediksi umumnya terlaksana. Spirit itu yang menggairahkan. Seorang peneliti tak boleh henti meneliti. Seorang entrepreneur tak boleh diam," katanya.
Menurut Denny JA, ketika masyarakat terpuruk maka yang perlu dilakukan adalah mencari solusi dan proaktif. "Berikan berita gembira. Tularkan harapan, tentu yang berdasarkan hasil riset. Spirit Ini yang berharga untuk terus ditumbuh-tumbuhkan," tuturnya.
Awalnya prediksi itu disampaikan lewat Youtube. Hanya dalam waktu dua- tiga hari, video Youtube itu dilihat lebih dari seratus ribu view. Beberapa stasiun TV ikut memutar dan mendiskusikannya.
"Kepada teman-teman LSI, saya katakan. Ini era kita masih dilarang berkumpul. Tapi kita menolak hanya berdiam diri berpangku tangan di rumah. Kita peneliti. Di era lockdown, PSBB, kita tetap seorang peneliti. Seorang peneliti tak boleh henti meneliti," ujar Denny JA, Pendiri LSI Denny JA dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/7/2020).
Denny mengakui dalam masa yang belum normal segala hal dilakukan dengan penuh keterbatasan. Misalnya konferensi pers yang tidak dilakukan dengan tatap muka langsung.
"Survei tatap muka secara nasional juga terbentur oleh PSBB. Tapi selalu ada solusi bagi yang mencari. Banyak data riset di luar sana yang bisa kita olah. Publik perlu kita berikan info segar berbasikan riset. Apalagi jika itu berita gembira," katanya.
Trend data kasus terpapar virus corona yang disampaikan Gugus Tugas, juga data Worldometer, dan Singapore University of Technologi and Design, menunjukkan puncak pandemik akan terlampaui. "Basis data sudah cukup untuk sebuah prediksi," tuturnya.
Prediksi LSI Denny JA, pada Mei 2020, psikologi publik mulai menurun. Umumnya mereka jenuh karena sudah berminggu terkurung di rumah. Tabungan ekonomi juga menipis. Penghasilan berkurang bahkan terhenti.
"Kekhawatiran terpapar virus corona sangat tinggi. Kekhawatiran terkena virus ekonomi, sulit memenuhi kebutuhan hidup juga tinggi. Ketidak pastian hidup memuncak," ungkapnya. ( )
Prediksi LSI Denny JA bahwa pada Juni masyarakat akan bekerja kembali, memberikan angin segar. Prediksi tersebut memberikan kepastian dan membawa harapan karena prediksi ini berbasis riset. "Prediksi Denny JA itu menjadi viral karena sesuai dengan harapan publik," katanya.
Menurut Denny, umumnya ilmu sosial hanya menjelaskan fenomena sosial. Namun untuk kasus tertentu, ilmu sosial seperti ilmu alam, juga digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi.
"LSI tercatat berhasil memprediksi pemenang pilpres sebulan sebelumnya, selama empat kali pilres (2004, 2009, 2014, 2019)," sebut Denny.
Dia mengatakan, memprediksi aneka isu pandemik virus corona merupakan sebuah tantangan karena ini merupakan peristiwa yang mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup.
"Sepanjang era pandemik, LSI Denny JA mengambil peran tak biasa. Selama era pandemik April- Juni 2020, sudah lima kali LSI melakukan konferensi pers hasil riset. Setidaknya sudah lima prediksi yang dibuat," katanya.
Pertama adalah prediksi bahwa publik akan mulai bekerja lagi secara bertahap pada Juni 2020. Kedua, prediksi 99% masalah virus corona selesai pada Juni 2020 di Indonesia. Prediksi ini dibuat berdasarkan modeling. Dengan asumsi aturan protokol dipatuhi. Jika asumsi tak dipenuhi, dengan sendirinya, prediksi terganggu.
LSI Denny JA kemudian meriset penyelenggaraan PSBB di aneka wilayah. Temuannya, PSBB tak berefek maksimal. LSI menyatakan pelaksanaan PSBB tak ada yang masuk kategori memuaskan. Banyak publik tak mematuhi PSBB.
Ketiga, prediksi 99% masalah vaksin teratasi sebelum vaksin ditemukan. Di era itu memang akan tetap terjadi penularan virus corona. Namun virus corona tak lagi signifikan mengganggu ruang publik.
Keempat, prediksi ketika vaksin ditemukan, masalah virus corona akan tetap ada. Namun efeknya hanya seperti flu biasa. Ia tak lagi mematikan. Itu akan terjadi sekitar Juni 2021.
Kelima, prediksi akibat kecemasan publik atas isu ekonomi yang melampaui kecemasan publik atas isu terpapar virus corona. Akibatnya, tingkat kontrol penyebaran virus corona akan dialihkan ke tingkat yg lebih rendah, misalnya RT, RW, kelurahan, dan lainnya.
"Apa yang terjadi dengan lima prediksi LSI itu untuk virus Corona? Mayoritas prediksinya itu relatif akurat. Jika ada prediksi yang tak terjadi itu karena asumsi modelnya tak dipenuhi," katanya.
Pertama, kata Denny, benar pada Juni 2020 secara bertahap publik mulai kerja lagi. Langkah ini bakan diawali oleh BUMN.
Di Jakarta, mulai 5 Juni 2020 rumah ibadah dibuka. Berikutnya area publik lain mengikuti, mulai dari kantor hingga mal dan resto. LSI Denny JA mencatat 158 wilayah di lima pulau besar bisa bekerja pada Juni 2020.
Kedua, pada Juni 2020 memang terjadi turunnya virus Corona secara signfikan. Zona merah dari 108 wilayah menurun menjadi 57 wilayah.
"Tapi yang terpapar virus Corona masih banyak setelah Juni berakhir. Pun soal ini, prediksi LSI Denny JA tak bisa dianggap salah. Kepatuhan pada PSBB dan protokol kesehatan yang disyaratkan untuk modeling prediksi itu dilanggar," ungkapnya.
Hal tersebut, kata Denny JA, memang sejak awal sudah diperhitungkan. Yang akan diprediksi adalah peristiwa sosial, bukan peristiwa alam. "Banyak hal tak terduga bisa terjadi. Prediksi yang bertanggung jawab harus menyertakan asumsi dan disclaimer. LSI Denny JA juga mempublikasikan asumsi dan disclaimer menyertai prediksi," tuturnya.
Ketiga, prediksi 99% virus Corona bisa diatasi sebelum virus corona ditemukan juga terbukti. Prediksi ini terjadi di beberapa negara. Antara lain Selandia Baru, Vietnam, Taiwan, Iceland dan lainnya. Kisah negara sukses ini menjadi pelajaran negara lain.
"Keempat, prediksi vaksin virus Corona akan ditemukan sebelum Juni 2021 besar kemungkian juga akurat. Bahkan Indonesia pun ikut mencari vaksin yang hampir membuahkan hasil. Lembaga di luar negeri apalagi berlomba menemukan virus. Banyak yang optimistis," katanya.
Kelima, prediksi karena kesulitan ekonomi, aneka pembatasan sosial akan fokuskan kepada tingkat wilayah yang lebih rendah seperti RT/Rw, juga besar kemungkinan terjadi. "Terlalu besar biaya ekonomi jika kembali diberlakukan pembatasan sosial berskala provinsi," tuturnya.
Dari lima prediksi itu, menurut Denny, mayoritas sudah dan akan terlaksana. "Tapi ini bukan karena akurasi. Bukan karena prediksi umumnya terlaksana. Spirit itu yang menggairahkan. Seorang peneliti tak boleh henti meneliti. Seorang entrepreneur tak boleh diam," katanya.
Menurut Denny JA, ketika masyarakat terpuruk maka yang perlu dilakukan adalah mencari solusi dan proaktif. "Berikan berita gembira. Tularkan harapan, tentu yang berdasarkan hasil riset. Spirit Ini yang berharga untuk terus ditumbuh-tumbuhkan," tuturnya.
(dam)