3 Kisah Kejujuran Jenderal Hoegeng yang Menyentuh Hati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jenderal Hoegeng merupakan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) yang ke-5. Dalam riwayatnya, pria kelahiran 14 Oktober 1921 ini dikenal sebagai sosok polisi yang jujur dan memiliki karakter mulia.
Sepanjang kehidupannya, Jenderal Hoegeng memiliki sederet kisah tentang kejujurannya yang menyentuh hati. Berikut beberapa di antaranya :
Baca juga : Megawati: Polisi Terbaik Hanya Kapolri Jenderal Hoegeng
1. Tolak Mobil Dinas untuk Keluarga
Dikenal sebagai sosok yang sederhana, Jenderal Hoegeng pernah menolak pemberian mobil dinas. Singkat cerita, kala itu Hoegeng menjabat sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet.
Status tersebut membuatnya mendapatkan jatah dua mobil, yaitu mobil untuk dinas sebagai menteri dan mobil untuk keluarga. Kemudian, setelah menjadi Wakapolri, dia kembali ditawari mobil dinas jenis Holden keluaran terbaru yang diperuntukan bagi keluarganya.
Jenderal Hoegeng pun kembali menolaknya. Alasannya karena dia memiliki dua mobil dinas, yaitu jenis Jeep Willis dari Kepolisian dan mobil dinas sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet periode Maret 1966-Juli 1966.
"Hoegeng mau simpan di mana lagi ini, Mas Dharto? Hoegeng tak punya garasi lagi?" ucap Hoegeng saat beralasan ketika sekretarisnya saat itu, Soedharto Martopoespito memberitahukan soal jatah mobil dinas untuk keluarganya, dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Namun, karena tetap harus diambil sesuai ketentuan Sekretariat Negara, Jenderal Hoegeng akhirnya mengalah. "Ya sudah, tetapi tolong disimpan di rumah Mas Dharto saja ya, suatu saat Hoegeng perlu, Hoegeng akan pinjam saja," kata Hoegeng.
2. Menolak Rayuan Pengusaha Cantik
Dalam kariernya, Jenderal Hoegeng diketahui sering mengalami godaan suap. Salah satunya berasal dari seorang pengusaha cantik yang terlibat kasus penyelundupan. Saat itu, wanita tersebut mencoba merayunya agar kasus tersebut tidak dilanjutkan ke pengadilan.
Selain rayuan, pengusaha cantik tersebut juga mengirim berbagai hadiah mewah ke tempatnya. Dalam hal ini, tentu saja Hoegeng menolaknya mentah-mentah dan mengembalikannya.
Hoegeng pun sempat heran karena banyak koleganya di kepolisian dan kejaksaan memintanya untuk melepaskan pengusaha cantik itu. Dia semakin bingung lantaran mengapa begitu banyak pejabat yang berusaha menolong pengusaha wanita yang terlibat kasus tersebut.
Baca juga : Sosok Teladan, Jenderal Hoegeng Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional
3. Membuang Barang Mewah Pemberian Bandar Judi
Pada 1956, Jenderal Hoegeng ditugaskan ke Medan, Sumatera Utara. Kala itu, kondisi Medan cukup banyak kasus kejahatan yang merajalela. Tugasnya pun cukup berat, karena aparat di sana telah banyak dibuat tak berkutik dengan godaan suap seperti uang, barang mewah, atau wanita sekalipun.
Cerita soal intrik para bandar judi benar-benar terbukti. Saat Hoegeng baru mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya dan mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng sebagai hadiah dari para pengusaha.
Jenderal Hoegeng menolaknya dengan halus dan lebih memilih tinggal di Hotel De Boer sembari menunggu sampai rumah dinasnya tersedia. Saat rumah dinasnya siap ditempati, Hoegeng terkejut karena rumah tersebut sudah penuh dengan barang-barang mewah.
Terdapat kulkas, piano, hingga sofa mahal yang kala itu bahkan belum ada di rumah pejabat sekelas menteri. Usut punya usut, ternyata barang tersebut merupakan pemberian dari para bandar judi.
Mengetahui hal ini, Hoegeng langsung meminta agar barang-barang mewah itu dikeluarkan dari rumahnya. Hingga waktu yang ditentukan, utusan bandar judi itu tidak juga memindahkan barang-barang mewah tersebut. Hoegeng memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya diletakkan begitu saja di depan rumah.
Sepanjang kehidupannya, Jenderal Hoegeng memiliki sederet kisah tentang kejujurannya yang menyentuh hati. Berikut beberapa di antaranya :
Baca juga : Megawati: Polisi Terbaik Hanya Kapolri Jenderal Hoegeng
1. Tolak Mobil Dinas untuk Keluarga
Dikenal sebagai sosok yang sederhana, Jenderal Hoegeng pernah menolak pemberian mobil dinas. Singkat cerita, kala itu Hoegeng menjabat sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet.
Status tersebut membuatnya mendapatkan jatah dua mobil, yaitu mobil untuk dinas sebagai menteri dan mobil untuk keluarga. Kemudian, setelah menjadi Wakapolri, dia kembali ditawari mobil dinas jenis Holden keluaran terbaru yang diperuntukan bagi keluarganya.
Jenderal Hoegeng pun kembali menolaknya. Alasannya karena dia memiliki dua mobil dinas, yaitu jenis Jeep Willis dari Kepolisian dan mobil dinas sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet periode Maret 1966-Juli 1966.
"Hoegeng mau simpan di mana lagi ini, Mas Dharto? Hoegeng tak punya garasi lagi?" ucap Hoegeng saat beralasan ketika sekretarisnya saat itu, Soedharto Martopoespito memberitahukan soal jatah mobil dinas untuk keluarganya, dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.
Namun, karena tetap harus diambil sesuai ketentuan Sekretariat Negara, Jenderal Hoegeng akhirnya mengalah. "Ya sudah, tetapi tolong disimpan di rumah Mas Dharto saja ya, suatu saat Hoegeng perlu, Hoegeng akan pinjam saja," kata Hoegeng.
2. Menolak Rayuan Pengusaha Cantik
Dalam kariernya, Jenderal Hoegeng diketahui sering mengalami godaan suap. Salah satunya berasal dari seorang pengusaha cantik yang terlibat kasus penyelundupan. Saat itu, wanita tersebut mencoba merayunya agar kasus tersebut tidak dilanjutkan ke pengadilan.
Selain rayuan, pengusaha cantik tersebut juga mengirim berbagai hadiah mewah ke tempatnya. Dalam hal ini, tentu saja Hoegeng menolaknya mentah-mentah dan mengembalikannya.
Hoegeng pun sempat heran karena banyak koleganya di kepolisian dan kejaksaan memintanya untuk melepaskan pengusaha cantik itu. Dia semakin bingung lantaran mengapa begitu banyak pejabat yang berusaha menolong pengusaha wanita yang terlibat kasus tersebut.
Baca juga : Sosok Teladan, Jenderal Hoegeng Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional
3. Membuang Barang Mewah Pemberian Bandar Judi
Pada 1956, Jenderal Hoegeng ditugaskan ke Medan, Sumatera Utara. Kala itu, kondisi Medan cukup banyak kasus kejahatan yang merajalela. Tugasnya pun cukup berat, karena aparat di sana telah banyak dibuat tak berkutik dengan godaan suap seperti uang, barang mewah, atau wanita sekalipun.
Cerita soal intrik para bandar judi benar-benar terbukti. Saat Hoegeng baru mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya dan mengatakan sudah ada mobil dan rumah untuk Hoegeng sebagai hadiah dari para pengusaha.
Jenderal Hoegeng menolaknya dengan halus dan lebih memilih tinggal di Hotel De Boer sembari menunggu sampai rumah dinasnya tersedia. Saat rumah dinasnya siap ditempati, Hoegeng terkejut karena rumah tersebut sudah penuh dengan barang-barang mewah.
Terdapat kulkas, piano, hingga sofa mahal yang kala itu bahkan belum ada di rumah pejabat sekelas menteri. Usut punya usut, ternyata barang tersebut merupakan pemberian dari para bandar judi.
Mengetahui hal ini, Hoegeng langsung meminta agar barang-barang mewah itu dikeluarkan dari rumahnya. Hingga waktu yang ditentukan, utusan bandar judi itu tidak juga memindahkan barang-barang mewah tersebut. Hoegeng memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya diletakkan begitu saja di depan rumah.
(bim)