Mengenal Angkatan Kelima, Gagasan PKI yang Ditentang TNI AD
loading...
A
A
A
JAKARTA - Istilah Angkatan Kelima mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Dalam riwayatnya, gagasan Angkatan Kelima ini diduga menjadi salah satu penyebab utama munculnya pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965.
Peristiwa G30S PKI ini menjadi salah satu sejarah kelam bagi bangsa Indonesia. Dalam satu hari yang sama, beberapa Jenderal Angkatan Darat diculik dan dibunuh oleh gerakan tersebut.
Baca juga : Kebangkitan PKI: Kenyataan atau Ilusi
Adapun korban penculikan tersebut adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S.Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo, Brigjen M.T Haryono, dan Lettu Pierre Tendean.
Dalam peristiwa ini, timbul pertanyaan mengenai alasan PKI yang menyasar para Jenderal di Angkatan Darat dalam aksinya. Dalam berbagai literatur yang dijumpai, sebagian menghubungkannya dengan riwayat konflik antara Angkatan Darat (AD) dengan PKI sendiri, termasuk munculnya gagasan Angkatan Kelima.
Dikutip dari jurnal berjudul Perkembangan Politik Partai Komunis Indonesia (1948-1965) karya Runalan Soedarmo dan Ginanjar, Angkatan Kelima merupakan usulan PKI dalam upayanya menguasai pemerintah.
Sebelumnya, ada Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian. Angkatan Kelima ini ditujukan sebagai unsur baru pertahanan keamanan Republik Indonesia oleh PKI sendiri.
Nantinya, Angkatan Kelima ini akan diisi oleh kalangan buruh dan petani yang dipersenjatai dan mendapat pelatihan militer. Pada perkembangannya, usulan tersebut ditolak oleh pihak Angkatan Darat.
Namun, dalam kesempatan ini Aidit disebut sudah mendapat persetujuan Soekarno secara diam-diam yang kemudian digunakan untuk meraih keuntungan organisasinya.
Selain itu, ada juga yang menyebut bahwa gagasan Angkatan Kelima ini berkaitan dengan tawaran PM Chou En Lai berupa sumbangan 100 ribu pucuk senjata kepada Soekarno saat berkunjung ke Shanghai.
Baca juga : 10 Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman G30S/PKI
Gagasan mengenai pembentukan Angkatan Kelima terus bergulir. Pada 31 Mei 1965, Soekarno membicarakan terkait tawaran Zhoe untuk mempersenjatai rakyat dan memerintahkan keempat Angkatan Bersenjata mengajukan rencana pelaksanaannya.
Menyikapi hal ini, Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani menyebut bahwa Presiden berhak mengambil keputusan, sedangkan Panglima Angkatan Udara Marsekal Omar Dhani dan Panglima Angkatan Laut Laksamana R. Eddy Martadinata menyatakan dukungan terhadap usulan tersebut.
Kemunculan gagasan pembentukan Angkatan Kelima ini secara tidak langsung memperkeruh konflik antara Angkatan Darat dan PKI. Keadaan semakin diperburuk dengan munculnya serangan terbuka kepada elit di tubuh Angkatan Darat yang berkaitan dengan gaya hidup kemewah-mewahan serta sikap reaksioner yang ditunjukan.
Ketegangan semakin menjadi ketika muncul isu Dewan Jenderal yang disinyalir ditujukan untuk merusak citra TNI AD di muka pemerintah dan rakyat Indonesia. Selain itu, muncul juga isu Dokumen Gilchrist yang semakin memperburuk keadaan.
Lihat Juga: Apa Saja Usaha yang Dilakukan untuk Menumpas Pemberontakan PRRI Permesta? Ini 6 Operasinya
Peristiwa G30S PKI ini menjadi salah satu sejarah kelam bagi bangsa Indonesia. Dalam satu hari yang sama, beberapa Jenderal Angkatan Darat diculik dan dibunuh oleh gerakan tersebut.
Baca juga : Kebangkitan PKI: Kenyataan atau Ilusi
Adapun korban penculikan tersebut adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S.Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo, Brigjen M.T Haryono, dan Lettu Pierre Tendean.
Dalam peristiwa ini, timbul pertanyaan mengenai alasan PKI yang menyasar para Jenderal di Angkatan Darat dalam aksinya. Dalam berbagai literatur yang dijumpai, sebagian menghubungkannya dengan riwayat konflik antara Angkatan Darat (AD) dengan PKI sendiri, termasuk munculnya gagasan Angkatan Kelima.
Dikutip dari jurnal berjudul Perkembangan Politik Partai Komunis Indonesia (1948-1965) karya Runalan Soedarmo dan Ginanjar, Angkatan Kelima merupakan usulan PKI dalam upayanya menguasai pemerintah.
Sebelumnya, ada Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian. Angkatan Kelima ini ditujukan sebagai unsur baru pertahanan keamanan Republik Indonesia oleh PKI sendiri.
Nantinya, Angkatan Kelima ini akan diisi oleh kalangan buruh dan petani yang dipersenjatai dan mendapat pelatihan militer. Pada perkembangannya, usulan tersebut ditolak oleh pihak Angkatan Darat.
Namun, dalam kesempatan ini Aidit disebut sudah mendapat persetujuan Soekarno secara diam-diam yang kemudian digunakan untuk meraih keuntungan organisasinya.
Selain itu, ada juga yang menyebut bahwa gagasan Angkatan Kelima ini berkaitan dengan tawaran PM Chou En Lai berupa sumbangan 100 ribu pucuk senjata kepada Soekarno saat berkunjung ke Shanghai.
Baca juga : 10 Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman G30S/PKI
Gagasan mengenai pembentukan Angkatan Kelima terus bergulir. Pada 31 Mei 1965, Soekarno membicarakan terkait tawaran Zhoe untuk mempersenjatai rakyat dan memerintahkan keempat Angkatan Bersenjata mengajukan rencana pelaksanaannya.
Menyikapi hal ini, Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani menyebut bahwa Presiden berhak mengambil keputusan, sedangkan Panglima Angkatan Udara Marsekal Omar Dhani dan Panglima Angkatan Laut Laksamana R. Eddy Martadinata menyatakan dukungan terhadap usulan tersebut.
Kemunculan gagasan pembentukan Angkatan Kelima ini secara tidak langsung memperkeruh konflik antara Angkatan Darat dan PKI. Keadaan semakin diperburuk dengan munculnya serangan terbuka kepada elit di tubuh Angkatan Darat yang berkaitan dengan gaya hidup kemewah-mewahan serta sikap reaksioner yang ditunjukan.
Ketegangan semakin menjadi ketika muncul isu Dewan Jenderal yang disinyalir ditujukan untuk merusak citra TNI AD di muka pemerintah dan rakyat Indonesia. Selain itu, muncul juga isu Dokumen Gilchrist yang semakin memperburuk keadaan.
Lihat Juga: Apa Saja Usaha yang Dilakukan untuk Menumpas Pemberontakan PRRI Permesta? Ini 6 Operasinya
(bim)