5 Provinsi Ini Miliki Insiden Kasus Covid-19 Tertinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengungkapkan ada 5 provinsi yang tercatat dengan incidence rate atau insiden kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia.
Dewi menjelaskan bahwa incidence rate adalah jumlah kasus per jumlah penduduk yang diambil rasio per 100.000 penduduk. “Untuk saat ini kepadatan jadi faktor risiko, tapi yang bisa kita hitung kalau insidensi berdasarkan per 100.000 penduduk. Kalau nasional per 1 juta penduduk. Ini angka yang paling fair,” katanya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/7/2020). (Baca juga: 1.115 WNI di Luar Negeri Positif Corona, Ini Sebarannya)
Meskipun Jawa Timur kini menjadi provinsi dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi, namun untuk incidence rate ini, tidak masuk dalam provinsi tertinggi. Provinsi dengan incidence rate tertinggi pertama adalah DKI Jakarta. “Kita bisa lihat yang tertinggi sampai terendah. Ini lagi-lagi kita melihat berdasarkan jumlah penduduknya, di mana DKI Jakarta urutan pertama. Yang kedua Kalimantan Selatan. Ketiga, Sulawesi Selatan, keempat Papua, dan kelima Kalimantan Utara,” ungkap Dewi.
Dari catatan insiden tertinggi, DKI Jakarta tercatat rasio kasus sebanyak 82,78 per 100.000 penduduk. Selanjutnya, Kalimantan Selatan 46,90 per 100.000 penduduk, Sulawesi Selatan 30,13 per 100.000 penduduk, Papua 28,78 per 100.000 penduduk dan Kalimantan Utara 26,22 per 100.000 penduduk.
Namun, Dewi menyatakan bahwa data insiden ini harus disandingkan dengan jumlah tes Polymerase Chain Reaction (PCR) ataupun Tes Cepat Molekuler (TCM) di wilayah tersebut. “Semakin besar jumlah tes dilakukan seharusnya positivity rate semakin rendah. Dalam rangka surveilans, kalau orang yang diperiksa hanya yang sakit, pasti positif lebih tinggi. Ketika angka positivity makin turun, artinya kita mencoba memeriksa mereka yang tanpa gejala,” paparnya.
“Ketika angka positif semakin turun, itu kami mencoba memeriksa orang-orang yang bahkan mungkin nggak punya gejala. Makanya, tadi lebih tinggi pemeriksaan orang-orang yang risiko dan gejalanya kecil, maka angka positifnya akan jauh lebih rendah,” tambah Dewi.
Untuk pemeriksaan spesimen dalam rangka menemukan kasus Covid-19, data hingga 28 Juni 2020 di 10 provinsi tertinggi pertama DKI Jakarta 232.848 spesimen. Kemudian Jawa Barat 72.585 spesimen, Jawa Timur 58.595 spesimen, Jawa Tengah 53.895 spesimen, Sulawesi Selatan 45.888 spesimen, Sumatera Barat 40.298 spesimen, Bali 32.378 spesimen, Sumatera Selatan 25.213 spesimen, Banten 25.096 spesimen, dan Papua 15.742 spesimen.
Dewi menjelaskan bahwa incidence rate adalah jumlah kasus per jumlah penduduk yang diambil rasio per 100.000 penduduk. “Untuk saat ini kepadatan jadi faktor risiko, tapi yang bisa kita hitung kalau insidensi berdasarkan per 100.000 penduduk. Kalau nasional per 1 juta penduduk. Ini angka yang paling fair,” katanya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/7/2020). (Baca juga: 1.115 WNI di Luar Negeri Positif Corona, Ini Sebarannya)
Meskipun Jawa Timur kini menjadi provinsi dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi, namun untuk incidence rate ini, tidak masuk dalam provinsi tertinggi. Provinsi dengan incidence rate tertinggi pertama adalah DKI Jakarta. “Kita bisa lihat yang tertinggi sampai terendah. Ini lagi-lagi kita melihat berdasarkan jumlah penduduknya, di mana DKI Jakarta urutan pertama. Yang kedua Kalimantan Selatan. Ketiga, Sulawesi Selatan, keempat Papua, dan kelima Kalimantan Utara,” ungkap Dewi.
Dari catatan insiden tertinggi, DKI Jakarta tercatat rasio kasus sebanyak 82,78 per 100.000 penduduk. Selanjutnya, Kalimantan Selatan 46,90 per 100.000 penduduk, Sulawesi Selatan 30,13 per 100.000 penduduk, Papua 28,78 per 100.000 penduduk dan Kalimantan Utara 26,22 per 100.000 penduduk.
Namun, Dewi menyatakan bahwa data insiden ini harus disandingkan dengan jumlah tes Polymerase Chain Reaction (PCR) ataupun Tes Cepat Molekuler (TCM) di wilayah tersebut. “Semakin besar jumlah tes dilakukan seharusnya positivity rate semakin rendah. Dalam rangka surveilans, kalau orang yang diperiksa hanya yang sakit, pasti positif lebih tinggi. Ketika angka positivity makin turun, artinya kita mencoba memeriksa mereka yang tanpa gejala,” paparnya.
“Ketika angka positif semakin turun, itu kami mencoba memeriksa orang-orang yang bahkan mungkin nggak punya gejala. Makanya, tadi lebih tinggi pemeriksaan orang-orang yang risiko dan gejalanya kecil, maka angka positifnya akan jauh lebih rendah,” tambah Dewi.
Untuk pemeriksaan spesimen dalam rangka menemukan kasus Covid-19, data hingga 28 Juni 2020 di 10 provinsi tertinggi pertama DKI Jakarta 232.848 spesimen. Kemudian Jawa Barat 72.585 spesimen, Jawa Timur 58.595 spesimen, Jawa Tengah 53.895 spesimen, Sulawesi Selatan 45.888 spesimen, Sumatera Barat 40.298 spesimen, Bali 32.378 spesimen, Sumatera Selatan 25.213 spesimen, Banten 25.096 spesimen, dan Papua 15.742 spesimen.
(nbs)