5 Tokoh Asing yang Memihak dan Berperan dalam Kemerdekaan Indonesia, Nomor 2 Dihukum Mati
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sedikitnya ada lima tokoh asing yang memihak dan turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam sejarahnya, Indonesia berhasil lepas dari belenggu penjajahan pada 17 Agustus 1945.
Selama masa penjajahan, rakyat Indonesia terus berjuang demi merebut kemerdekaannya. Selain orang Indonesia, tercatat ada beberapa orang asing yang turut memihak dan membantu perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.
Meski bukan Tanah Airnya tapi mereka tetap mengabdikan dirinya untuk membantu perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan, sebagian darinya harus gugur dalam medan tempur saat membantu pejuang Tanah Air.
Berikut lima pahlawan asing yang memihak dan berperan dalam kemerdekaan Indonesia:
1. Laksamana Maeda
Laksamana Maeda merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang di Hindia Belanda. Pria kelahiran Kagoshima, 3 Maret 1898 dikenal sebagai orang asing yang turut mendukung kemerdekaan Indonesia.
Dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia, Laksamana Maeda mempersilakan rumahnya di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat untuk dijadikan sebagai tempat perumusan naskah Proklamasi.
Kala itu, Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, dan beberapa orang lainnya turut hadir dalam perumusan naskah tersebut. Rumah Laksamana Maeda kini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
2. Yang Chil-seong
Tak hanya Jepang, orang asing dari Korea ini juga turut mendukung kemerdekaan Indonesia. Yang Chil-seong lahir pada 29 Mei 1919. Dia memiliki nama Indonesia sebagai Komarudin serta nama Jepang yakni Shichisei Yanagawa.
Awalnya Yang Chil-seong dipekerjakan Jepang saat menjajah Indonesia. Pasca kemerdekaan, dia memilih tetap tinggal di Indonesia dan mengganti namanya. Bahkan, dia juga memutuskan masuk agama Islam.
Saat Belanda melancarkan agresi militer, Yang Chil-seong pergi ke Garut dan bergabung bersama pejuang kemerdekaan yang bernama Pasukan Pangeran Papak.
Dalam riwayatnya, pengalaman yang dimiliki Chil-seong membuatnya cukup merepotkan bagi Belanda. Namun, pada akhirnya dia tertangkap dan dijatuhi hukuman mati pada 1949.
3. Ichiki Tatsuo
Ichiki Tatsuo menjadi satu dari sekian banyak orang Jepang yang membelot ke Indonesia. Dia memiliki nama Indonesia yang diberikan oleh Agus Salim saat dirinya menjadi penasihat Divisi Pendidikan PETA. Nama Indonesia yang dimilikinya adalah Abdul Rachman.
Dalam riwayatnya, Ichiki Tatsuo pernah pernah menjadi Wakil Komando Pasukan Gerilya Istimewa di Jawa Timur. Sayangnya, dia gugur pada 9 Januari 1949 saat bertempur dengan Belanda di Desa Dampit, Malang. Atas kontribusinya kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno memberi sebuah teks yang ditujukan untuk memperingati jasanya.
4. Shigeru Ono
Shigeru Ono lahir di Hokkaido pada 26 September 1919. Meski berstatus sebagai orang Jepang, tapi dia berpihak kepada Indonesia dan mendukung penuh perjuangan kemerdekaan. Bersama para sukarelawan Jepang yang mendukung Indonesia, dia terlibat dalam perang kemerdekaan 1945-1949. Setelah perang usai, dia memutuskan hidup di Indonesia.
Pria yang memiliki nama Indonesia Rahmat Jepang ini menikah dengan wanita pribumi bernama Darkasih. Hingga akhir hayatnya, Shigeru Ono menetap di Kota Batu, Jawa Timur untuk menjalani sisa hidupnya.
5. Douwes Dekker (Multatuli)
Eduard Douwes Dekker merupakan penulis Max Havelaar pada 1860. Pria Belanda ini pertama kali datang ke Indonesia pada 1839. Kala itu dia bekerja sebagai pegawai di kantor Pengawasan Keuangan Batavia.
Douwes Dekker sempat beberapa kali berganti tempat bekerja. Dia pernah dituduh melakukan penggelapan uang tapi pada akhirnya tuduhan tersebut tidak terbukti.
Pada bukunya yang berjudul Max Havelaar, Douwes Dekker menulis dengan detail kekejaman kolonial Belanda. Bukti-bukti yang disajikannya pun membuat karyanya sangat hidup. Buku tersebut lantas menggambarkan keadaan di Indonesia kepada dunia. Adapun pesan yang bisa diambil adalah sistem kolonialisme yang sudah keterlaluan. Selain itu, buku ini juga menginspirasi para pejuang kemerdekaan untuk tetap semangat dalam merebut kemerdekaan.
Demikian ulasan mengenai tokoh asing yang memihak dan berperan terhadap kemerdekaan Indonesia.
Selama masa penjajahan, rakyat Indonesia terus berjuang demi merebut kemerdekaannya. Selain orang Indonesia, tercatat ada beberapa orang asing yang turut memihak dan membantu perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.
Meski bukan Tanah Airnya tapi mereka tetap mengabdikan dirinya untuk membantu perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan, sebagian darinya harus gugur dalam medan tempur saat membantu pejuang Tanah Air.
Berikut lima pahlawan asing yang memihak dan berperan dalam kemerdekaan Indonesia:
1. Laksamana Maeda
Laksamana Maeda merupakan seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang di Hindia Belanda. Pria kelahiran Kagoshima, 3 Maret 1898 dikenal sebagai orang asing yang turut mendukung kemerdekaan Indonesia.
Dalam proses perjuangan kemerdekaan Indonesia, Laksamana Maeda mempersilakan rumahnya di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat untuk dijadikan sebagai tempat perumusan naskah Proklamasi.
Kala itu, Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, dan beberapa orang lainnya turut hadir dalam perumusan naskah tersebut. Rumah Laksamana Maeda kini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
2. Yang Chil-seong
Tak hanya Jepang, orang asing dari Korea ini juga turut mendukung kemerdekaan Indonesia. Yang Chil-seong lahir pada 29 Mei 1919. Dia memiliki nama Indonesia sebagai Komarudin serta nama Jepang yakni Shichisei Yanagawa.
Awalnya Yang Chil-seong dipekerjakan Jepang saat menjajah Indonesia. Pasca kemerdekaan, dia memilih tetap tinggal di Indonesia dan mengganti namanya. Bahkan, dia juga memutuskan masuk agama Islam.
Saat Belanda melancarkan agresi militer, Yang Chil-seong pergi ke Garut dan bergabung bersama pejuang kemerdekaan yang bernama Pasukan Pangeran Papak.
Dalam riwayatnya, pengalaman yang dimiliki Chil-seong membuatnya cukup merepotkan bagi Belanda. Namun, pada akhirnya dia tertangkap dan dijatuhi hukuman mati pada 1949.
3. Ichiki Tatsuo
Ichiki Tatsuo menjadi satu dari sekian banyak orang Jepang yang membelot ke Indonesia. Dia memiliki nama Indonesia yang diberikan oleh Agus Salim saat dirinya menjadi penasihat Divisi Pendidikan PETA. Nama Indonesia yang dimilikinya adalah Abdul Rachman.
Dalam riwayatnya, Ichiki Tatsuo pernah pernah menjadi Wakil Komando Pasukan Gerilya Istimewa di Jawa Timur. Sayangnya, dia gugur pada 9 Januari 1949 saat bertempur dengan Belanda di Desa Dampit, Malang. Atas kontribusinya kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno memberi sebuah teks yang ditujukan untuk memperingati jasanya.
4. Shigeru Ono
Shigeru Ono lahir di Hokkaido pada 26 September 1919. Meski berstatus sebagai orang Jepang, tapi dia berpihak kepada Indonesia dan mendukung penuh perjuangan kemerdekaan. Bersama para sukarelawan Jepang yang mendukung Indonesia, dia terlibat dalam perang kemerdekaan 1945-1949. Setelah perang usai, dia memutuskan hidup di Indonesia.
Pria yang memiliki nama Indonesia Rahmat Jepang ini menikah dengan wanita pribumi bernama Darkasih. Hingga akhir hayatnya, Shigeru Ono menetap di Kota Batu, Jawa Timur untuk menjalani sisa hidupnya.
5. Douwes Dekker (Multatuli)
Eduard Douwes Dekker merupakan penulis Max Havelaar pada 1860. Pria Belanda ini pertama kali datang ke Indonesia pada 1839. Kala itu dia bekerja sebagai pegawai di kantor Pengawasan Keuangan Batavia.
Douwes Dekker sempat beberapa kali berganti tempat bekerja. Dia pernah dituduh melakukan penggelapan uang tapi pada akhirnya tuduhan tersebut tidak terbukti.
Pada bukunya yang berjudul Max Havelaar, Douwes Dekker menulis dengan detail kekejaman kolonial Belanda. Bukti-bukti yang disajikannya pun membuat karyanya sangat hidup. Buku tersebut lantas menggambarkan keadaan di Indonesia kepada dunia. Adapun pesan yang bisa diambil adalah sistem kolonialisme yang sudah keterlaluan. Selain itu, buku ini juga menginspirasi para pejuang kemerdekaan untuk tetap semangat dalam merebut kemerdekaan.
Demikian ulasan mengenai tokoh asing yang memihak dan berperan terhadap kemerdekaan Indonesia.
(abd)