Profil Frans Kaisiepo Pejuang Kemerdekaan Pengibar Bendera Merah Putih Pertama di Papua

Sabtu, 27 Agustus 2022 - 06:14 WIB
loading...
A A A
Hal tersebut dilatar belakangi oleh kata Papua yang awalnya merupakan sebutan pua-pua yang artinya adalah keriting. Sebutan itu dianggapnya merendahkan orang-orang lokal Papua.

Maka itu, dia berkehendak untuk menghentikan sebutan tersebut. Kata Irian kemudian dipolitisasi kelompok nasionalis Indonesia di Papua sebagai akronim dari Ikut Republik Indonesia Anti Nederlands.

Perjuangannya di bidang politik terus berlanjut. Frans Kaisiepo mendirikan Partai Indonesia Merdeka di Biak pada 1946. Dia terus memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di tanah Papua meski Indonesia telah resmi memproklamirkan kemerdekaannya.

Frans Kaisiepo dipenjara oleh Belanda sejak 1954 hingga 1961 karena perlawanannya. Kemudian, dia mendirikan Partai Irian Sebagian Indonesia (ISI) pada 1961.

Tujuan didirikannya ISI untuk menuntut penyatuan Papua dengan Republik Indonesia. Presiden Soekarno pada tahun yang sama membentuk Tiga Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961.

Frans Kaisiepo melalui ISI membantu pendaratan sukarelawan Indonesia yang diterjunkan ke Mimika. Adapun hasil utama dari Trikora adalah Perjanjian New York pada 1 Mei 1963 yang memutuskan wilayah Papua dikembalikan dari Kerajaan Belanda ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia kemudian menggunakan nama warisan dari Frans Kaiseipo, yaitu Irian Barat yang pada 1969 berganti menjadi Irian Jaya, selanjutnya berganti nama menjadi Papua pada 2001. Frans Kaisiepo terpilih menjadi anggota parlemen untuk Papua pada pemilihan Majelis Permusyawaratan Rakyat pada 1973 atas upayanya mempersatukan Papua dengan Indonesia.

Selain itu, Frans Kaisiepo juga diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Agung pada 1977 sebagai wakil untuk urusan Papua. Frans Kaisiepo meninggal dunia pada 10 April 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Biak.

Frans Kaisiepo dianugerahi penghargaan Bintang Maha Putra Adi Pradana Kelas Dua atas jasa-jasanya. Namanya pun diabadikan menjadi bandar udara (bandara) internasional di Pulau Biak, Papua.

Tak hanya itu, nama Gubernur Papua keempat ini juga diabadikan menjadi salah satu kapal perang TNI Angkatan Laut, KRI Frans Kaisiepo dengan nomor seri 368.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1483 seconds (0.1#10.140)