Hormat ke Iring-iringan Mobil Soeharto Sebulan Penuh, Pengamen Ini Berubah Nasib

Minggu, 21 Agustus 2022 - 10:09 WIB
loading...
Hormat ke Iring-iringan...
Munari Ari sempat mengamen sebelum akhirnya bekerja di perusahaan milik keluarga Presiden Soeharto. FOTO/REPRO BUKU PAK HARTO THE UNTOLD STORIES
A A A
JAKARTA - Munari Ari mengambil sikap sempurna dan memberi hormat setiap kali mobil iring-iringan Presiden Soeharto melintas di depan RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Setelah sebulan Munari melakukan hal yang sama, Pak Harto akhirnya membuka kaca mobil dan tersenyum. Sejak saat itu, hidup Munari berubah.

Munari Ari adalah seorang pengamen dengan wilayah kerja dari Perempatan Bioskop Megaria hingga depan Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba. Pria kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur, 7 Mei 1964 itu menjalani hari-hari bersama kawan setianya, Herman Obos.

Sejak pertengahan 1980-an, sebagai orang jalanan, Munari dan kawan-kawannya tak memiliki tempat tinggal tetap. Siang hari mereka bekerja di wilayahnya masing-masing dan ketika malam hari, mereka menumpang tidur di depan kamar mayat RSCM.

Baca juga: Tangani Kebobrokan Polisi, Ini Wejangan Soeharto Kepada Kapolri

"Jam kerja saya adalah setiap kali lampu merah menyala dan mobil-mobil serentak berhenti," kata Munari Ari dalam tulisan berjudul Hormat Pengamen dari Trotoar di buku Pak Harto The Untold Stories (2012), dikutip, Minggu (21/8/2022).

Karena setiap hari berada di Perempatan Bioskop Megaria, Munari hafal bahwa setiap Rabu dan Jumat di jam yang sama, selalu melintas iring-iringan mobil Presiden Soeharto. Dengan dikawal Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Pak Harto menuju lapangan golf Rawamangun untuk berolahraga. Sebelum matahari terbenam, iringan-iringan mobil itu kembali pulang.

Suatu siang di tahun 1986, selepas salat Jumat, Munari dan Obos, bersiap di pinggir jalan. Keduanya tahu akan ada iring-iringan mobil presiden melintas. Sambil mengamati keadaan agar tidak diusir petugas keamanan, Munari dan Obos mencari tempat yang tepat.

Begitu iringan-iringan mobil Presiden Soeharto melintas, keduanya yang masing-masing menenteng gitar dan biola, langsung mengambil sikap sempurna dan memberi hormat. Setelah hitungan ketiga 'upacara' itu pun selesai seiring mobil-mobil tunggangan pejabat negara itu melintas tanpa bekas.

Baca juga: Ketika Soeharto Ingin Berhaji sebagai Warga Biasa Bukan Presiden

"Saya membayangkan penumpangnya, Pak Harto, yang sering saya lihat tersenyum dan berbicara akrab dengan rakyat melalui televisi. Saya sadar bahwa tidaklah mungkin saya memperdengarkan suara saya ke Pak Harto. Namun, keingingan saya untuk berinteraksi dengan beliau tidaklah surut. Saya yakin beliau tidak akan marah kepada saya," kata Munari.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1248 seconds (0.1#10.140)