Soal Ucapan Ketum PPP Beri Amplop ke Kiai, Gus Miftah: Anda Menghina Kiai, Minta Maaf!
loading...
A
A
A
Seperti diketahui, Suharso dalam pidato pembekalan antikorupsi menceritakan pengalaman pribadinya kala bertandang ke sebuah pondok pesantren. Saat itu, Suharso mengaku masih menjadi Plt Ketua Umum PPP.
Dalam tandangan tersebut, Suharso meminta doa dan restu pada kiai. Selepas kunjungan, dia mendapat pesan singkat dari salah satu pengurus. "Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan, di-WhatsApp, 'Pak Plt, tadi ninggali apa nggak untuk kiai?'" ujarnya.
Suharso awalnya tak mengerti. Ia mengira ada barang pribadinya yang tertinggal.
"Maka sampailah dalam, setelah keliling itu ketemu, lalu dibilang pada saya, 'Gini Pak Plt, kalau datang ke beliau-beliau itu, mesti ada tanda mata yang ditinggalkan'. Wah saya nggak bawa. Tanda matanya apa? Sarung, peci, Qur'an atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja Pak Harso ini'. Gitu. Then I have to provide that one. Everywhere," kata Suharso.
Bagi Suharso, fenomena itu masih terjadi hingga kini. Jika sehabis pertemuan tidak ada amplop, Suharso merasa hambar.
"Dan setiap ketemu, Pak, ndak bisa, Pak, bahkan sampai hari ini. Kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya itu nggak ada amplopnya, Pak, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. This is the real problem that we are fixing today," ujar Suharso.
Dalam tandangan tersebut, Suharso meminta doa dan restu pada kiai. Selepas kunjungan, dia mendapat pesan singkat dari salah satu pengurus. "Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan, di-WhatsApp, 'Pak Plt, tadi ninggali apa nggak untuk kiai?'" ujarnya.
Suharso awalnya tak mengerti. Ia mengira ada barang pribadinya yang tertinggal.
"Maka sampailah dalam, setelah keliling itu ketemu, lalu dibilang pada saya, 'Gini Pak Plt, kalau datang ke beliau-beliau itu, mesti ada tanda mata yang ditinggalkan'. Wah saya nggak bawa. Tanda matanya apa? Sarung, peci, Qur'an atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja Pak Harso ini'. Gitu. Then I have to provide that one. Everywhere," kata Suharso.
Bagi Suharso, fenomena itu masih terjadi hingga kini. Jika sehabis pertemuan tidak ada amplop, Suharso merasa hambar.
"Dan setiap ketemu, Pak, ndak bisa, Pak, bahkan sampai hari ini. Kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya itu nggak ada amplopnya, Pak, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. This is the real problem that we are fixing today," ujar Suharso.
(cip)