Aksi Tolak RUU HIP Tidak Akan Munculkan Gerakan Pan-Islamisme
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menganggap, aksi penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) oleh ormas Islam hanya sebatas pembelaan terhadap Pancasila.
"Tidak sampai memunculkan gerakan 'Pan Islamisme'," kata Dedi saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (27/6/2020).
Dedi mengatakan, aksi penolakan RUU HIP saat ini memang mayoritas dilakukan oleh kelompok atau ormas Islam. Namun, tak berarti gerakan ini akan memunculkan sentimen kekuatan Islam atau bahkan sampai pada gagasan 'Pan Islamisme' di Indonesia.
Tapi, lanjut Dedi, jika ada upaya 'mengeruhkan' Pancasila terutama sila yang berkaitan dengan ideologi beragama, tentu bisa saja menjadi celah gerakan Islam politik untuk mengemuka. ( ).
Diketahui, gerakan Pan Islamisme dipopulerkan oleh Jamaludin Al Afghani di Mesir. Gagasan itu muncul sebagai antitesa dominasi Barat atas Mesir yang kemudian memunculkan solidaritas kelompok Islam. Di Indonesia, gagasan Pan-Islamisme ini sempat dikaitkan oleh beberapa pihak dengan aksi umat Islam yang terkenal dengan Aksi 411 dan 212 beberapa tahun silam.
Dedi menuturkan, semangat dan tuntutan yang dikembangkan kelompok Islam di Indonesia yang terjadi saat ini berbeda dengan yang terjadi di Mesir. "Untuk itu, pemerintah harus hati-hati dengan RUU HIP, jangan sampai menjadi pemantik pertarungan ideologi baru yang justru merusak kebangsaan," ujarnya.
"Tidak sampai memunculkan gerakan 'Pan Islamisme'," kata Dedi saat dihubungi SINDOnews, Sabtu (27/6/2020).
Dedi mengatakan, aksi penolakan RUU HIP saat ini memang mayoritas dilakukan oleh kelompok atau ormas Islam. Namun, tak berarti gerakan ini akan memunculkan sentimen kekuatan Islam atau bahkan sampai pada gagasan 'Pan Islamisme' di Indonesia.
Tapi, lanjut Dedi, jika ada upaya 'mengeruhkan' Pancasila terutama sila yang berkaitan dengan ideologi beragama, tentu bisa saja menjadi celah gerakan Islam politik untuk mengemuka. ( ).
Diketahui, gerakan Pan Islamisme dipopulerkan oleh Jamaludin Al Afghani di Mesir. Gagasan itu muncul sebagai antitesa dominasi Barat atas Mesir yang kemudian memunculkan solidaritas kelompok Islam. Di Indonesia, gagasan Pan-Islamisme ini sempat dikaitkan oleh beberapa pihak dengan aksi umat Islam yang terkenal dengan Aksi 411 dan 212 beberapa tahun silam.
Dedi menuturkan, semangat dan tuntutan yang dikembangkan kelompok Islam di Indonesia yang terjadi saat ini berbeda dengan yang terjadi di Mesir. "Untuk itu, pemerintah harus hati-hati dengan RUU HIP, jangan sampai menjadi pemantik pertarungan ideologi baru yang justru merusak kebangsaan," ujarnya.
(zik)