Antrean Haji Malaysia Capai 141 tahun, Ini Perbedaannya dengan Indonesia

Jum'at, 22 Juli 2022 - 10:18 WIB
loading...
Antrean Haji Malaysia Capai 141 tahun, Ini Perbedaannya dengan Indonesia
Indonesia dan Malaysia diketahui menjadi dua negara yang memiliki penduduk mayoritas muslim. Sehingga, tradisi mengenai ibadah haji tetap kental di kedua negara tersebut. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Indonesia dan Malaysia diketahui menjadi dua negara yang memiliki penduduk mayoritas muslim. Sehingga, tradisi mengenai ibadah haji tetap kental di kedua negara tersebut. Lantas, apa perbedaan haji dari Indonesia dan Malaysia?

Dari segi antrean, Indonesia bisa dikatakan lebih beruntung dari Malaysia. Sebab, masa tunggu haji Indonesia paling lama 43 tahun untuk kuota 100% atau 86 tahun untuk kuota 50%.

“Di Malaysia 141 tahun masa tunggu. Kalau kuota 50 persen (seperti tahun ini) masa tunggu bisa hampir 300 tahun,” ujar Dato' Sri Syed Saleh Syed Abdul Rahman, Ketua Rombongan Haji (Tabung Haji) Malaysia, dikutip dalam laman resmi Kemenag, Jumat (22/7/2022).



Ungkapan Syed Saleh tersebut, disampaikan saat memimpin rombongan Tim Haji Malaysia berdialog dengan Tim Haji Indonesia di PPIH Daerah Kerja Makkah. Menurut Syed, Tahun ini Malaysia memberangkatkan 14.600 jemaah, sedang Indonesia 100.051 jemaah.

Jika kuota normal, kata Syed, jamaah yang diberangkatkan dari Malaysia sebanyak 31 ribu, Indonesia lebih dari 200 ribu. Adapun terkait aturan yang berbeda dari Indonesia, yakni melarang penderita penyakit tertentu berangkat haji. Bahkan obesitas atau kegemukan juga menjadi salah satu syarat yang pantang dilanggar.

"Ada aturan Body Mass Index (BMI) dihitung 40 ke atas tidak boleh berangkat. 35-40 kalau punya penyakit bawaan juga tidak dibenarkan berangkat,” ungkapnya.

Syed menambahkan selain obisitas, calon jamaah yang memiliki penyakit bawaan, seperti kencing manis dan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dilarang berangkat. Proses pemeriksaan kesehatan juga dilakukan hingga dua kali. Selain juga pemeriksaan PCR terkait Covid-19.

“Ini yang membuat kita tidak ada jamaah yang sakit. Alhamdulillah jamaah datang sehat. Urusan ibadah juga mudah tidak ada yang tertinggal tidak ada yang jalan lambat,” paparnya.

Berbeda dengan Indonesia, lanjut Syed, jumlah jamaah haji Malaysia yang meninggal di Arab Saudi juga hanya 1 jamaah. Itupun meninggal sebelum puncak haji. Hal itu, dikarenakan Pemerintah Malaysia merumuskan penyakit bawaan apa saja yang dilarang bagi jamaah haji.

“Sebelum bulan puasa, kita sudah kumpulkan pakar kesehatan. Mereka merumuskan dan kita tinggal jalankan untuk kriteria jamaah seperti apa,” kata dia.

Sama dengan Indonesia, Malaysia tahun ini juga menerapkan batasan usia jamaah haji adalah 65 tahun. Protokol kesehatan antisipasi Covid-19 juga diterapkan dengan melalukan PCR bagi seluruh jamaah sebelum berangkat ke Arab Saudi.

Sama dengan Indonesia, para jamaah juga diberangkat sebagian menggunakan Saudi Arabia Airlines dan sebagian menggunakan Malaysia Airlines. Sebagian jamaah Malaysia saat ini juga telah dipulangkan ke tanah air mereka.

Ada sedikit perbedaan antara Malaysia dan Indonesia. Jamaah Indonesia mendapatkan program Arbain, yakni salat 40 waktu berjamaah di Masjid Nabawi Madinah. Kalau Malaysia, program ini sudah dihapuskan dengan alasan sunnah dan untuk efisiensi waktu.

“Sudah 10 tahun arbain kita hilangkan dari buku-buku panduan haji di Malaysia,” katanya.

Sementara itu, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI Hilman Latief mengatakan secara umum pelaksanaan haji di Indonesia dan Malaysia sama.

"Untuk waktu tunggu, Indonesia lebih beruntung karena mendapatkan kuota lebih besar. Hanya di Indonesia aturan untuk jamaah tidak bisa seketat Malaysia. “Kami di Indonesia tidak bisa menuangkan kalau berat badan pun ditentukan,” ujar Hilman.

Dalam kesempatan ini, kedua pihak sepakat untuk terus menjalin kerja sama dan saling tukar pendapat demi pelaksanaan haji yang lebih baik.

“Kami (Indonesia dan Malaysia) memperbincangkan prosesi tahun ini. Bertukar pikiran dan saling mendapatkan informasi terkait layanan umum dan layanan kesehatan. Ini bukan pertemuan terakhir, kami akan terus menjalin kerja sama,” pungkasnya.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1191 seconds (0.1#10.140)