Kapuspen TNI Sesalkan Penembakan Serma Rama saat Jalankan Misi Perdamaian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI , Mayjen TNI Sisriadi menyesalkan kejadian penembakan Serma Rama Wahyudi yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco yang gugur saat menjalankan tugas misi sebagai pasukan perdamaian PBB di wilayah Republik Demokratik Kongo, Afrika.
"Jadi, saya pribadi saja. Tentu kita menyesal karena ada korban, karena prajurit-prajurit kita adalah prajurit yang terlatih. Tapi memang mungkin kalau dilihat dari foto-foto medannya, memang medan yang tepat untuk ambush itu," ujar Sisriadi dalam jumpa pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat (26/6/2020). (Baca juga: Serma Rama Tewas Disergap dan Dirampok Milisi Uganda di Kongo)
Sisriadi menyebut lokasi penembakan merupakan medan yang tidak ada tempat untuk bersembunyi dan memang ideal untuk tempat penyergapan. Hal itu juga didukung dengan truk yang berjalan sangat pelan memudahkan milisi Uganda untuk menyerang.
"Apalagi almarhum itu berada di truk yang besar, Lobet, itu salah satu truk untuk membawa barang-barang dan itu pasti pelan tidak mungkin kencang karena memang kondisi jalannya menikung, tanah, dan mepet sekali ban kiri kanan dengan dinding tebing," jelasnya.
"Kalau kita sebagai prajurit sulit. Jadi memang medannya tidak memungkinkan. Tentu saja itu sudah jadi salah satu risiko prajurit selagi bertugas," sambungnya.
Dia juga menyesalkan kelompok milisi yang menyerang pasukan perdamaian dalam hal ini kontingen dari Indonesia. Namun, dirinya tak menampik risiko adanya penembakan apalagi di perbatasan di Afrika. (Baca: Prajurit TNI Gugur di Kongo, DPR Desak Kemlu Investigasi)
"Ini menjadi pelajaran bagi kita, prajurit kita, untuk mencari medan-medan yang sesuai dengan kondisi di sana. Dan itu akan kita jadikan evaluasi untuk penugasan-penugasan yang akan datang. Intinya saya pribadi ini risiko yang harus dihadapi prajurit," tutupnya.
Lihat Juga: Temui Sekjen PBB Antonio Guterres, Prabowo Tekankan Kesiapan Indonesia Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian
"Jadi, saya pribadi saja. Tentu kita menyesal karena ada korban, karena prajurit-prajurit kita adalah prajurit yang terlatih. Tapi memang mungkin kalau dilihat dari foto-foto medannya, memang medan yang tepat untuk ambush itu," ujar Sisriadi dalam jumpa pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat (26/6/2020). (Baca juga: Serma Rama Tewas Disergap dan Dirampok Milisi Uganda di Kongo)
Sisriadi menyebut lokasi penembakan merupakan medan yang tidak ada tempat untuk bersembunyi dan memang ideal untuk tempat penyergapan. Hal itu juga didukung dengan truk yang berjalan sangat pelan memudahkan milisi Uganda untuk menyerang.
"Apalagi almarhum itu berada di truk yang besar, Lobet, itu salah satu truk untuk membawa barang-barang dan itu pasti pelan tidak mungkin kencang karena memang kondisi jalannya menikung, tanah, dan mepet sekali ban kiri kanan dengan dinding tebing," jelasnya.
"Kalau kita sebagai prajurit sulit. Jadi memang medannya tidak memungkinkan. Tentu saja itu sudah jadi salah satu risiko prajurit selagi bertugas," sambungnya.
Dia juga menyesalkan kelompok milisi yang menyerang pasukan perdamaian dalam hal ini kontingen dari Indonesia. Namun, dirinya tak menampik risiko adanya penembakan apalagi di perbatasan di Afrika. (Baca: Prajurit TNI Gugur di Kongo, DPR Desak Kemlu Investigasi)
"Ini menjadi pelajaran bagi kita, prajurit kita, untuk mencari medan-medan yang sesuai dengan kondisi di sana. Dan itu akan kita jadikan evaluasi untuk penugasan-penugasan yang akan datang. Intinya saya pribadi ini risiko yang harus dihadapi prajurit," tutupnya.
Lihat Juga: Temui Sekjen PBB Antonio Guterres, Prabowo Tekankan Kesiapan Indonesia Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian
(kri)