Bermartabat di Dunia Digital

Senin, 04 Juli 2022 - 06:00 WIB
loading...
Bermartabat di Dunia...
Tanggal 4 Juli 2022, portal berita SINDOnews.com tepat berusia 10 tahun. FOTO/DOK.SINDOnews
A A A
Pung Purwanto
Wartawan Senior SINDOnews

DI TENGAH dominasi rujukan kinerja berdasarkan mesin buatan platform asing, mempertahankan jurnalisme baik atau sering dikenal sebagai good journalism bukan perkara mudah. Para jurnalis dan pengelola News Room harus berjibaku mencari penyesuaian-penyesuaian baru mengikuti aturan yang terus berubah sesuai keinginan pembuat aturan yang tidak pernah bisa ditebak ke mana arahnya. Ketergantungan produk jurnalisme baik terhadap pemilik lapak digital memang sudah sampai pada taraf yang meresahkan, menggelisahkah, bahkan sudah pada ancaman kematian jurnalisme baik.

Terlalu berlebihan jika kita bicara kematian jurnalisme baik di tengah euforia manusia yang sedang mabuk berat menikmati segala kemudahan layanan digital. Termasuk euforia media berbasis digital yang dianggap akan menjadi masa depan jurnalisme baik yang diyakini akan membentuk ekosistem bisnis media yang berkelanjutan seperti halnya dijanjikan oleh raksasa raksasa penguasa lapak digital global.

Gurita plafotm global ini nyaris sulit dihindari oleh pemain-pemain media lokal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Para penerbit portal berita misalnya, tidak punya banyak alternatif untuk mengembangkan jurnalisme baik di wilayah sendiri kecuali harus bermitra dengan pemilik lapak digital itu.Apalagi selain menyebarkan jurnalisme baik, para pengelola ruang redaksi juga harus memikirkan soal keberlanjutan.

Artinya penerbit yang menaungi puluhan, ratusan hingga ribuan awak ini pun dituntut mampu bertahan hidup, mendapatkan revenue yang signifikan dari model bisnis yang belum matang dan sangat terbatas pilihannya itu. Mau tidak mau, suka tidak suka, berbagai penyesuaian harus dilakukan para penanggung jawab redaksi agar produk berita (tulisan, foto, video, infografis, suara) terus menjadi trending dengan jangkauan audiens maksimal, sehingga mendatangkan traffic yang signifikan.

Dengan capaian traffic maksimal berarti penerbit portal berita ini memiliki pembaca loyal (unique visitor/UV) yang besar pula. Dengan demikian para calon pengiklan semakin tertarik untuk bekerja sama dengan penerbit karena memiliki pengunjung loyal yang besar. Demikian siklus model bisnis yang hingga kini masih diyakini paling efektif. Singkatnya seperti ini: berita-viral-traffic-user-revenue.

Namun faktanya untuk memproduksi berita yang baik agar bisa viral dan mendatangkan traffic tinggi dengan UV yang besar, biayanya tidak murah. Proses bisnisnya panjang dengan alat kelengkapan yang rumit, SDM dengan keahlian spesifik (di luar wartawan), biaya-biaya marketing digital yang juga tidak murah (Search Engine Marketing/SEM), maupun biaya distribusi konten di seluruh platform media sosial.

Ini belum bicara biaya konsultan Search Engine Optimization/SEO, perawatan server, dan perintilan-perintilan lain yang tidak kalah rumit dan cukup menguras kocek. Dibandingkan dengan pendapatan dari programmatic ads, total biaya yang dipersyaratkan itu masih jauh lebih besar. Ada defisit yang harus ditutup dengan menciptakan sumber revenue baru yang bisa dikontrol maksimal oleh penerbit. Bukan oleh platform global yang secara sepihak menentukan profit sharing revenue yang sangat tidak seimbang untuk penerbit.

Sekelumit kisah di atas adalah kenyataaan yang harus dihadapi para pengelola penerbit portal berita di Indonesia. Setiap penerbit menggunakan cara berbeda untuk mengatasi itu. Ada yang kompromi penuh dengan garis programmatic ads. Artinya benar-benar mengikuti semua yang dimaui platform dari A sampai Z. Sebut saja ini kelompok pertama.

Ada penerbit yang total tidak mau bergantung dengan model bisnis yang ditawarkan platform global dengan menciptakan ekosistem bisnis sendiri. Ini berarti kerja jangka panjang dengan biaya yang tidak sedikit. Keuntunganya mereka memiliki ruang independen yang lebih besar untuk terus mengembangkan jurnalisme baik dalam model bisnis yang lebih terbuka.

Sedangkan ketiga, adalah kelompok penerbit yang menerapkan gabungan keduanya, yaitu mengikuti kehendak platform global dalam beberapa hal tapi juga mengembangkan model sendiri dalam hal lain. Pendekatan kelompok pertama dan ketiga ini yang dipilih sebagian besar penerbit dengan konsekuensi masing-masing.

10 Tahun Bermartabat
Tanggal 4 Juli 2022, portal berita SINDOnews.com tepat berusia 10 tahun. Usia yang cukup untuk mengokohkan diri sebagai salah satu penerbit digital yang memiliki reputasi baik. Dibentuk oleh para pengelola dan pendiri surat kabar KORAN SINDO yang lahir lebih dulu (tahun 2005), SINDOnews.com menjadi portal berita yang ber DNA koran. Artinya nilai-nilai jurnalistik KORAN SINDO diterapkan secara keseluruhan ditambah dengan tuntutan menjadi portal yaitu kecepatan.

Untuk memasukkkan unsur kecepatan maka ditandemkanlah awak redaksi koran dengan tim redaksi portal berita pertama MNC Group yakni OKEZONE.com. Berbagai penyesuaian terjadi, menggabungkan jurnalisme baik dengan kecepatan bukan perkara mudah. Wartawan yang biasa menulis panjang dikirim sore hari menjelang deadline koran, harus diubah ritme kerjanya agar lebih realitime agar berita SINDONEWS.com tidak terlambat dan mampu bersaing dengan portal lain sebagai pendatang baru.

Jurnalisme baik yang dikemas secara online yang disajikan SINDOnews ternyata disambut baik pembaca. Rating SINDOnews pelan tapi pasti terus menanjak naik dengan UV dan PV yang signifikan, sehingga pernah menyentuh posisi 3 besar portal besar nasional. Padahal semua dikerjakan oleh para pengelolanya secara otodidak. Kerjakan dulu jika terbentur masalah baru dicarikan penyelesaian. Dari sini terbentuklah pengalaman-pengalaman baru bagaimana mengelola media secara digital.

Jika di koran, penerbit memiliki kontrol nyaris penuh dalam setiap proses. Mulai dari peliputan, penulisan berita, layouting, pra cetak, cetak, hingga mengirimkan koran kepada pembaca atau pelanggan. Jika disebut harus berkompromi dengan pihak luar adalah dalam hal pencarian iklan dan distribusi koran karena ada market yang harus di-manage dengan baik.

Proses bisnis di media digital ternyata berbeda. Ruang kompromi dengan pihak luar harus dibuka lebih lebar lagi. Artinya kontrol terhadap diri sendiri tidak bisa sepenuh ketika mengelola koran. Tidak ada pilihan klain. Migrasi media cetak ke digital adalah keniscayaan karena perkembangann teknologi informasi yang semakin cepat.

Seiring perjalanan waktu, SINDOnews terus bertumbuh baik secara performa traffic maupun bisnisnya. Ramuan hibrida menggabungkan ilmu jurnalisme koran dengan tuntutan jurnalisme digital terbukti membawa manfaat bagi SINDOnews dan KORAN SINDO sekaligus. Kedua pengusung jurnalisme baik ini pun melakukan sinergi untuk salinng mengisi kekosongan dan kekurangan masing masing di pasar media yang terus berkembang dan berubah.

Memang tidak mudah. Harus banyak akal untuk menyiasati segala sesuatunya. Ada kalanya performa bisnisnya bagus, ada kalanya turun. Seperti halnya traffic yang naik turun. Kuncinya harus terus gelisah, mencari, dan mencari.

Seperti nasihat seorang pakar marketing. Selalu perlakukan produk Anda dalam versi beta. Jangan anggap produk Anda hari ini yang seolah-olah sudah sempurna itu adalah produk akhir. Ketika produk Anda sedang laku keras segera ciptakan produk baru untuk menggantikan produk andalan itu saat sudah tidak laku lagi. Demikian juga pengembangan kanal dan produk produk di SINDOnews.com. Pengalaman dan kejelian membaca pasar dan perubahan perilaku pembaca menjadi kunci.

Di usia 10 tahun, SINDOnews masih jauh dari sempurna. Masih harus terus gelisah agar senantiasa memiliki energi untuk mencari terobosan-terobosan baru untuk menyebarkan jurnalisme baik tanpa harus terjebak dalam gelombang disrupsi yang diciptakan para penguasa lapak digital. Berpegang teguh pada nilai nilai dasar jurnalisme baik dan etika profesi akan menjaga diri dari jebakan berita clickbait, hoax, dan fakenews. Menciptakan literasi digital bagi masyarakat dan menciptakan ekosistem media yang sehat adalah bagian dari niat mulia untuk tetap bermartabat di ranah digital. Bermartabat artinya menjunjung tinggi harkat manusia sebagai makhluk paling mulia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Terdengar klise. Tapi inilah satu-satunya cara agar dunia digital tidak dikuasai oleh aturan-aturan, budaya, dan ekosistem yang diciptakan oleh mesin algoritma dan kecerdasaan buatan yang tidak memiliki nurani, perasaan, dan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Mesin-mesin itu pada awalnya diciptakan untuk memudahkan kinerja manusia sebagai alat bantu. Tapi belakangan mesin-mesin itu diposisikan sebagai alat memuaskan nafsu keserakahan manusia tanpa memperdulikan keadaban, keadilan, welas asih, dan kasih sayang di ranah digital. Titik balik itu terjadi saat dunia sudah benar benar bergantung kepada mesin-mesin itu seakan tidak bisa hidup tanpa mereka. Padahal, manusia memiliki kemampuan yang jauh lebih besar dari mesin-mesin itu sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Di bawah naungan MNC Portal Indonesia, SINDOnews.com bersama portal portal lain harus terus bertumbuh menjadi penyampai kebenaran jurnalisme baik dan ikut aktif dalam menciptakan ekosistem media yang sehat dengan menjaga martabat jurnalisme di ranah digital. Selamat Ulang Tahun ke-10 SINDOnews.com, tetap konsisten di jalur jurnalisme baik untuk menjaga martabat manusia di dunia digital.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1286 seconds (0.1#10.140)