Memahami Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Kamis, 16 Juni 2022 - 13:27 WIB
loading...
Memahami Subvarian Omicron...
Tjandra Yoga Aditama (Foto: Ist)
A A A
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI,
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

NEGARA kita sedang kembali mengalami kenaikan kasus Covid-19. Kasus harian yang semula sekitar 200-an kasus pada Mei, naik menjadi 500-an di pertengahan Juni, bahkan pernah lebih dari 600 kasus dalam sehari.

Kenaikan kasus ini mengingatkan kita kembali bahwa Covid-19 jelas memang masih pandemi sebagaimana disampaikan pimpinan organisasi kesehatan dunia (WHO) pada pertemuan kesehatan sedunia (World Health Assembly/WHA) 22 Mei 2022.

Memang betul bahwa kenaikan sekarang ini semua indikatornya masih di bawah kriteria WHO sehingga angka saat ini memang belum membahayakan. Tapi, dalam kesehatan masyarakat yang kita lihat bukan hanya angka mutlak sesaat, tetapi tren, dan jelas sekarang kita berhadapan dengan tren yang meningkat sampai beberapa kali lipat. Karena itu kenaikan ini jelas harus diwaspadai dan dilakukan tindakan yang jelas.

BA.4 dan BA.5
Penyebab kenaikan memang mungkin beragam, tetap salah satu yang banyak dibicarakan adalah subvarian Omicron yang bernama BA.4 dan BA.5. Ini bermula di negara kita dari laporan 4 kasus di Bali, lalu ada tambahan 4 kasus lagi di Jakarta, sehingga total ada 8 orang. Belakangan disampaikan ada 12 kasus lagi yang sedang dianalisis sehingga dalam beberapa hari sudah menjadi 20 dari awalnya 4 orang. Ada kenaikan 5 kali lipat.

Subvarian BA.4 dan BA.5 ini pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022 dan merupakan bagian dari galur Omicron (B.1.1.529). Secara umum di dunia, subvarian Omicron BA.2 dan juga BA.2.X tetap dominan walaupun memang menurun, dari 44% menjadi 19%, seperti disampaikan dalam laporan mingguan WHO “Weekly Epidemiological Update on COVID-19” sampai 8 Juni 2022.

Sementara itu subvarian Omicron lainnya juga tidak meningkat di dunia seperti BA.2.11, BA.2.13, dan BA.2.9.1. Semua subvarian ini menunjukkan mutasi pada lokasi S:L452X. Subvarian Omicron lain yang pernah sebelumnya dominan seperti BA.1, BA.1.1. BA.1.X dan BA.3 juga terus menurun sampai di bawah 1%.

Laporan WHO itu menyebutkan bahwa di dunia yang meningkat adalah subvarian BA.2.12.1, BA.5, dan BA.4. Dari ketiga ini, data terakhir menunjukkan subvarian BA.2.12.1 paling banyak ditemui, sudah terdeteksi di 53 negara (termasuk negara tetangga kita) dan diduga jadi penyebab penting kenaikan kasus. Artinya perlu pula dicek mendalam ada tidaknya di negara kita.

Sementara itu sampai 8 Juni 2022 subvarian BA.5 ditemukan di 47 negara dan BA.4 di deteksi di 42 negara, jadi lebih sedikit dari BA.2.12.1. Ketiga varian ini menunjukkan mutasi pada lokasi S:L452 yang setidaknya punya dua aspek. Pertama, peningkatan risiko penularan dan kedua, karakteristik luput dari sistem imun (immune escape) yang antara lain ditandai dengan masih tetap dapat tertular walaupun sudah divaksinasi lengkap. Hal yang patut disyukuri adalah bahwa sejauh ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan peningkatan beratnya penyakit walaupun memang lebih mudah menular. Di sisi lain rekombinasi varian SARS-CoV-2 yang pernah dideteksi di awal 2022 (XE, XD dan XF) dan juga punya potensi peningkatan penularan, ternyata kini tidak menyebar luas di dunia.

Kasus di Eropa
Pada 13 Juni 2022 European Centre for Disease Prevention and Control (E-CDC) menyampaikan informasi terbaru tentang BA.4 dan BA.5 ini. Disebutkan bahwa pada 12 Mei 2022 E-CDC sudah meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari variants of interest (VOI) menjadi variants of concern (VOC). Jadi ini jelas perlu mendapat perhatian penting. Varian ini diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang.

E-CDC menyampaikan bahwa peningkatan kasus BA.4 dan BA.5 di Eropa akan tergantung pada dua faktor. Pertama, proteksi imunitas tergantung cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya serta kedua, pola gambaran atau landscape dari gelombang Covid-19 yang lalu. Dalam hal ini kita ingatkan tenaga kesehatan kita mendapat booster sudah lebih dari 6 bulan yang lalu, jadi akan baik kalau dipertimbangkan untuk pemberian booster kedua.

Informasi dari E-CDC dan juga sumber lain secara umum memang tidak ada bukti ini lebih parah, tetapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi (dan ICU) pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun. Sejauh ini masih dikumpulkan data tentang efektivitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada BA.4 dan BA.5, tetapi tampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja.

Tindakan yang Perlu Dilakukan
Seperti disampaikan di atas, disebut-sebut tentang kemungkinan peran subvarian BA.4 dan BA.5 dalam peningkatan kasus ini. Karena jumlah kasus sehari sudah lebih dari 500 orang, baiknya juga dilakukan penyelidikan epidemiologis pada setiap atau setidaknya sebagian kasus per hari itu. Tentu pemeriksaan whole genome sequencing juga harus ditingkatkan agar kita tahu persis pola varian dan subvarian yang sekarang berkembang di masyarakat.

Semua informasi berbagai jenis varian dan subvarian ini adalah amat penting untuk pengambilan kebijakan publik, apalagi kita tahu ada tiga skenario yang mungkin terjadi. Base scenario seperti yang terjadi sekarang ini, best scenario kalau varian baru makin lemah dan worst scenario bila ada varian baru yang lebih menular serta menimbulkan penyakit lebih parah. Mudah-mudah yang terakhir tidak terjadi.

Sesudah ditemukan penjelasan kenapa kasus naik dengan dasar ilmiahnya yang rinci, segera diinformasikan ke publik luas agar masyarakat dapat lebih mengambil sikap secara proporsional.

Untuk anggota masyarakat, sekarang ini perlu melakukan setidaknya tiga hal. Pertama, tetap menjaga protokol kesehatan sesuai dengan aturan yang berlaku, jangan abai. Kedua, kalau ada keluhan atau ada kemungkinan kontak, segera memeriksakan diri dan melakukan tes agar segera mendapat penanganan medis yang tepat dan segera diisolasi sehingga tidak menulari keluarga dan kerabat, apalagi yang lansia dan mereka dengan komorbid.

Ketiga, bagi yang belum divaksin dan di-booster, segeralah mendapatkannya. Untuk mereka dengan risiko tinggi akan amat baik kalau mendapat booster kedua sebagaimana juga sudah diterapkan di negara lain.

Tren kenaikan kasus di hari-hari ini jelas tidak bisa dipandang sebagai "biasa-biasa" saja, tetapi juga jangan disikapi dengan kepanikan tanpa dasar yang jelas. Ini adalah "alarm kewaspadaan". Mudah-mudahan dengan penanganan yang tepat di hari-hari ini, situasi akan dapat lebih terkendali. Kenaikan kasus ini juga menunjukkan bahwa masih cukup banyak unpredictibility dalam hal Covid-19 ini, di Indonesia dan di dunia.

Baca Juga: koran-sindo.com

(bmm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4131 seconds (0.1#10.140)