2 Mantan KSAD Menjadi Wapres Era Soeharto, Ini Profilnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - 2mantan KSAD ini menjadi wapres pada era Soeharto. Keduanya adalah Jenderal TNI (Purn) Umar Wirahadikusumah dan Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno.
Diketahui, Soeharto menjadi Presiden sejak 1967-1998. Enam orang wakil presiden (wapres) yang mendampingi Soeharto berturut-turut adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik Batubara, Umar Wirahadikusumah, Sudharmono, Try Sutrisno, dan BJ Habibie .
Dari keenam sosok wapres tersebut, dua di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat ( KSAD ). Umar Wirahadikusumah merupakan KSAD ke-9. Sementara, Try Sutrisno merupakan KSAD ke-15.
Berikut ini SINDOnews tampilkan profil singkat dua mantan KSAD yang menjadi wapres pada era Soeharto tersebut.
1. Umar Wirahadikusumah
Umar Wirahadikusuma ditunjuk sebagai pimpinan TNI AD bedasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 135/M/1969 tanggal 4 Desember 1969.
Umar Wirahadikusumah lahir di Situraja, Sumedang, 10 Oktober 1924. Umar merupakan anak dari pasangan Raden Rangga Wirahadikusumah dan Nyi R.Ratnaningrum Kartamadenda.
Sebelum menjadi KSAD, Umar Pangkostrad sejak 2 Desember 1965 sampai dengan 17 April 1967. Umar adalah Pangkostrad kedua setelah Mayor Jenderal TNI Soeharto.
Umar juga Menjadi Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Cicalengka, Jawa Barat (1945). Dikutip dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, pada masa awal Revolusi, sejumlah pemuda Sunda bergabung masuk tentara. Sebagian dari mereka berasal dari keluarga bangsawan, salah satunya Umar Wirahadikusumah. Dia masuk tentara atas kesadarannya sendiri untuk membela Tanah Air.
Umar juga menjadi Wakas Res. X Tasikmalaya (1946) dengan pangkat kapten. Kemudian, menjadi Ajudan Panglima Kodam (Pangdam) VI Siliwangi, yang ketika itu dijabat AH Nasution.
Umar juga menduduki sejumlah jabatan lainnya seperti Komandan Batalyon (Danyon) 1-U/III Cirebon (1947) hingga Pangdam V/Jaya-1 (1961-l965). Saat menjabat Pangdam V/Jaya, Umar turut menumpas G-30-S/PKI.
Keandalannya mendukung Panglima Kostrad Mayjen Soeharto menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI), membuat Umar dipercaya menjabat Pangkostrad pada 1965-1967. Dia menggantikan Mayjen Soeharto. Umar diangkat sebagai Pangkostrad berdasarkan Surat Keputusan Men/Pangad: Kep.138/12/65 tertanggal 2 Desember 1965. Umar juga diangkat menjadi Pangkolaga pada 1966.
Karier militernya makin meroket setelah menjadi Wakil Panglima Angkatan Darat (Wapangad) (1967-1969). Jabatan Kepala Staf AD pada Desember 1969-April 1973 menjadi puncak karier militernya.
Setelah itu, Umar menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 10 tahun (1973-l983). Kemudian, pada Jumat, 11 Maret 1983 Umar terpilih dan dilantik menjadi Wakil Presiden RI 1983-1988 mendampingi Presiden Soeharto .
Umar menjadi wapres berdasarkan Ketetapan Nomor VIII/MPR/1983. Umar merupakan Wapres ke-4 Indonesia setelah Mohammad Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik . Setelah Umar Wirahadikusumah menyelesaikan tugasnya pada 1988, kursi wapres diduduki Sudharmono.
2. Try Sutrisno
Try Sutrisno diangkat menjadi KSAD pada 7 Juni 1986. Try yang sebelumnya menjabat Wakil KSAD, diangkat menjadi KSAD menggantikan Jenderal TNI Rudini.
Try Sutrisno lahir di Surabaya, 15 November 1935. Try merupakan anak ketiga dari pasangan Soebandi dan Mardiyah.
Sebelum menjadi KSAD, Try menduduki sejumlah jabatan strategis khususnya di TNI Angkatan Darat (AD). Di antaranya, Kasdam XVI/Udayana, Pangdam IV/Sriwijaya, kemudian Pangdam Jaya/Jayakarta, dan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad). Karier militer tertingginya adalah Panglima ABRI (Pangab) pada 1988-1993.
Try yang pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto pada 1974-1978 ini terpilih menjadi Wapres pada 1993, menggantikan Sudharmono. Dalam Sidang Paripurna MPR pada 11 Maret 1993, Try dilantik dan membacakan sumpah sebagai wakil presiden ke-6 dengan masa jabatan 1993-1998.
Dalam pidato pelantikannya sebagai wapres RI pada 11 Maret 1993, Try berjanji membantu tugas-tugas Presiden RI secara optimal sekuat kemampuannya.
"Saya menyadari bahwa Pak Harto memposisikan sebagai mandataris MPR, meminta saya untuk membantu tugas Presiden secara keseluruhan di bidang perencanaan dan pelaksanaan wasrik. Wasrik itu pengawasan dan pemeriksaan pembangunan nasional," kata Try dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden yang tayang 17 Agustus 2020.
Pada 2015, Try menilai tugas seorang wakil presiden (wapres) sebagai pembantu presiden. Sehingga, dia menganggap keliru jika presiden dengan wapres bagi-bagi tugas. Pembantu presiden yang dimaksudnya dalam arti luas. Hal itu dituturkannya berdasarkan pengalamannya saat menjadi wapres era Presiden Soeharto.
"Jadi tidak benar kalau presiden dan wapres bagi tugas seperti bagi kue. Presiden urusi ekonomi, wapres urusi bidang lain. Tidak seperti itu," ujar Try Sutrisno dalam acara Supermentor Keenam bertajuk Leader di Djakarta Theatre XXI, Jakarta, Minggu (17/5/2015) malam.
Saat itu, dia menuturkan, mendapat tugas dalam hal pengawasan dan pembangunan sekaligus menjadi Ketua Baperjarnas serta pengawasan objek vital strategis. Menurut Try, presiden memimpin eksekutif atau pemerintahan. Sedangkan wapres bertugas membantu. "Tidak benar presiden bagian A dan wapres bagian B. Tidak benar itu," katanya.
Diketahui, Soeharto menjadi Presiden sejak 1967-1998. Enam orang wakil presiden (wapres) yang mendampingi Soeharto berturut-turut adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik Batubara, Umar Wirahadikusumah, Sudharmono, Try Sutrisno, dan BJ Habibie .
Dari keenam sosok wapres tersebut, dua di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat ( KSAD ). Umar Wirahadikusumah merupakan KSAD ke-9. Sementara, Try Sutrisno merupakan KSAD ke-15.
Berikut ini SINDOnews tampilkan profil singkat dua mantan KSAD yang menjadi wapres pada era Soeharto tersebut.
1. Umar Wirahadikusumah
Umar Wirahadikusuma ditunjuk sebagai pimpinan TNI AD bedasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 135/M/1969 tanggal 4 Desember 1969.
Umar Wirahadikusumah lahir di Situraja, Sumedang, 10 Oktober 1924. Umar merupakan anak dari pasangan Raden Rangga Wirahadikusumah dan Nyi R.Ratnaningrum Kartamadenda.
Sebelum menjadi KSAD, Umar Pangkostrad sejak 2 Desember 1965 sampai dengan 17 April 1967. Umar adalah Pangkostrad kedua setelah Mayor Jenderal TNI Soeharto.
Umar juga Menjadi Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Cicalengka, Jawa Barat (1945). Dikutip dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, pada masa awal Revolusi, sejumlah pemuda Sunda bergabung masuk tentara. Sebagian dari mereka berasal dari keluarga bangsawan, salah satunya Umar Wirahadikusumah. Dia masuk tentara atas kesadarannya sendiri untuk membela Tanah Air.
Umar juga menjadi Wakas Res. X Tasikmalaya (1946) dengan pangkat kapten. Kemudian, menjadi Ajudan Panglima Kodam (Pangdam) VI Siliwangi, yang ketika itu dijabat AH Nasution.
Umar juga menduduki sejumlah jabatan lainnya seperti Komandan Batalyon (Danyon) 1-U/III Cirebon (1947) hingga Pangdam V/Jaya-1 (1961-l965). Saat menjabat Pangdam V/Jaya, Umar turut menumpas G-30-S/PKI.
Keandalannya mendukung Panglima Kostrad Mayjen Soeharto menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI), membuat Umar dipercaya menjabat Pangkostrad pada 1965-1967. Dia menggantikan Mayjen Soeharto. Umar diangkat sebagai Pangkostrad berdasarkan Surat Keputusan Men/Pangad: Kep.138/12/65 tertanggal 2 Desember 1965. Umar juga diangkat menjadi Pangkolaga pada 1966.
Karier militernya makin meroket setelah menjadi Wakil Panglima Angkatan Darat (Wapangad) (1967-1969). Jabatan Kepala Staf AD pada Desember 1969-April 1973 menjadi puncak karier militernya.
Setelah itu, Umar menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 10 tahun (1973-l983). Kemudian, pada Jumat, 11 Maret 1983 Umar terpilih dan dilantik menjadi Wakil Presiden RI 1983-1988 mendampingi Presiden Soeharto .
Umar menjadi wapres berdasarkan Ketetapan Nomor VIII/MPR/1983. Umar merupakan Wapres ke-4 Indonesia setelah Mohammad Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik . Setelah Umar Wirahadikusumah menyelesaikan tugasnya pada 1988, kursi wapres diduduki Sudharmono.
2. Try Sutrisno
Try Sutrisno diangkat menjadi KSAD pada 7 Juni 1986. Try yang sebelumnya menjabat Wakil KSAD, diangkat menjadi KSAD menggantikan Jenderal TNI Rudini.
Try Sutrisno lahir di Surabaya, 15 November 1935. Try merupakan anak ketiga dari pasangan Soebandi dan Mardiyah.
Sebelum menjadi KSAD, Try menduduki sejumlah jabatan strategis khususnya di TNI Angkatan Darat (AD). Di antaranya, Kasdam XVI/Udayana, Pangdam IV/Sriwijaya, kemudian Pangdam Jaya/Jayakarta, dan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad). Karier militer tertingginya adalah Panglima ABRI (Pangab) pada 1988-1993.
Try yang pernah menjadi ajudan Presiden Soeharto pada 1974-1978 ini terpilih menjadi Wapres pada 1993, menggantikan Sudharmono. Dalam Sidang Paripurna MPR pada 11 Maret 1993, Try dilantik dan membacakan sumpah sebagai wakil presiden ke-6 dengan masa jabatan 1993-1998.
Dalam pidato pelantikannya sebagai wapres RI pada 11 Maret 1993, Try berjanji membantu tugas-tugas Presiden RI secara optimal sekuat kemampuannya.
"Saya menyadari bahwa Pak Harto memposisikan sebagai mandataris MPR, meminta saya untuk membantu tugas Presiden secara keseluruhan di bidang perencanaan dan pelaksanaan wasrik. Wasrik itu pengawasan dan pemeriksaan pembangunan nasional," kata Try dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden yang tayang 17 Agustus 2020.
Pada 2015, Try menilai tugas seorang wakil presiden (wapres) sebagai pembantu presiden. Sehingga, dia menganggap keliru jika presiden dengan wapres bagi-bagi tugas. Pembantu presiden yang dimaksudnya dalam arti luas. Hal itu dituturkannya berdasarkan pengalamannya saat menjadi wapres era Presiden Soeharto.
"Jadi tidak benar kalau presiden dan wapres bagi tugas seperti bagi kue. Presiden urusi ekonomi, wapres urusi bidang lain. Tidak seperti itu," ujar Try Sutrisno dalam acara Supermentor Keenam bertajuk Leader di Djakarta Theatre XXI, Jakarta, Minggu (17/5/2015) malam.
Saat itu, dia menuturkan, mendapat tugas dalam hal pengawasan dan pembangunan sekaligus menjadi Ketua Baperjarnas serta pengawasan objek vital strategis. Menurut Try, presiden memimpin eksekutif atau pemerintahan. Sedangkan wapres bertugas membantu. "Tidak benar presiden bagian A dan wapres bagian B. Tidak benar itu," katanya.
(zik)