Kisah Idjon Djanbi, Bule yang Jadi Komandan Pertama Kopassus
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kisah Idjon Djanbi dalam sejarah pendirian Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ) tak lagi diragukan. Keberanian dan ketegasannya dalam pertempuran, membuat namanya terus dikenang meski bukan Warga Negara Indonesia (WNI).
Pemilik nama lengkap Rokus Bernardus Visser merupakan warga negara Belanda dan bekas Korp Speciale Troepen (KST). Pasca terjadinya agresi militer Belanda , Visser memilih untuk keluar dari militer dan beralih menjadi petani bunga di Lembang, Jawa Barat. Disini dia menjadi mualaf dan mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi.
Dilansir dari buku kopassus Inside Indonesia's special forces, Kisah Idjon Djanbi dalam mendirikan Kopassus dimulai dari A.E kawilarang yang ingin membentuk pasukan khusus saat melawan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 16 April 1952. Baca juga : Danjen Kopassus Mayjen TNI Teguh Raih Brevet Anti-Teror dari Sat-81 Kopassus
Ketika menikmati hidup damainya di Lembang, pria kelahiran 13 Mei 1914 sempat ditemui oleh Letda Aloysius Soegijanto untuk membahas pembentukan pasukan komando. Karena memiliki banyak keahlian bertempur, mulai dari keahlian menggunakan senjata hingga pertarungan tangan kosong, dia dipilih menjadi pelatih sipil di CIC II. Namun dia meminta agar pangkatnya harus lebih tinggi dari calon siswanya.
Seiring berjalannya waktu, pasukan elit ini semakin matang. Mereka berhasil mengatasi pemberontakan DI/TII dan PRRI/Permesta. Dari peristiwa tersebut, niat untuk membentuk pasukan khusus di Angkatan Darat semakin besar.
Baca juga : Daftar Lengkap Mutasi 5 Pejabat Kopassus
Pengangkatan Idjon menjadi Mayor Infanteri TNI dengan NRP 17665 ini diputuskan Mennteri Pertahanan kala itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 1 April 1952. Idjon mendapat tugas untuk melatih para perwira dan bintara dalam pembentukan pasukan khusus.
Pasukan khusus Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi, disingkat Kesko III kemudian dibentuk pada tanggal 16 April 1952. Pasukan tersebut dipimpin oleh Idjon, tanggal tersebut juga diperingati sebagai hari jadi Kopassus.
Meskipun sudah masuk Islam dan menjadi warga negara Indonesia, itu tidak membuat Idjon bebas dari rasa sentimen masyarakat. Terutama para bawahannya yang merasa iri padanya. Dia bahkan dianggap sebagai mata mata Belanda.
Memang tidak ada bukti yang menunjukkan dirinya adalah mata mata. Setelah Kopassus menjadi pasukan yang besar. Banyak orang mulai ingin menggeser Idjon dari posisinya.
Karena suasana yang sudah tidak kondusif lagi, akhirnya pada tahun 1956 Idjon memilih untuk mundur dari TNI, meskipun semua itu telah dibangunnya dari nol.
Kisah Idjon Djanbi ini mulai menuju akhir, ketika Idjon mengalami penyakit usus buntu tak lama setelah dia pensiun. Pada 1 April 1977 Komandan Kopassus ini dinyatakan meninggal karena penyakitnya.
Lihat Juga: 5 Fakta Mayjen TNI Rui Duarte, Putra Timor Timur dengan Penugasan Baru sebagai Irjen Kemenhan
Pemilik nama lengkap Rokus Bernardus Visser merupakan warga negara Belanda dan bekas Korp Speciale Troepen (KST). Pasca terjadinya agresi militer Belanda , Visser memilih untuk keluar dari militer dan beralih menjadi petani bunga di Lembang, Jawa Barat. Disini dia menjadi mualaf dan mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi.
Dilansir dari buku kopassus Inside Indonesia's special forces, Kisah Idjon Djanbi dalam mendirikan Kopassus dimulai dari A.E kawilarang yang ingin membentuk pasukan khusus saat melawan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 16 April 1952. Baca juga : Danjen Kopassus Mayjen TNI Teguh Raih Brevet Anti-Teror dari Sat-81 Kopassus
Ketika menikmati hidup damainya di Lembang, pria kelahiran 13 Mei 1914 sempat ditemui oleh Letda Aloysius Soegijanto untuk membahas pembentukan pasukan komando. Karena memiliki banyak keahlian bertempur, mulai dari keahlian menggunakan senjata hingga pertarungan tangan kosong, dia dipilih menjadi pelatih sipil di CIC II. Namun dia meminta agar pangkatnya harus lebih tinggi dari calon siswanya.
Seiring berjalannya waktu, pasukan elit ini semakin matang. Mereka berhasil mengatasi pemberontakan DI/TII dan PRRI/Permesta. Dari peristiwa tersebut, niat untuk membentuk pasukan khusus di Angkatan Darat semakin besar.
Baca juga : Daftar Lengkap Mutasi 5 Pejabat Kopassus
Pengangkatan Idjon menjadi Mayor Infanteri TNI dengan NRP 17665 ini diputuskan Mennteri Pertahanan kala itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 1 April 1952. Idjon mendapat tugas untuk melatih para perwira dan bintara dalam pembentukan pasukan khusus.
Pasukan khusus Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi, disingkat Kesko III kemudian dibentuk pada tanggal 16 April 1952. Pasukan tersebut dipimpin oleh Idjon, tanggal tersebut juga diperingati sebagai hari jadi Kopassus.
Meskipun sudah masuk Islam dan menjadi warga negara Indonesia, itu tidak membuat Idjon bebas dari rasa sentimen masyarakat. Terutama para bawahannya yang merasa iri padanya. Dia bahkan dianggap sebagai mata mata Belanda.
Memang tidak ada bukti yang menunjukkan dirinya adalah mata mata. Setelah Kopassus menjadi pasukan yang besar. Banyak orang mulai ingin menggeser Idjon dari posisinya.
Karena suasana yang sudah tidak kondusif lagi, akhirnya pada tahun 1956 Idjon memilih untuk mundur dari TNI, meskipun semua itu telah dibangunnya dari nol.
Kisah Idjon Djanbi ini mulai menuju akhir, ketika Idjon mengalami penyakit usus buntu tak lama setelah dia pensiun. Pada 1 April 1977 Komandan Kopassus ini dinyatakan meninggal karena penyakitnya.
Lihat Juga: 5 Fakta Mayjen TNI Rui Duarte, Putra Timor Timur dengan Penugasan Baru sebagai Irjen Kemenhan
(bim)