Menko PMK Gagas Rumah Resiliensi Indonesia untuk Penanggulangan Bencana
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menginisiasi dibentuknya forum Rumah Resiliensi Indonesia sebagai wadah komunikasi para stakeholders berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam penanganan risiko bencana. Forum ini dibentuk guna mendukung tercapainya salah satu tujuan dari forum internasional Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang digelar di Bali 23-28 Mei 2022.
GDPRR ke-7 yang dilaksanakan oleh Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) bersama pemerintah Indonesia, adalah forum global untuk mengkaji dan membahas kemajuan pelaksanaan kerangka sendai untuk pengurangan risiko bencana. Tema yang diangkat tahun ini adalah transformasi “Dari Risiko ke Ketangguhan: Menuju Pembangunan Berkelanjutan untuk Semua di Dunia yang Telah Berubah Karena Covid-19,” ujarnya, Jumat (27/5/2022).
Menko Muhadjir mengatakan, ada empat target yang hendak dicapai dalam kegiatan tersebut. Target pertama pemulihan pasca Covid-19. Sedangkan, target kedua meningkatkan kesadaran publik dalam penanggulangan bencana. “Target ketiga melibatkan elemen penting pentahelix dalam pengurangan risiko bencana, dan target keempat menunjukkan praktik baik yang sudah Indonesia lakukan," kata Muhadjir.
Rumah Resiliensi Indonesia berdiri dari sekumpulan pegiat dan komunitas baik itu organisasi kemasyarakatan maupun volunteer dan juga filantropi yang memiliki kepedulian tinggi di bidang pengurangan risiko bencana di Indonesia. Untuk itu, Muhadjir berharap melalui Rumah Resiliensi Indonesia ini semua pihak dapat bertukar pikiran, memberikan inovasi, dan bergotong royong menghadapi berbagai bencana baik bencana alam maupun non-alam.
Vice Presiden PT Tatalogam Lestari Stephanus Koeswandi mengatakan, kerja sama berbagai pihak memang menjadi kunci penting dalam mengurangi risiko bencana. Untuk itu, Rumah Domus sebagai bagian dari Rumah Resiliensi berkomitmen mendukung upaya tersebut.
“Dalam upaya pengurangan berbagai risiko bencana dibutuhkan kerja sama yang baik dari banyak pihak. Dengan kita saling bertukar pikiran, memberikan inovasi dan bergotong royong, semua masalah dapat dengan mudah teratasi. Korban jiwa, kerugian ekonomi, kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi. Mitigasi dengan melibatkan banyak pihak ini juga dapat menjadi landasan dalam perencanaan pembangunan. Untuk itu, PT Tatalogam Lestari sebagai produsen rumah instan Domus berkomitmen untuk mendukung upaya ini,” ucapnya.
Stephanus menambahkan, pihaknya juga berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan sehingga dampak bencana yang timbul akibat proses produksi dapat ditekan. Dengan mengusung industri hijau, Tatalogam Group berharap tak hanya dapat mengurangi risiko bencana, namun juga dapat membantu mempercepat tercapainya target Sustainable Development Goals (SDGs) yang sudah ditetapkan pemerintah.
“Pengurangan risiko bencana pada dasarnya adalah pendekatan untuk mengindentifikasi, mengevaluasi, dan mengurangi risiko yang diakibatkan oleh bencana. Praktiknya adalah dengan melakukan upaya-upaya sistematis dalam menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana. Tatalogam Group berkomitmen menjalankan praktik ini. Caranya dengan mengusung industri hijau sehingga dampak kerusakan lingkungan yang dapat berujung pada timbulnya bencana alam dapat dihindari,” tegasnya.
GDPRR ke-7 yang dilaksanakan oleh Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) bersama pemerintah Indonesia, adalah forum global untuk mengkaji dan membahas kemajuan pelaksanaan kerangka sendai untuk pengurangan risiko bencana. Tema yang diangkat tahun ini adalah transformasi “Dari Risiko ke Ketangguhan: Menuju Pembangunan Berkelanjutan untuk Semua di Dunia yang Telah Berubah Karena Covid-19,” ujarnya, Jumat (27/5/2022).
Menko Muhadjir mengatakan, ada empat target yang hendak dicapai dalam kegiatan tersebut. Target pertama pemulihan pasca Covid-19. Sedangkan, target kedua meningkatkan kesadaran publik dalam penanggulangan bencana. “Target ketiga melibatkan elemen penting pentahelix dalam pengurangan risiko bencana, dan target keempat menunjukkan praktik baik yang sudah Indonesia lakukan," kata Muhadjir.
Rumah Resiliensi Indonesia berdiri dari sekumpulan pegiat dan komunitas baik itu organisasi kemasyarakatan maupun volunteer dan juga filantropi yang memiliki kepedulian tinggi di bidang pengurangan risiko bencana di Indonesia. Untuk itu, Muhadjir berharap melalui Rumah Resiliensi Indonesia ini semua pihak dapat bertukar pikiran, memberikan inovasi, dan bergotong royong menghadapi berbagai bencana baik bencana alam maupun non-alam.
Vice Presiden PT Tatalogam Lestari Stephanus Koeswandi mengatakan, kerja sama berbagai pihak memang menjadi kunci penting dalam mengurangi risiko bencana. Untuk itu, Rumah Domus sebagai bagian dari Rumah Resiliensi berkomitmen mendukung upaya tersebut.
“Dalam upaya pengurangan berbagai risiko bencana dibutuhkan kerja sama yang baik dari banyak pihak. Dengan kita saling bertukar pikiran, memberikan inovasi dan bergotong royong, semua masalah dapat dengan mudah teratasi. Korban jiwa, kerugian ekonomi, kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi. Mitigasi dengan melibatkan banyak pihak ini juga dapat menjadi landasan dalam perencanaan pembangunan. Untuk itu, PT Tatalogam Lestari sebagai produsen rumah instan Domus berkomitmen untuk mendukung upaya ini,” ucapnya.
Stephanus menambahkan, pihaknya juga berkomitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan sehingga dampak bencana yang timbul akibat proses produksi dapat ditekan. Dengan mengusung industri hijau, Tatalogam Group berharap tak hanya dapat mengurangi risiko bencana, namun juga dapat membantu mempercepat tercapainya target Sustainable Development Goals (SDGs) yang sudah ditetapkan pemerintah.
“Pengurangan risiko bencana pada dasarnya adalah pendekatan untuk mengindentifikasi, mengevaluasi, dan mengurangi risiko yang diakibatkan oleh bencana. Praktiknya adalah dengan melakukan upaya-upaya sistematis dalam menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab bencana. Tatalogam Group berkomitmen menjalankan praktik ini. Caranya dengan mengusung industri hijau sehingga dampak kerusakan lingkungan yang dapat berujung pada timbulnya bencana alam dapat dihindari,” tegasnya.
(cip)