Membangun Kebanggaan Nasional untuk Melawan Radikalisme dan Terorisme
loading...
A
A
A
JAKARTA - Semangat nasionalisme pada Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) menandakan rumusan identitas kebangsaan yang tidak lagi terikat oleh fanatisme suku, etnis, dan kepentingan sekterian lainnya. Di era sekarang, nasionalisme dan menjadi Indonesia seutuhnya, terlihat mulai luntur dengan masuknya paham transnasional yang menjadikan agama sebagai kedok untuk kembali memecah belah persatuan rakyat Indonesia, sehingga perlu untuk membangun rasa kebanggaan nasional.
Hal tersebut dikatakan tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) KH Adnan Anwar. Menurutnya, Harkitnas haruslah menjadi momen membangun kebanggaan nasional sebagai salah satu cara agar masyarakat tidak terperangkap pada imajinasi liar membentuk negara agama yang diyakini oleh kelompok radikal.
"Harus ada yang namanya disebut kebanggaan nasional, semua warga bangsa, utamanya kaum milenial ini harus memperkuat jati diri keindonesiaannya, bahwa Indonesia ini memiliki peradaban yang sangat maju dan mampu mengelola perbedaan serta bisa mengelola berbagai macam tantangan," kata KH Adnan Anwar dikutip, Minggu (22/5/2022).
Di samping membangun kebanggaan nasional sebagai bangsa yang memiliki sejarah besar dan budaya toleransi yang kental, peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini harus bisa menjadi momentum agar semua warga sentiasa menyuntikkan spirit nasionalisme dan patriotisme di hati seluruh sanubari anak bangsa.
"Seperti di masa lalu, kaum muda berani membuang ego sektoral dan sentimen primordial demi memperjuangkan kepentingan yang lebih besar, yakni kemerdekaan bangsa," ucap Ketua Umum Yayasan Direktur Panata Dipantara ini. Yayasan ini bergerak di Bidang Kajian Kontra Narasi dan Idiologi dari Paham Radikal Terorisme.
Menurut Adnan, praktik intoleransi, ekstremisme, radikalisme, dan terorisme, dalam beberapa tahun terakhir membuat relasi keagamaan dan kebangsaan merenggang. Hal ini disebabkan merebaknya paham ekstremisme-kekerasan yang dilatari oleh konservatisme dan fanatisme keagamaan.
"Padahal agama-agama di Indonesia seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu selama ini sangat berperan sangat aktif sebagai stabilisator dan penjaga NKRI. Namun, ideologi transnasional bertopeng agama justru telah menyumbang andil pada lunturnya nasionalisme," kata pria yang akrab disapa Kiai Adnan ini.
Baca juga: MUI: Jakarta Rentan Jadi Target Terorisme Internasional
Untuk itu, instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional ini mengingatkan kembali pride of nations. Kebanggaan terhadap nasionalisme harus dimunculkan, yakni membesarkan bangsa lebih baik daripada mencari pilihan ideologi lain yang belum terbukti menghasilkan kemaslahatan atau kebaikan ketika diterapkan.
"Dan kita juga harus selalu mensyukuri atas peran dari para founding father, yang mampu melahirkan sebuah negara besar dengan tingkat keragaman paling kompleks, yang masih eksis dan paling aman. Kita perlu mewujudkan rasa syukur dan bangkit bahwa negara kita adalah yang terbaik di antara negara yang lain yang sedang berkonflik," kata mantan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU ini.
Dalam hal ini diperlukan peran dari para tokoh agama dan masyarakat guna untuk mendorong umat bangkit melawan ancaman nyata intoleransi, ekstremisme, dan radikalisme dengan membawa dakwah yang menyejukkan. "Tokoh agama harus mampu memberikan penerangan dan pengertian hingga level grassroot, dalam melawan intoleransi, ekstremisme, dan radikalisme. Seperti apa yang sudah diupayakan BNPT dan Gugus Tugas Pemuka Agama yang bertugas memberikan pencegahan paham radikal terorisme," katanya.
Adnan mengatakan, Indonesia adalah negara yang berbasis agama terbesar di dunia. Masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama taat dan setia menjalankan syariat agamanya, dan memandang tokoh agama sebagai orang yang harus diikuti dan dijadikan panutan.
"Tidak hanya itu, para tokoh agama atau tokoh masyarakat tentunya perlu memperkuat forum kerukunan lintas agama dan lintas kultur di semua tingkatan masyarakat. Seperti FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) tentunya perlu diperluas dan diperkuat kualitas dialognya," kata pria yang ditugaskan mengembangkan ormas NU di kawasan Timur Tengah ini.
Dalam kesempatan yang sama, Adnan juga ingin mendorong ketegasan pemerintah guna penerapan Pancasila yang lebih massif untuk mendorong dan kembali membangkitkan semangat nasionalisme melawan ancaman nyata intoleransi, ekstremisme dan radikalisme.
Lihat Juga: Cegah Paham Radikalisme, BNPT Tingkatkan Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan Mitra Deradikalisasi
Hal tersebut dikatakan tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) KH Adnan Anwar. Menurutnya, Harkitnas haruslah menjadi momen membangun kebanggaan nasional sebagai salah satu cara agar masyarakat tidak terperangkap pada imajinasi liar membentuk negara agama yang diyakini oleh kelompok radikal.
"Harus ada yang namanya disebut kebanggaan nasional, semua warga bangsa, utamanya kaum milenial ini harus memperkuat jati diri keindonesiaannya, bahwa Indonesia ini memiliki peradaban yang sangat maju dan mampu mengelola perbedaan serta bisa mengelola berbagai macam tantangan," kata KH Adnan Anwar dikutip, Minggu (22/5/2022).
Di samping membangun kebanggaan nasional sebagai bangsa yang memiliki sejarah besar dan budaya toleransi yang kental, peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini harus bisa menjadi momentum agar semua warga sentiasa menyuntikkan spirit nasionalisme dan patriotisme di hati seluruh sanubari anak bangsa.
"Seperti di masa lalu, kaum muda berani membuang ego sektoral dan sentimen primordial demi memperjuangkan kepentingan yang lebih besar, yakni kemerdekaan bangsa," ucap Ketua Umum Yayasan Direktur Panata Dipantara ini. Yayasan ini bergerak di Bidang Kajian Kontra Narasi dan Idiologi dari Paham Radikal Terorisme.
Menurut Adnan, praktik intoleransi, ekstremisme, radikalisme, dan terorisme, dalam beberapa tahun terakhir membuat relasi keagamaan dan kebangsaan merenggang. Hal ini disebabkan merebaknya paham ekstremisme-kekerasan yang dilatari oleh konservatisme dan fanatisme keagamaan.
"Padahal agama-agama di Indonesia seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu selama ini sangat berperan sangat aktif sebagai stabilisator dan penjaga NKRI. Namun, ideologi transnasional bertopeng agama justru telah menyumbang andil pada lunturnya nasionalisme," kata pria yang akrab disapa Kiai Adnan ini.
Baca juga: MUI: Jakarta Rentan Jadi Target Terorisme Internasional
Untuk itu, instruktur Pendidikan Kader Penggerak Nahdatul Ulama (PKPNU) Nasional ini mengingatkan kembali pride of nations. Kebanggaan terhadap nasionalisme harus dimunculkan, yakni membesarkan bangsa lebih baik daripada mencari pilihan ideologi lain yang belum terbukti menghasilkan kemaslahatan atau kebaikan ketika diterapkan.
"Dan kita juga harus selalu mensyukuri atas peran dari para founding father, yang mampu melahirkan sebuah negara besar dengan tingkat keragaman paling kompleks, yang masih eksis dan paling aman. Kita perlu mewujudkan rasa syukur dan bangkit bahwa negara kita adalah yang terbaik di antara negara yang lain yang sedang berkonflik," kata mantan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU ini.
Dalam hal ini diperlukan peran dari para tokoh agama dan masyarakat guna untuk mendorong umat bangkit melawan ancaman nyata intoleransi, ekstremisme, dan radikalisme dengan membawa dakwah yang menyejukkan. "Tokoh agama harus mampu memberikan penerangan dan pengertian hingga level grassroot, dalam melawan intoleransi, ekstremisme, dan radikalisme. Seperti apa yang sudah diupayakan BNPT dan Gugus Tugas Pemuka Agama yang bertugas memberikan pencegahan paham radikal terorisme," katanya.
Adnan mengatakan, Indonesia adalah negara yang berbasis agama terbesar di dunia. Masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama taat dan setia menjalankan syariat agamanya, dan memandang tokoh agama sebagai orang yang harus diikuti dan dijadikan panutan.
"Tidak hanya itu, para tokoh agama atau tokoh masyarakat tentunya perlu memperkuat forum kerukunan lintas agama dan lintas kultur di semua tingkatan masyarakat. Seperti FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) tentunya perlu diperluas dan diperkuat kualitas dialognya," kata pria yang ditugaskan mengembangkan ormas NU di kawasan Timur Tengah ini.
Dalam kesempatan yang sama, Adnan juga ingin mendorong ketegasan pemerintah guna penerapan Pancasila yang lebih massif untuk mendorong dan kembali membangkitkan semangat nasionalisme melawan ancaman nyata intoleransi, ekstremisme dan radikalisme.
Lihat Juga: Cegah Paham Radikalisme, BNPT Tingkatkan Wawasan Kebangsaan dan Keagamaan Mitra Deradikalisasi
(abd)