Menanti Keseriusan Tesla
loading...
A
A
A
PUBLIK di Tanah Air kembali dibuat kagum dengan rencana produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS) Tesla Inc. yang diklaim akan berinvestasi di Indonesia. Tak hanya berinvestasi dengan membangun pabrik baterai tetapi juga disebut-sebut akan membangun pabrik perakitan mobil listrik. Ekosistem kendaraan listrik itu diklaim akan dibangun di Batang, Jawa Tengah.
Sayangnya, klaim tersebut bukan terucap dari pemilik Tesla, Elon Musk. Wacana investasi Tesla tersebut sejatinya bukan barang baru. Sejak dua tahun lalu wacana tersebut sudah digulirkan ke publik Tanah Air. Bahkan pada awal 2021, dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Aneka Tambang, Tbk. (ANTM) dan PT Timah, Tbk. (TINS) disebut-sebut masuk dalam rantai pasok Tesla.
Alhasil, saham dua perusahaan itu kompak melejit. Sayangnya seiring berjalannya waktu wacana tersebut tenggelam. Investor yang membeli saham ANTM dan TINS pun menjerit.
Data industri automotif global menunjukkan Tesla bukanlah produsen mobil terbesar di dunia seperti yang selama ini menjadi konten-konten publikasi di Indonesia. Bahkan, perusahaan yang berbasis di Austin, Texas itu tak masuk dalam 10 besar produsen mobil dunia. Hingga Juli 2021, Volks Wagen Group masih bertengger di posisi puncak produsen mobil terbesar di dunia.
Pabrikan asal Jerman itu berhasil membukukan pendapatan penjualan sebesar USD254 miliar. Di posisi kedua, Toyota Motor Corp. (TMC) yang membukukan pendapatan senilai USD249,4 miliar. Kemudian Daimler Group sebesar USD175,9 miliar. Dua brand asal AS yakni Ford Motor dan General Motor masing-masing membukukan pendapatan USD127,1 miliar dan USD122,5 miliar.
Sedangkan Tesla mencatat pendapatan USD53,8 miliar selama 2021, lebih kecil dibandingkan pencapaian Hyundai Motor sebesar USD88,1 miliar hingga Juli 2021.
Terlepas dari aksi “pompom” Tesla yang diglorifikasi sebagai perusahaan paling populer abad ini, secuil harapan muncul tatkala Presiden Joko Widodo bertemu dengan Elon Musk di sela-sela lawatan ke AS.
Meskipun tak secara eksplisit menegaskan, akan melakukan ekspansi dan atau berinvestasi di Indonesia, namun Elon Musk berjanji akan datang ke Indonesia pada November 2022 mendatang.
Pemilik Space X itu juga melontarkan wacana ketertarikannya untuk bekerjasama dengan Indonesia, meskipun tak menyebutkan secara spesifik kerja sama apa yang dimaksud. Namun, dia mengakui Indonesia memiliki potensi yang besar, dan Tesla maupun SpaceX akan mencoba beberapa kerja sama dengan Indonesia.
Jika wacana tersebut tak sekadar retorika dan benar-benar direalisasikan, tentu akan menjadi berkah bagi Indonesia. Dengan dibangunnya pabrik baterai sekaligus pabrik mobil listrik tentu akan menyerap puluhan ribu tenaga kerja lokal yang tentunya akan membantu mengurangi pengangguran.
Sayangnya, klaim tersebut bukan terucap dari pemilik Tesla, Elon Musk. Wacana investasi Tesla tersebut sejatinya bukan barang baru. Sejak dua tahun lalu wacana tersebut sudah digulirkan ke publik Tanah Air. Bahkan pada awal 2021, dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Aneka Tambang, Tbk. (ANTM) dan PT Timah, Tbk. (TINS) disebut-sebut masuk dalam rantai pasok Tesla.
Alhasil, saham dua perusahaan itu kompak melejit. Sayangnya seiring berjalannya waktu wacana tersebut tenggelam. Investor yang membeli saham ANTM dan TINS pun menjerit.
Data industri automotif global menunjukkan Tesla bukanlah produsen mobil terbesar di dunia seperti yang selama ini menjadi konten-konten publikasi di Indonesia. Bahkan, perusahaan yang berbasis di Austin, Texas itu tak masuk dalam 10 besar produsen mobil dunia. Hingga Juli 2021, Volks Wagen Group masih bertengger di posisi puncak produsen mobil terbesar di dunia.
Pabrikan asal Jerman itu berhasil membukukan pendapatan penjualan sebesar USD254 miliar. Di posisi kedua, Toyota Motor Corp. (TMC) yang membukukan pendapatan senilai USD249,4 miliar. Kemudian Daimler Group sebesar USD175,9 miliar. Dua brand asal AS yakni Ford Motor dan General Motor masing-masing membukukan pendapatan USD127,1 miliar dan USD122,5 miliar.
Sedangkan Tesla mencatat pendapatan USD53,8 miliar selama 2021, lebih kecil dibandingkan pencapaian Hyundai Motor sebesar USD88,1 miliar hingga Juli 2021.
Terlepas dari aksi “pompom” Tesla yang diglorifikasi sebagai perusahaan paling populer abad ini, secuil harapan muncul tatkala Presiden Joko Widodo bertemu dengan Elon Musk di sela-sela lawatan ke AS.
Meskipun tak secara eksplisit menegaskan, akan melakukan ekspansi dan atau berinvestasi di Indonesia, namun Elon Musk berjanji akan datang ke Indonesia pada November 2022 mendatang.
Pemilik Space X itu juga melontarkan wacana ketertarikannya untuk bekerjasama dengan Indonesia, meskipun tak menyebutkan secara spesifik kerja sama apa yang dimaksud. Namun, dia mengakui Indonesia memiliki potensi yang besar, dan Tesla maupun SpaceX akan mencoba beberapa kerja sama dengan Indonesia.
Jika wacana tersebut tak sekadar retorika dan benar-benar direalisasikan, tentu akan menjadi berkah bagi Indonesia. Dengan dibangunnya pabrik baterai sekaligus pabrik mobil listrik tentu akan menyerap puluhan ribu tenaga kerja lokal yang tentunya akan membantu mengurangi pengangguran.