Menko PMK Sebut Secara De Facto Indonesia Sudah Transisi ke Endemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan saat ini secara de facto, Indonesia sudah bisa dikatakan transisi dari pandemi Covid-19 menjadi endemi .
“Lihat dari beberapa indikator, itu sebetulnya de facto sudah menuju ke endemi,” uujar Menko PMK usai melakukan rapat koordinasi di Istana Wakil Presiden (Wapres), Rabu (11/5/2022).
Muhadjir mengatakan hal ini terlihat dari beberapa indikator di antaranya angka kasus Covid-19 yang sudah menurun, kemudian positivity rate, occupancy rate, juga angka kematian yang sudah rendah.
“Intinya itu pokoknya dilihat dari pertama angka kasus, kasus aktif, kemudian positif ratenya berapa, kemudian tingkat occupancy rate rumah sakit, kemudian angka kematian ya angka kematian,” katanya.
Bahkan, kata Muhadjir, saat ini kematian akibat Covid-19 bukan tertinggi di antara penyakit yang ada di ranking 14. “Sekarang ini sudah ada tanda-tanda bahwa misalnya dilihat dari tanda-tanda kematian itu, sekarang kematian Covid-19 itu bukan yang paling tertinggi dari di antara penyakit yang ada. Bahkan dari hasil survei kecil-kecilan yang dilakukan oleh Kemenko PMK itu di ranking 14,” jelasnya. Baca juga: Satgas Covid-19 Sebut Indonesia Mulai Bertransisi Menuju Fase Endemi
“Dari penyakit-penyakit yang ada, yang paling tinggi itu kanker, cancer ya, cancer kemudian ada jantung koroner, termasuk stroke, kemudian pneumonia non spesifik, itu sekarang Covid-19 ini yang meninggal sudah di ranking 14. Jadi sudah bukan lagi ancaman yang kalau meninggal masih, yang kena juga masih, dan kita juga tetap hati-hati karena juga masih mematikan,” papar Muhadjir.
“Lihat dari beberapa indikator, itu sebetulnya de facto sudah menuju ke endemi,” uujar Menko PMK usai melakukan rapat koordinasi di Istana Wakil Presiden (Wapres), Rabu (11/5/2022).
Muhadjir mengatakan hal ini terlihat dari beberapa indikator di antaranya angka kasus Covid-19 yang sudah menurun, kemudian positivity rate, occupancy rate, juga angka kematian yang sudah rendah.
“Intinya itu pokoknya dilihat dari pertama angka kasus, kasus aktif, kemudian positif ratenya berapa, kemudian tingkat occupancy rate rumah sakit, kemudian angka kematian ya angka kematian,” katanya.
Bahkan, kata Muhadjir, saat ini kematian akibat Covid-19 bukan tertinggi di antara penyakit yang ada di ranking 14. “Sekarang ini sudah ada tanda-tanda bahwa misalnya dilihat dari tanda-tanda kematian itu, sekarang kematian Covid-19 itu bukan yang paling tertinggi dari di antara penyakit yang ada. Bahkan dari hasil survei kecil-kecilan yang dilakukan oleh Kemenko PMK itu di ranking 14,” jelasnya. Baca juga: Satgas Covid-19 Sebut Indonesia Mulai Bertransisi Menuju Fase Endemi
“Dari penyakit-penyakit yang ada, yang paling tinggi itu kanker, cancer ya, cancer kemudian ada jantung koroner, termasuk stroke, kemudian pneumonia non spesifik, itu sekarang Covid-19 ini yang meninggal sudah di ranking 14. Jadi sudah bukan lagi ancaman yang kalau meninggal masih, yang kena juga masih, dan kita juga tetap hati-hati karena juga masih mematikan,” papar Muhadjir.
(kri)