Musuh Negara Nomor 1, Kahar Muzakkar Ditembak Mati di Hari Idul Fitri

Senin, 02 Mei 2022 - 10:58 WIB
loading...
Musuh Negara Nomor 1,...
Operasi perburuan pentolan pemberontak Kahar Muzakkar berakhir di pengujung Ramadhan. Di pagi buta, tepat di hari Idul Fitri, dia ditembak mati. Foto/MPI
A A A
JAKARTA - Operasi perburuan pentolan pemberontak Kahar Muzakkar berakhir di pengujung Ramadhan. Di pagi buta, tepat di hari Idul Fitri , dia ditembak mati.

Perundingan demi perundingan yang gagal memicu Presiden Soekarno mengambil sikap tegas. Pada 17 Agustus 1964 Bung Karno memerintahkan Kodam XIV/Hasanuddin untuk menangkap pentolan DI/TII Sulawesi Selatan Abdul Kahar Muzakkar: hidup atau mati!

Pangdam Hasanuddin Kolonel M Jusuf merespons perintah itu dengan melanjutkan Operasi Kilat. Sebelumnya, Jusuf bersama pasukan Kujang dari Kodam Siliwangi melalui operasi itu telah menumpas pemberontakan Andi Selle di Pinrang.

Pada Agustus tahun itu, posisi Kahar diperkirakan berada di bagian tenggara Sulsel. Informasi itu diperoleh dari hasil pertempuran dengan pengawalnya di Rauta, sekitar Danau Towuti. Setelah berhasil menguasai daerah sekitar Latimojong, operasi diarahkan ke Tenggara.

“RPKAD (kini Kopassus) juga mendapat penugasan di bawah Batalyon Infanteri 330/Para Kujang I pimpinan Mayor Yogie S Memet untuk membantu Kodam Hasanuddin. Pengepungan Kahar dipimpin Kolonel GP Solichin, seorang perwira senior dari Siliwangi yang ditugasi sebagai kepala staf Operasi Kilat,” kata Iwan Santosa dan EA Natanegara dalam buku Kopassus untuk Indonesia: Profesionalisme Prajurit Kopassus, dikutip Senin (2/5/2022).

Pengawasan di daerah pegunungan Sulsel telah dilakukan lama. Kehadiran RPKAD di sisi gunung diharapkan dapat menutup akses pergerakan Kahar dan kelompoknya.

Serangan Fajar Akhiri Hidup Kahar
Pada Januari 1965, seorang perwira kepercayaan Kahar Muzakkar yakni Letkol TII Kadir Junus menyerah kepada TNI. Kadir pun membuka tempat persembunyian Kahar yang dikatakan berada di suatu tempat di Sulawesi Tenggara, tepatnya dekat Sungai Lasolo, Kabupaten Kendari.

Kendati demikian, kepastian lokasi musuh negara nomor satu setelah tamatnya riwayat pendiri NII di Jawa Barat Sekarmadi Maridjan Kartosoewirjo itu diperoleh tim RPKAD usai mereka menyergap kelompok Kahar di sekitar Lawate.

“Di antara dokumen-dokumen yang disita terdapat surat-surat yang masih baru ditulis Kahar Muzakkar, yang ditujukan kepada Mansjur,” kata penulis Atmadji Soemarkidjo dalam bukunya Jenderal M Jusuf: Panglima Para Prajurit.

Informasi itu diteruskan kepada Yogie S Memet. Perwira Baret Merah itu lantas memerintahkan operasi penuh. Tak tanggung-tanggung empat kompi Yonif 330 dikerahkan. Salah satu satuan yang melakukan patrol yakni Peleton I/Kompi D pimpinan Peltu Umar.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1338 seconds (0.1#10.140)