Jalan Panjang Presiden SBY hingga Dijuluki Bapak Perdamaian

Sabtu, 23 April 2022 - 09:09 WIB
loading...
Jalan Panjang Presiden SBY hingga Dijuluki Bapak Perdamaian
Presiden SBY dijuluki Bapak Perdamaian karena salah satunya mampu mencapai kesepakatan damai dengan GAM. FOTO/DOK.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Republik Indonesia telah dipimpin oleh 7 presiden sejak merdeka pada 17 Agustus 1945. Salah satunya adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) , Presiden ke-6 RI yang menjabat selama 10 tahun atau dua periode sejak 2004 hingga 2014.

Di masa kepemimpinannya, Presiden SBY banyak meraih pencapaian penting, utamanya terkait stabilitas di dalam negeri. Pemerintahan Republik Indonesia mencapai kesepakatan damai dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Nota kesepakatan ditandatangani di Helsinski, Finlandia, pada 15 Agustus 2005. Atas jasanya tersebut, Presiden SBY dijuluki Bapak Perdamaian.

"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijuluki sebagai Bapak Perdamaian karena pada masa jabatan beliau sebagai Presiden, Indonesia banyak berpartisipasi dalam misi perdamaian dunia, baik di tingkat nasional maupun internasional. Seperti Perjanjian Perdamaian Aceh melalui Nota Kesepahaman Helsinki, membangun Pusat Perdamaian dan Keamanan atau Indonesia Peace and Security Center (IPSC)," tulis Museum Kepresidenan RI Balai Kirti seperti dilansir akun resmi Instagram @kemensetneg.ri, 15 April 2022.

Baca juga: 6 Presiden Indonesia Sudah Memiliki Julukan, Kira-kira Jokowi Nanti Apa Ya?

SBY sukses menjadi Presiden Indonesia setelah memenangkan Pemilu 2004. SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla mengalahkan duet Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi pada putaran kedua. Pada putaran pertama, pemilihan presiden langsung pertama pada masa Reformasi ini diikuti 5 pasangan. Masing-masing Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, SBY-JK, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Pemerintahan SBY-JK menghadapi sejumlah konflik di dalam negeri negeri. Salah satunya adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang telah berdiri sejak 1977. Gerakan yang awalnya sebagai bentuk perlawanan kepada Pemerintahan Orde Baru terus berkembang menjadi kekuatan militer sipil. GAM memiliki angkatan perang yang bergerilya mengganggu stabilitas nasional.

Beragam upaya dilakukan pemerintah dari masa ke masa, tapi GAM tetap eksis. Akibatnya Aceh menjadi daerah konflik yang kerap menimbulkan korban jiwa rakyat yang tidak berdosa.

Baca juga: 6 Presiden RI Sudah Punya Julukan, Netizen Mulai Mikir buat Jokowi, Jawabannya Tak Terduga!

Mengutip jurnal berjudul Penyelesaian Konflik di Aceh: Aceh dalam proses Rekonstruksi & Rekonsiliasi (2005), bencana tsunami besar yang menerjang Aceh pada 2004 menjadi momentum terjadinya rekonsiliasi di Serambi Mekah. Para petinggi GAM akhirnya menyetujui adanya perundingan damai dengan pemerintah Indonesia. Helsinki, Finlandia ditetapkan sebagai tempat perundingan keduanya.

Perundingan damai antara GAM dan Pemerintah Indonesia cukup alot. Diperlukan hingga lima tahap, dari Januari hingga Agustus 2005, untuk mencapai kesepakatan. Hingga akhirnya kedua belah pihak menandatangani kesepakatan pada 15 Agustus 2005. Salah satunya Aceh menjadi bagian wilayah Indonesia sebagai daerah istimewa yang bisa menerapkan syariat Islam dan memiliki partai lokal. Perdamaianan itu kemudian dikenal sebagai Kesepakatan Helsinki.

Berkat kesepakatan itu, hingga saat ini, perdamaian tetap terjaga di Aceh. Karena itulah, Presiden SBY patut mendapat julukan Bapak Perdamaian.

Sementara itu, Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani menghargai dan mengapresiasi predikat yang disematkan kepada SBY sebagai bapak perdamaian. Namun, menurutnya, julukan tersebut hanya mencerminkan capaian pemerintahan SBY periode pertama saja.

"Lebih tepat untuk menggambarkan potret dua periode pemerintahan Pak SBY adalah sebagai bapak demokrasi. Beliau adalah pribadi yang taat azas, pro reformasi, pro demokrasi dan senantiasa menjunjung tinggi konstitusi. Mampu menahan diri dari godaan mengutak-atik konstitusi untuk melanggengkan kekuasaan," katanya.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1711 seconds (0.1#10.140)
pixels