Politikus PDIP Kritik Pedas Peran Presidensi G20 Jokowi : Enggak Usah Safari 3 Periode
loading...
A
A
A
JAKARTA - Politikus PDIP Effendi Simbolon kembali melontarkan kritik pedas terhadap Presiden Jokowi. Dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi I DPR dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi Effendi menilai peran Jokowi sebagai Presidensi G20 kurang optimal untuk menengahi persoalan antara Rusia dan Ukraina.
Tetapi di ujung pernyataannya, Effendi menyinggung wacana presiden 3 periode jabatan. Awalnya, Effendi bertanya kepada Retno apakah Presiden Jokowi tidak diberi peran di dunia internasional. Terlepas sukses tidaknya upaya tersebut, Effendi meyakini bahwa keluguan Jokowi bisa membantu menengahi konflik antara Rusia dengan Ukraina.
“Tapi, tunjukkan dong apakah bisa dengan model keluguan beliau (Jokowi), dengan cara yang sangat humanis, siapa tahu bisa menyentuh hatinya Presiden Rusia yang bersaudara dengan Ukraina Bu,” kata Effendi di Ruang Rapat Komisi I DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Namun, kata Effendi, dirinya sama sekali tidak melihat adanya upaya ke sana. Tidak pernah mendengar kabar Jokowi menghubungi Presiden Rusia atau Presiden Ukraina, justru yang sering disebut-sebut adalah masalah ekonomi. Menurutnya, masalah ekonomi ini tidak ada hubungannya dengan Indonesia, karena orang Indonesia sudah terbiasa susah.
“Orang Indonesia udah keburu susah, jadi biasa ekonomi susah. Ini peran dunia ini penting karena menyelamatkan kita semua. 5 bulan Pak Jokowi berperan untuk presidensinya G20 do nothing, Pak, tinggal 5 bulan atau 6,5 bulan lagi ke November, habis,” ujar Effendi.
Kemudian, salah satu anggota Komisi I DPR melemparkan celetukan “diperpanjang”. Effendi pun langsung merespons. “Diperpanjang itu periodenya, lain lagi,” kata Effendi menuai tawa di ruang rapat.
“Kita bicara G20 dulu, ini serius, Bu. Kawan dari beliau ini di mana sih? Masalahnya apa? Bu Menlu yang enggak dorong nih? Kasih Bu! Dengan keluguannya pasti ada manfaatnya Bu,” sambungnya.
Menurutnya, kesempatan ini jangan hanya diambil oleh Presiden Turki, Presiden Israel dan Presiden China. Presiden RI juga harus ambil kesempatan, apalagi saat ini tengah menjadi ex officio dari Presidensi G20 yang salah satu anggotanya adalah Rusia dan berperangnya hampir dengan semua anggota G20.
Effendi ini menegaskan, peran Indonesia jangan hanya sebatas penyelenggara saja. Apalagi, dia melihat bahwa Jokowi telah 3-4 kali ke Bali untuk mengecek persiapan yang menurutnya tidka perlu diperiksa oleh Presiden. Karena ia sangat meyakini bahwa Presidensi G20 ini adalah kesempatan, ketika terjadi kebekuan negara Barat, Amerika dengan negara-negara eks federasi dan negara-negara Timur. Dan G20 ini tidak sekedar forum politik saja.
“Ketika itu negara kita menjadi presidensinya lepas dari G20 bukanlah forum politik, tapi siapa yang bisa memisahkan ekonomi dan politik Bu? kenapa tidak diperankan? punjung ke Rusia ditemani Menlu yang hebat ini, berfoto bersalaman seperti ibu saja (Retno bersalaman dengan Menlu Rusia), nilai jualnya luar biasa, nggak usah diajarin Pak Jokowi Bu, biarin Tuhan yang ngajarin dia bu,” tegasnya.
Effendi menambahkan, Jokowi semestinya berkunjung langsung ke Rusia dan Ukraina, apalagi Indonesia memiliki keuntungan sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yang terdepan membela Palestina, terdepan membela muslim Uighur, China, Afghanistan. Apalagi, hubungan Indonesia dengan Rusia sejak proklamasi, begitu juga dengan Ukraina tidak ada handicap (rintangan).
Jadi, kata dia, lebih baik Menlu memikirkan sarannya itu, ada baiknya Jokowi mengupayakan itu di saat Ramadhan, ketimbang safari 3 periode.
“Please Bu, think about Bu (tolong dipikirkan). Jangan ini lewat momentum apalagi momentum puasa ini ada baiknya, enggak usah safari 3 periode lah, safarinya ke sana aja. Bener ini saya serius,” ucap Effendi.
Tetapi di ujung pernyataannya, Effendi menyinggung wacana presiden 3 periode jabatan. Awalnya, Effendi bertanya kepada Retno apakah Presiden Jokowi tidak diberi peran di dunia internasional. Terlepas sukses tidaknya upaya tersebut, Effendi meyakini bahwa keluguan Jokowi bisa membantu menengahi konflik antara Rusia dengan Ukraina.
“Tapi, tunjukkan dong apakah bisa dengan model keluguan beliau (Jokowi), dengan cara yang sangat humanis, siapa tahu bisa menyentuh hatinya Presiden Rusia yang bersaudara dengan Ukraina Bu,” kata Effendi di Ruang Rapat Komisi I DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Namun, kata Effendi, dirinya sama sekali tidak melihat adanya upaya ke sana. Tidak pernah mendengar kabar Jokowi menghubungi Presiden Rusia atau Presiden Ukraina, justru yang sering disebut-sebut adalah masalah ekonomi. Menurutnya, masalah ekonomi ini tidak ada hubungannya dengan Indonesia, karena orang Indonesia sudah terbiasa susah.
“Orang Indonesia udah keburu susah, jadi biasa ekonomi susah. Ini peran dunia ini penting karena menyelamatkan kita semua. 5 bulan Pak Jokowi berperan untuk presidensinya G20 do nothing, Pak, tinggal 5 bulan atau 6,5 bulan lagi ke November, habis,” ujar Effendi.
Kemudian, salah satu anggota Komisi I DPR melemparkan celetukan “diperpanjang”. Effendi pun langsung merespons. “Diperpanjang itu periodenya, lain lagi,” kata Effendi menuai tawa di ruang rapat.
“Kita bicara G20 dulu, ini serius, Bu. Kawan dari beliau ini di mana sih? Masalahnya apa? Bu Menlu yang enggak dorong nih? Kasih Bu! Dengan keluguannya pasti ada manfaatnya Bu,” sambungnya.
Menurutnya, kesempatan ini jangan hanya diambil oleh Presiden Turki, Presiden Israel dan Presiden China. Presiden RI juga harus ambil kesempatan, apalagi saat ini tengah menjadi ex officio dari Presidensi G20 yang salah satu anggotanya adalah Rusia dan berperangnya hampir dengan semua anggota G20.
Effendi ini menegaskan, peran Indonesia jangan hanya sebatas penyelenggara saja. Apalagi, dia melihat bahwa Jokowi telah 3-4 kali ke Bali untuk mengecek persiapan yang menurutnya tidka perlu diperiksa oleh Presiden. Karena ia sangat meyakini bahwa Presidensi G20 ini adalah kesempatan, ketika terjadi kebekuan negara Barat, Amerika dengan negara-negara eks federasi dan negara-negara Timur. Dan G20 ini tidak sekedar forum politik saja.
“Ketika itu negara kita menjadi presidensinya lepas dari G20 bukanlah forum politik, tapi siapa yang bisa memisahkan ekonomi dan politik Bu? kenapa tidak diperankan? punjung ke Rusia ditemani Menlu yang hebat ini, berfoto bersalaman seperti ibu saja (Retno bersalaman dengan Menlu Rusia), nilai jualnya luar biasa, nggak usah diajarin Pak Jokowi Bu, biarin Tuhan yang ngajarin dia bu,” tegasnya.
Effendi menambahkan, Jokowi semestinya berkunjung langsung ke Rusia dan Ukraina, apalagi Indonesia memiliki keuntungan sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yang terdepan membela Palestina, terdepan membela muslim Uighur, China, Afghanistan. Apalagi, hubungan Indonesia dengan Rusia sejak proklamasi, begitu juga dengan Ukraina tidak ada handicap (rintangan).
Jadi, kata dia, lebih baik Menlu memikirkan sarannya itu, ada baiknya Jokowi mengupayakan itu di saat Ramadhan, ketimbang safari 3 periode.
“Please Bu, think about Bu (tolong dipikirkan). Jangan ini lewat momentum apalagi momentum puasa ini ada baiknya, enggak usah safari 3 periode lah, safarinya ke sana aja. Bener ini saya serius,” ucap Effendi.
(muh)