Puasa dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
loading...
A
A
A
Selain korupsi, kejahatan lain di Indonesia juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun adalah jumlah serangan siber di Indonesia. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat serangan siber pada 2020 mencapai 495,3 juta atau meningkat 41% dari sebelumnya di 2019 sebesar 290,3 juta.
Salah satu cara yang dapat memperbaiki mentalitas generasi muda adalah melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan diharapkan mampu merombak mentalitas generasi muda ke arah yang lebih baik.
Mentalitas generasi muda dan kualitas pendidikan adalah dua faktor yang saling mempengaruhi. Mentalitas yang baik dapat dimiliki generasi muda, apabila kualitas pendidikan yang diberikan juga baik. Melakukan pendidikan karakter denganreligious approachmerupakan sebuah usaha pembentukan manusia seutuhnya.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab.
Ironisnya, tak sedikit pendidikan di Indonesia yang kini masih sering terjebak dalam permainan kekuasaan. Pendidikan yang tadinya netral, tidak memihak, dan objektif, berubah menjadi ajang pertarungan kekuasaan yang penuh intrik, konflik, bahkan seringkali diwarnai kepentingan ideologis yang sempit.
Dalam kondisi demikian, pendidikan yang tadinya menjadi sarana mencari kebenaran dan nilai-nilai akhirnya berubah menjadi sarana pencarian jati diri yang semu, abstrak, dan jauh dari pembentukan karakter anak bangsa.
Sejatinya, pendidikan karakter dalam membentuk kepribadian dan mentalitas peserta didik sangat penting adanya. Daniel Goleman dalam teorinya menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dan sosial di dalam kehidupan dibutuhkan sebesar 80%, sedangkan kecerdasan intelektual hanya sebesar 20%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk membangun kehidupan yang beradab. Oleh sebab itu, dengan adanya pendidikan karakter, peserta didik dapat mempelajari dan memahami bagaimana menggunakan kebebasan berpendapat mereka dan merefleksikan karakter yang baik dalam setiap sikap dan aktivitasnya.
Seorang penyair Arab Syauqi Bey berkata bahwa “Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlak/ karakternya. Jika itu telah runtuh, maka runtuh pulalah bangsa itu.” penyair Arab ini sangat relevan dengan hadis Rasulullah bahwa “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti (HR Ahmad).”
Urgensi Pendidikan Karakter
Sistem pendidikan dalam membentuk SDM dengan karakter yang tangguh, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri masih jauh dari kata berhasil. Ironisnya, kondisi tersebut terjadi hampir di semua lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta.
Salah satu cara yang dapat memperbaiki mentalitas generasi muda adalah melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan diharapkan mampu merombak mentalitas generasi muda ke arah yang lebih baik.
Mentalitas generasi muda dan kualitas pendidikan adalah dua faktor yang saling mempengaruhi. Mentalitas yang baik dapat dimiliki generasi muda, apabila kualitas pendidikan yang diberikan juga baik. Melakukan pendidikan karakter denganreligious approachmerupakan sebuah usaha pembentukan manusia seutuhnya.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab.
Ironisnya, tak sedikit pendidikan di Indonesia yang kini masih sering terjebak dalam permainan kekuasaan. Pendidikan yang tadinya netral, tidak memihak, dan objektif, berubah menjadi ajang pertarungan kekuasaan yang penuh intrik, konflik, bahkan seringkali diwarnai kepentingan ideologis yang sempit.
Dalam kondisi demikian, pendidikan yang tadinya menjadi sarana mencari kebenaran dan nilai-nilai akhirnya berubah menjadi sarana pencarian jati diri yang semu, abstrak, dan jauh dari pembentukan karakter anak bangsa.
Sejatinya, pendidikan karakter dalam membentuk kepribadian dan mentalitas peserta didik sangat penting adanya. Daniel Goleman dalam teorinya menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dan sosial di dalam kehidupan dibutuhkan sebesar 80%, sedangkan kecerdasan intelektual hanya sebesar 20%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk membangun kehidupan yang beradab. Oleh sebab itu, dengan adanya pendidikan karakter, peserta didik dapat mempelajari dan memahami bagaimana menggunakan kebebasan berpendapat mereka dan merefleksikan karakter yang baik dalam setiap sikap dan aktivitasnya.
Seorang penyair Arab Syauqi Bey berkata bahwa “Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlak/ karakternya. Jika itu telah runtuh, maka runtuh pulalah bangsa itu.” penyair Arab ini sangat relevan dengan hadis Rasulullah bahwa “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti (HR Ahmad).”
Urgensi Pendidikan Karakter
Sistem pendidikan dalam membentuk SDM dengan karakter yang tangguh, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri masih jauh dari kata berhasil. Ironisnya, kondisi tersebut terjadi hampir di semua lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta.