Bukan Menunda Pemilu, Jokowi Diharapkan Siapkan Pemimpin Baru di 2024

Jum'at, 01 April 2022 - 06:44 WIB
loading...
Bukan Menunda Pemilu,...
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) diharapkan meninggalkan warisan atau legacy yang baik sebagai seorang pemimpin saat mengakhiri jabatannya selama dua periode pada 2024. Jokowi dinilai perlu menyiapkan pemimpin Indonesia berikutnya melalui Pemilu 2024 , yang mampu menghadapi krisis berlarut yang jauh lebih berat dari sekarang.

"Alasan terbesar melakukan pemilu tepat waktu adalah karena krisis besar itu membutuhkan pemimpin baru. Alasan terbesarnya disitu, bukan justru dipakai sebagai alasan untuk menunda pemilu," kata Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta dalam acara Gelora Talk bertajuk "Gaduh Siasat Tunda Pemilu 2024. Menakar Manuver Elit Politik" yang dikutip pada Jumat (1/4/2022).

Anis Matta sudah mengingatkan sejak awal pandemi 2020 bahwa setelah pandemi akan ada krisis ekonomi, kemudian berlanjut pada krisis sosial dan politik secara global. Perang antara Rusia-Ukraina yang tidak diprediksi sebelumnya akan menjadi disrupsi besar dalam tatanan global dan memperdalam krisis ekonomi yang sudah ada.





"Dan saya percaya pada 2024 nanti, krisis yang jauh lebih besar akan terjadi. Justru itu menjadi sebab, kenapa kita membutuhkan pemilu tepat waktu," ujarnya.

Mantan Wakil Ketua DPR ini mengajak semua elite untuk tidak memaksakan ide penundaan pemilu, karena selain ditolak rakyat, secara konstitusi juga tidak memberi ruang. Jika ide tersebut tetap dipaksakan, maka akan ada penolakan kuat dari rakyat.

"Ini berarti ada perceraian antara elite dengan rakyat, elite sudah benar-benar bercerai dengan rakyatnya. Karena elite tidak bisa lagi memahami apa yang dirasakan kegalauan, kekhawatiran, kemarahan, dan kesedihan publik ini benar-benar seperti terabaikan," tegasnya.

Jika hal ini terjadi, dia khawatir bahwa peristiwa jatuhnya Presiden Soekarno, Soeharto, dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) bakal berulang kembali pada Jokowi. Jokowi bisa dijatuhkan oleh rakyat, apabila menunda Pemilu 2024 dan memperpanjang masa jabatannya.

"Kan dulu salah satu ide dari pembatasan masa jabatan, karena Pak Harto (Soeharto) terlalu lama. Kita harus menghindari turunnya presiden-presiden kuat dengan tragedi. Bung Karno turun dengan tragedi, Pak Harto turun dengan tragedi, dan kita lihat Gus Dur yang mengeluarkan Dekrit, juga diturunkan dengan tragedi," ungkapnya.

Untuk itu, Anis mengajak segenap elite bangsa untuk berpikir bahwa satu warisan atau legacy itu, tidak harus diwujudkan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dan kemudian disederhanakan melalui sebuah monumen untuk mengingat keberhasilan.

"Seorang pemimpin itu, harus percaya pada bangsanya sendiri. Yang penting pemimpin itu sudah memulai langkahnya, dan dia tidak bisa memaksakan, bahwa orang yang datang sesudahnya harus mengikutinya. Itu sama saja orang datang sesudahnya 'tidak punya otak, 'tidak bisa berpikir' dan tidak dikasih hak soal itu," tutur Anis.

Anis Matta menilai semua program infrastruktur, termasuk soal pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) yang dilakukan Presiden Jokowi pada dasarnya merupakan kelanjutan dari program presiden sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Jika ada perbedaan lebih kepada skemanya saja. Walaupun tidak ada kesepakatan antara Jokowi dengan SBY, pembangunan infrasktruktur sebelumnya tetap dilanjutkan.

Artinya, dia menambahkan, jika program Presiden Jokowi soal infrakstruktur dan IKN bagus, maka presiden berikutnya akan melanjutkan program tersebut dengan sendirinya tanpa perlu ada kesepakatan seperti yang terjadi antara Presiden SBY dan Presiden Jokowi. Selama programnya bagus, maka dengan sendirinya program itu dilanjutkan presiden berikutnya.

Anis Matta menyadari bahwa godaan liar terhadap ide penundaan pemilu ini sangat besar dan luar biasa dari orang yang kehidupannya dan bisnisnya terkait dengan masa jabatan presiden. Ia sudah menyerukan agar hal ini dibongkar karena ada agenda tersembunyi.

"Dalam tradisi bangsa kita, ada istilah jangan keterlaluan kira-kira begitu. Ini perlu kita perhatikan, karena biasanya ada pembalikan yang berbahaya bagi yang punya ide terhadap dirinya sendiri," tegas mantan Presiden PKS ini.

Oleh karena itu, Anis Matta berharap agar Presiden Jokowi meniru langkah Kanselir Jerman Angela Merkel dengan menyiapkan Olaf Scholz sebagai penggantinya sebelum krisis global terjadi. "Coba lihat apa yang terjadi di Jerman. Kanselir Jerman Olaf Scholz baru naik tiba-tiba ada perang. Yang beruntung Angela Merkel sudah selesai, tanggung jawabnya sudah selesai. Jadi setelah 2024 itu, bukan tanggung jawab Pak Jokowi lagi, tetapi tanggung jawab pemimpin sesudahnya," pungkas Anis Matta.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1308 seconds (0.1#10.140)