Dihardik Raja Intel Indonesia, Luhut Pandjaitan Ciut Nyali

Jum'at, 25 Maret 2022 - 05:15 WIB
loading...
Dihardik Raja Intel...
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pernah dibentak Jenderal TNI Benny Moerdani semasa masih jadi perwira menengah Kopassus. Foto: SINDOnews
A A A
JAKARTA - Berkarier lebih dari 30 tahun di militer memberikan segudang pengalaman dan kesan bagi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ( Menko Marves ) Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan . Tidak hanya baku tembak dan deru senjata di medan pertempuran, namun juga pelajaran moral berharga dari para seniornya.

Salah satu yang tak akan dilupakan yakni hubungannya dengan mendiang Panglima ABRI Jenderal TNI Leonardus Benyamin Moerdani. Bagi Luhut, tentara yang dikenal sebagai Raja Intelijen Indonesia tersebut mengukirkan kenangan mendalam.

"Almarhum Pak Benny saya kagumi sejak saya masih perwira menengah TNI-AD. Saya mulai kenal beliau sejak saya berpangkat Mayor, sebelum saya bersama Kapten Inf Prabowo Subianto dikirim untuk belajar mengenai pasukan anti-teror di GSG-9 di Jerman Barat.," kata Luhut dalam tulisan bertajuk ‘Tiba-tiba Saya Teringat Pak Benny’ yang diunggah di akun resmi Facebook miliknya seperti dikutip, Jumat (25/3/2022).

Dihardik Raja Intel Indonesia, Luhut Pandjaitan Ciut Nyali

Panglima ABRI Jenderal TNI Leonardus Benyamin Moerdani.

Luhut menceritakan, kala itu Benny Moerdani berpangkat Letjen dan menjabat Asintel Hankam/ABRI. Kendati berpangkat jauh lebih tinggi darinya, dari waktu ke waktu Benny selalu minta dirinya memberikan laporan kemajuan sekolahnya. Benny, kata dia, bahkan tidak malu meneleponnya dan mengajukan pertanyaan yang mendetail.

Seusai menuntaskan pendidikan di Jerman, Luhut memimpin pasukan anti-teror pertama di Indonesia yaitu Detasemen 81 (Den-81) Kopassus. Dia pun semakin sering dipanggil menghadap Benny di kantornya, Jalan Sahardjo (sekarang menjadi Balai Prajurit TNI). Benny makin intensif mengajak berdiskusi, mulai pelatihan pasukan Den-81 maupun lainnya.

“Dari situ saya mendapat kesan khusus mengenai betapa ia memiliki karakter yang sangat kuat. Auranya memancarkan wibawa ditambah dengan wajahnya yang keras dan jarang tersenyum,” tutur Luhut.
Dibentak Benny

Bagi perwira menengah, kerap diajak berdiskusi oleh jenderal tentu sebuah kebanggaan. Terlebih ketika itu karier Benny telah melesat dan menjadi Panglima ABRI sekaligus orang kepercayaan Soeharto. Namun jika terlalu sering dipanggil, justru akan menimbulkan kegelisahan. Begitu pula yang dirasakan Luhut.

Akibat sering dipanggil ke kantornya, lama-kelamaan dia menjadi risih. Kebanggaan dipanggil oleh Panglima ABRI mengecil, karena pasti banyak yang tahu. Luhut berpikir, hal itu juga akan menjadikan para seniornya tidak senang, atau mungkin juga iri.

Suatu ketika saat mood Benny Moerdani bagus, Luhut memberanikan diri mengorek perihal tersebut. Lulusan terbaik Akademi Militer 1970 ini menanyakan mengapa dirinya sering dipanggil menghadap dan diajak berdiskusi.

“Pak, mohon izin, lain kali kalau memanggil saya, bisa kah melalui atasan saya?” ucap Luhut.

Tentara Baret Merah itu menyempatkan untuk mencuri pandang wajah Benny. Apa yang terjadi? Muka jenderal didikan Ali Moertopo itu lalu mengeras. Kedua tangannya mulai menyapu-nyapu meja. Di sisi lain Luhut menyesal telah bertanya karena Benny menjadi marah.

Tapi semunya terlanjur. Luhut hanya bisa pasrah. Benny tiba-tiba membentak.

“Luhut!” ucap Benny.

“Saya jenderal bintang empat…!,” kata ahli telik sandi asal Blora itu seraya menunjukkan tanda pangkat di bahu.
Dia kembali meneruskan ucapannya. “Dan kamu Letkol..!,” kata dia, keras.

Ucapan tegas Benny tak urung membuat ciut nyali Luhut. Dia hanya bisa menjawab siap.



“Sejak itu saya tidak pernah berani menanyakan lagi soal itu,” kenang menteri perdagangan di era Presiden Gus Dur ini.

Kesetiaan Tegak Lurus

Bukan hanya pelajaran moral itu yang didapatnya. Luhut juga mengenang bagaimana dia dipercaya Benny mengawal Soeharto dalam KTT ASEAN di Kota Manila, Filipina.

Benny berpesan kepadanya dengan dingin. “Luhut, sejak dua atau tiga tahun lalu, sudah banyak yang antre untuk menggantikan saya, tetapi orang ini (sambil menunjuk foto Pak Harto di dinding) kalau terjadi sesuatu pada dirinya…Republik itu menjadi kacau…!” ujarnya dengan tegas.

Dihardik Raja Intel Indonesia, Luhut Pandjaitan Ciut Nyali

Foto: Luhut di makam mendiang Panglima ABRI Jenderal Benny Moerdani di TMP Kalibata, Jakarta. Foto/FB Luhut B Pandjaitan.

“Jadi Luhut, taruhan keselamatan Pak Harto adalah lehermu..!” kata dia lagi. Sebagai perwira, Luhut pun menjawab tegas, “Siap! Laksanakan!”.

Setelah Benny pensiun, Luhut merasakan dampaknya. Dia menerima konsekuensi sebagai perwira yang pernah menjadi anak emas atau golden boy dari jenderal yang amat disegani di Indonesia itu. Begitu Benny tak punya power lagi, karier Luhut pun seakan terkucil.

Meski berstatus perwira cerdas dengan predikat lulusan terbaik (Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama), Luhut ternyata tidak pernah menjadi Danjen Kopassus, Kasdam bahkan Pangdam. Luhut menerima semuanya dengan lapang dada.

“Bagi saya itu harus bayar sebagai akibat kesetiaan yang tegak lurus. Dan saya bangga mampu menjalankan nilai-nilai yang diturunkan oleh Pak Benny kepada saya,” tutur mantan Komandan Kodiklatad ini.
(mhd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1486 seconds (0.1#10.140)