Prabowo dan Luhut, 2 Bintang Kopassus Dipercaya LB Moerdani Dirikan Detasemen Antiteror
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memiliki jejak kebersamaan yang cukup panjang, terutama sejak keduanya berada dalam pasukan khusus antiteror Detasemen 81 yang kemudian diberi nama Sat-81 Gultor Kopassus .
Meski keduanya kerap berseberangan karena berbeda pandangan politik, namun kini keduanya sama-sama berada dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan berjuang untuk kepentingan Merah Putih.
Hubungan Prabowo dan Luhut diceritakan oleh Prabowo dengan lengkap dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”. Dalam buku tersebut, Prabowo yang merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) 1974 ini menceritakan awal mula pertemuannya dengan Luhut. Kala itu, Prabowo masih berpangkat kapten, sementara Luhut baru kembali dari Operasi Nanggala 5 di Timor Timur.
Luhut yang merupakan lulusan terbaik Akmil 1970 kemudian diangkat menjadi kepala seksi 2 operasi group 1 Kopassus dan Prabowo sebagai wakilnya. Keduanya, bahkan saat itu langsung dikirim untuk mengikuti pendidikan sekolah Special Forces ke Amerika Serikat (AS).
"Pada 1981 sejak kembali dari Amerika, saya bersama Pak Luhut dipanggil oleh Pak Benny Moerdani. Kami diperintahkan untuk sekolah ke Jerman, sekolah antiteror GSG9. Setelah sekolah itu, kami diperintahkan membentuk pasukan antiteror yang kemudian diberi nama Detasemen 81 karena dibentuk pada 1981. Tidak lama kemudian, Detasemen 81 berhasil dalam operasi pembebasan sandera di Woyla. Ini adalah salah satu peristiwa pembebasan sandera yang paling terkenal di dunia pada saat itu,” kenang Prabowo.
Saat membentuk dan melatih pasukan antiteror Indonesia, Prabowo menyebut Luhut banyak memberikan masukan terutama untuk menyusun rencana latihan dan administrasi pembangunan. Bahkan, Prabowo muda saat itu sudah diberikan tanggung jawab untuk pembangunan pangkalan maupun pengorganisasian. Prabowo mengaku, hubungannya dengan Luhut sebagai sebuah tim saat itu sangat baik.
"Tapi memang benar karena kadang sifat kami berdua yang sama-sama Alpha akhirnya juga sering terjadi percikan-percikan. Gaya kepemimpinan dan kepribadian kami sama-sama keras,” jelasnya.
Meski keduanya kerap berseberangan karena berbeda pandangan politik, namun kini keduanya sama-sama berada dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan berjuang untuk kepentingan Merah Putih.
Hubungan Prabowo dan Luhut diceritakan oleh Prabowo dengan lengkap dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”. Dalam buku tersebut, Prabowo yang merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) 1974 ini menceritakan awal mula pertemuannya dengan Luhut. Kala itu, Prabowo masih berpangkat kapten, sementara Luhut baru kembali dari Operasi Nanggala 5 di Timor Timur.
Luhut yang merupakan lulusan terbaik Akmil 1970 kemudian diangkat menjadi kepala seksi 2 operasi group 1 Kopassus dan Prabowo sebagai wakilnya. Keduanya, bahkan saat itu langsung dikirim untuk mengikuti pendidikan sekolah Special Forces ke Amerika Serikat (AS).
"Pada 1981 sejak kembali dari Amerika, saya bersama Pak Luhut dipanggil oleh Pak Benny Moerdani. Kami diperintahkan untuk sekolah ke Jerman, sekolah antiteror GSG9. Setelah sekolah itu, kami diperintahkan membentuk pasukan antiteror yang kemudian diberi nama Detasemen 81 karena dibentuk pada 1981. Tidak lama kemudian, Detasemen 81 berhasil dalam operasi pembebasan sandera di Woyla. Ini adalah salah satu peristiwa pembebasan sandera yang paling terkenal di dunia pada saat itu,” kenang Prabowo.
Saat membentuk dan melatih pasukan antiteror Indonesia, Prabowo menyebut Luhut banyak memberikan masukan terutama untuk menyusun rencana latihan dan administrasi pembangunan. Bahkan, Prabowo muda saat itu sudah diberikan tanggung jawab untuk pembangunan pangkalan maupun pengorganisasian. Prabowo mengaku, hubungannya dengan Luhut sebagai sebuah tim saat itu sangat baik.
"Tapi memang benar karena kadang sifat kami berdua yang sama-sama Alpha akhirnya juga sering terjadi percikan-percikan. Gaya kepemimpinan dan kepribadian kami sama-sama keras,” jelasnya.