Wacana Penundaan Pemilu 2024, Sekjen PDIP: Berkaca dari Kisah Sastra Jendra

Minggu, 20 Maret 2022 - 00:11 WIB
loading...
Wacana Penundaan Pemilu...
Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDIP bekerja sama dengan Paguyuban Wayang Orang Bharata menggelar pentas wayang dengan lakon Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bekerja sama dengan Paguyuban Wayang Orang Bharata menggelar pentas wayang dengan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”. Lakon ini ditujukan demi merefleksikan wacana penundaan pemilu dan pengingat bagi elite politik untuk setia pada ideologi Pancasila dan konstitusi.

Pagelaran itu dilaksanakan di Gedung Pertunjukan Wayang Orang Bharata, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (19/3/2022) malam. Ketua Umum Megawati Soekarnoputri hadir secara virtual dari kediamannya di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.

Sementara Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto hadir langsung untuk membuka acara itu. Acara tersebut ditayangkan melalui akun YouTube resmi @bknp pdiperjuangan. “Skala prioritas saat ini adalah bergotong royong membantu rakyat terutama recovery ekonomi akibat pandemi. Wacana penundaan Pemilu menciptakan persoalan ketata negaraan yang tidak perlu ” ujar Hasto.

Lakon Satra Jendra sengaja dipilih untuk mengingatkan bahwa politik kekuasaan yang dijalankan seluruh anggota dan kader Partai harus dibangun dengan mengedepankan moral, kebenaran, dan juga setia pada tatanan pemerintahan yang baik.

Hasto bercerita bahwa lakon ini menampilkan tokoh Begawan Wisrawa, sosok teruji dan memiliki daya spiritualitas yang begitu tinggi, begitu bijak, dan mampu menjadi pengayom. Namun dalam seluruh keistimewaannya itu, Begawan Wisrawa tetaplah seorang manusia biasa, yang seringkali tidak berdaya oleh bujuk rayu kekuasaan.

“Sastra Jendra menjadi bingkai motal untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan,” kata Hasto. Baca: Suharso Monoarfa Tegaskan PPP Tolak Pemilu Ditunda

Sastra Jendra harus dipahami dengan kerendahan hati, penuh kepasrahan, dan dengan kematangan akal budi. “Begitu pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tata pemerintahan negara harus dijalankan oleh pemimpin dengan karakter yang sama. Tanpanya Sastra Jendra bisa mendatangkan celaka," kata Hasto.

Pria asal Yogyakarta itu menambahkan, bagi PDI Perjuangan, amendemen konstitusi memang tidak sepenuhnya sempurna mengingat dilakukan pada masa krisis, namun yang terpenting saat ini adalah membantu rakyat, bergerak ke bawah guna mempersiapkan pemilu serentak pada 14 Februari 2024 yang akan datang.

Hasto menambahkan, perubahan mendasar penundaan pemilu, mengingat implikasinya yang sangat luas, dapat dianalogikan pada cerita Sastra Jendra di atas. Atas dasar hal tersebut, seluruh anggota dan kader Partai hendaknya mengingat pesan yang disampaikan Megawati.

"Bahwa dalam menjalankan Pancasila dan konstitusi yang paling penting adalah spirit penyelenggara pemerintahan untuk mewujudkan negara gotong royong dan mewarisi banyak khasanah kebudayaan yang membuat hidup masyarakat aman, damai dan tentram tanpa diributkan oleh ide-ide yang dari sisi momentum politik sebenarnya sangat tidak tepat,” urai Hasto.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1076 seconds (0.1#10.140)