2 Penyebab Puan Maharani Selalu di Urutan Terbawah Survei Capres
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani konsisten menjadi figur calon presiden (capres) nomor buncit atau terbawah dalam survei berbagai lembaga. Apa yang menjadi penyebabnya?
Direktur Esekutif Politikal Research & Consulting Rio Prayogo mengakui dalam survei opini publik beberapa waktu lalu nama Puan lalu juga menempati posisi terakhir. Dalam survei Opinion Leader, para tokoh tidak memberikan nilai yang tinggi lantaran mereka tidak menemukan pendapat anak Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu di berbagai isu kebangsaan.
“Opinion leader belum mendapatkan ekspose, dia (Puan) tidak pernah menyampaikan point of view terkait isu kebangsaan atau saat berbicara dengan media, sehingga Puan dianggap dibanding kandidat yang lain tidak cukup capable,” kata Rio dalam sesi tanya jawab rilis survei Key Opinion Leader tentang Profil Capres 2024 di Hotel Novotel Cikini, Jakarta, Minggu (6/3/2022).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menjelaskan, 11 figur yang ditampilkan pada survei ini juga fluktuatif, tetapi memang hanya Puan Maharani yang konsisten berada paling bawah. Menurutnya, hal ini terjadi lantaran Puan cenderung kaku, dan saat berkomentar pun kapasitasnya selalu sebagai Ketua DPR, lain halnya dengan 10 kandidat lainnya.
“(Puan) Tidak out of the box. Berbeda dengan 10 orang itu, dia menampilkan personality yang out of the box, tidak terkait dengan posisi pejabat publik. Sandi sering main basket, Ganjar sepedaan menyapa masyarakat, Anies kumpul dengan Ridwan Kamil. Itu sesuatu yang berani out of the box terkait personality yang mempengaruhi opinion leader dalam memberian pendapat,” katanya di kesempatan sama.
Kemudian, Adi melanjutkan, 10 orang nama kandidat lainnya juga cenderung fluktuatif hasil surveinya, tetapi mereka jarang menimbulkan hal yang kontroversial. Lain dengan Puan Maharani yang jarang berkomentar mengenai situasi politik kebangsaan, tetapi sering membuat gaduh.
“Sering bikin gaduh. Soal Sumbar (Sumatera Barat), tanam padi saat hujan, sudah salah, pokoknya serba salah. Mungkin karena posisinya yang tidak out of the box. Ini tentu yang memberikan penilaian opinion leader hanya sebatas baik, tidak cukup baik,” terangnya.
Akan tetapi, dosen UIN Jakarta ini meyakini bahwa Puan sudah melakukan kerja-kerja politik sebagai roadmap menuju jalan panjang pemilu 2024, hanya saja eksposure Puan tidak sekuat 10 kandidat lainnya, sehingga publik tidak terlampau menangkap apa yang disampaikan dan apa yang dikerjakan Puan Maharani Sebagai Ketua DPR.
Menurut Adi, angka penilaian 5,8 untuk Puan Maharani merupakan angka yang luar biasa. Karena, dulu di sepanjang 2020-2021, selain angka survei yang rendah, Puan juga tidak terlampau diperhitungkan untuk 2024. Kini, Puan secara perlahan, konsisten dan sangat potensial menjadi salah satu kandidat yang diperhitungkan di 2024.
“Tergantung, apakah data-data ini atau teman-teman survei yang lain bisa menjadi stimulus bagi mba Puan supaya tidak konsisten di bawah. Karena jujur, yang kita wawancara itu orang-orang yang rasional karena pendidikan rata-rata strata satu, tidak terafiliasi kepentingan politik, mereka cenderung netral dan merahasiakan pilihan politiknya untuk 2024 nanti,” pungkas Adi.
Direktur Esekutif Politikal Research & Consulting Rio Prayogo mengakui dalam survei opini publik beberapa waktu lalu nama Puan lalu juga menempati posisi terakhir. Dalam survei Opinion Leader, para tokoh tidak memberikan nilai yang tinggi lantaran mereka tidak menemukan pendapat anak Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu di berbagai isu kebangsaan.
“Opinion leader belum mendapatkan ekspose, dia (Puan) tidak pernah menyampaikan point of view terkait isu kebangsaan atau saat berbicara dengan media, sehingga Puan dianggap dibanding kandidat yang lain tidak cukup capable,” kata Rio dalam sesi tanya jawab rilis survei Key Opinion Leader tentang Profil Capres 2024 di Hotel Novotel Cikini, Jakarta, Minggu (6/3/2022).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menjelaskan, 11 figur yang ditampilkan pada survei ini juga fluktuatif, tetapi memang hanya Puan Maharani yang konsisten berada paling bawah. Menurutnya, hal ini terjadi lantaran Puan cenderung kaku, dan saat berkomentar pun kapasitasnya selalu sebagai Ketua DPR, lain halnya dengan 10 kandidat lainnya.
“(Puan) Tidak out of the box. Berbeda dengan 10 orang itu, dia menampilkan personality yang out of the box, tidak terkait dengan posisi pejabat publik. Sandi sering main basket, Ganjar sepedaan menyapa masyarakat, Anies kumpul dengan Ridwan Kamil. Itu sesuatu yang berani out of the box terkait personality yang mempengaruhi opinion leader dalam memberian pendapat,” katanya di kesempatan sama.
Kemudian, Adi melanjutkan, 10 orang nama kandidat lainnya juga cenderung fluktuatif hasil surveinya, tetapi mereka jarang menimbulkan hal yang kontroversial. Lain dengan Puan Maharani yang jarang berkomentar mengenai situasi politik kebangsaan, tetapi sering membuat gaduh.
“Sering bikin gaduh. Soal Sumbar (Sumatera Barat), tanam padi saat hujan, sudah salah, pokoknya serba salah. Mungkin karena posisinya yang tidak out of the box. Ini tentu yang memberikan penilaian opinion leader hanya sebatas baik, tidak cukup baik,” terangnya.
Akan tetapi, dosen UIN Jakarta ini meyakini bahwa Puan sudah melakukan kerja-kerja politik sebagai roadmap menuju jalan panjang pemilu 2024, hanya saja eksposure Puan tidak sekuat 10 kandidat lainnya, sehingga publik tidak terlampau menangkap apa yang disampaikan dan apa yang dikerjakan Puan Maharani Sebagai Ketua DPR.
Menurut Adi, angka penilaian 5,8 untuk Puan Maharani merupakan angka yang luar biasa. Karena, dulu di sepanjang 2020-2021, selain angka survei yang rendah, Puan juga tidak terlampau diperhitungkan untuk 2024. Kini, Puan secara perlahan, konsisten dan sangat potensial menjadi salah satu kandidat yang diperhitungkan di 2024.
“Tergantung, apakah data-data ini atau teman-teman survei yang lain bisa menjadi stimulus bagi mba Puan supaya tidak konsisten di bawah. Karena jujur, yang kita wawancara itu orang-orang yang rasional karena pendidikan rata-rata strata satu, tidak terafiliasi kepentingan politik, mereka cenderung netral dan merahasiakan pilihan politiknya untuk 2024 nanti,” pungkas Adi.
(muh)