Plus Minus Duet Anies Baswedan - Ridwan Kamil di Pilpres 2024

Minggu, 20 Februari 2022 - 06:33 WIB
loading...
Plus Minus Duet Anies...
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat di Rumah Makan Tahu Sumedang Palasari, Jumat 11 Juni 2021. Foto/Ist/Facebook @Anies Baswedan
A A A
JAKARTA - Aksi adu penalti antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) di Jakarta International Stadium (JIS), Rabu 16 Februari 2022 menyedot perhatian. Momen kebersamaan di JIS itu bukanlah kali pertama.

Sebelumnya, pertemuan keduanya terjadi, di antaranya salat subuh berjamaah di Masjid Raya Sumedang sekaligus sarapan di Rumah Makan Tahu Sumedang Palasari dalam satu meja pada Jumat 11 Juni 2021 hingga duduk bersebelahan di acara Zulhas Award yang digelar di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu 29 Januari 2022.

Kedekatan kedua kepala daerah itu pun memunculkan wacana duet Anies - RK di Pilpres 2024. Lalu, apa plus minus duet Anies - RK di Pilpres 2024?





Pengamat politik Tony Rosyid mengatakan bahwa Anies Baswedan dan Ridwan Kamil adalah dua gubernur yang bersahabat dan cukup dekat. Tony menambahkan, keduanya menjalin hubungan ketika sama-sama kuliah di Amerika.

“Terjun di dunia politik, dua tokoh berpendidikan Amerika ini punya nasib mujur. Keduanya terpilih jadi gubernur. 2017 Anies Baswedan terpilih jadi Gubernur DKI, dan 2018 Ridwan Kamil terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat,” kata Tony kepada SINDOnews, Sabtu (19/2/2022).

Dia menuturkan, meski partai utama pengusung Anies dan RK berbeda, namun tidak mengurangi persahabatan di antara keduanya. “Seandainya diberikan pilihan, Ridwan Kamil ingin mendampingi Anies maju di Pilpres 2022. Anies tentu akan menerima Ridwan Kamil sebagai partner di dalam pemerintahan,” katanya.



Dia menilai Anies dan RK saling tahu kualitas masing-masing dan bisa saling melengkapi. Dia mengungkapkan Anies berpendidikan ekonomi UGM dan S2 School of Public Policy University of Maryland, serta S3 political science di Northern Illionis University Chicago Amerika.

Sedangkan Ridwan Kamil, kata dia, adalah seorang arsitek jebolan ITB yang kemudian lulus Master of Urban Design University of California Amerika. “Keduanya ada chemistry dan akan saling mengisi jika menjadi Presiden dan wakil presiden,” ujarnya.

Namun, lanjut dia, masalahnya pasangan capres-cawapres tidak ditentukan semata-semata oleh faktor kompetensi dan kapasitas. “Bukan pada pertimbangan ideal, tapi lebih pada pertimbangan pragmatis yaitu tiket partai, elektabilitas, dan logistik. Tiga faktor ini yang paling dominan dan akan menentukan siapa dipasangkan dengan siapa,” ungkap Tony.



Lebih lanjut dia mengatakan, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil masing-masing punya elektabilitas cukup bagus. “Tapi, ketika keduanya dipasangkan belum tentu bagus. Pasalnya, pemilih Anies Baswedan dengan Ridwan Kamil beririsan di Jawa Barat. Dan keduanya lemah di Jawa Tengah. Padahal, pemilih Jawa Tengah cukup besar yaitu 27 juta,” imbuhnya.

Dia menjelaskan, belum lagi faktor partai dan logistik. Kata Tony, Anies Baswedan dan Ridwan Kamil sama-sama tidak punya partai, juga tak punya logistik. Sehingga, menurut dia, tak cukup hanya modal elektabilitas.

Dia menilai mesti ada yang bawa tiket partai atau membawa logistik. Hal itu mengingat demokrasi di Indonesia padat modal, alias butuh biaya tinggi, maka kekuatan logistik menjadi pertimbangan penting, bahkan dominan dalam menentukan pasangan calon.



“Kalau menentukan capres lebih pada faktor elektabilitas, tapi, untuk menentukan cawapres, tiket partai dan logistik biasanya mendapat porsi yang lebih tinggi,” pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam menilai Anies dan RK sedang memainkan gimmick politik untuk menaikkan "saham politik" masing-masing jelang kontestasi 2024. Bahkan, kata dia, jika dicermati intensitasnya, belakangan RK lebih banyak merapat ke Anies daripada ke kekuatan merah atau PDIP.

“Artinya, besar kemungkinan jika Pilpres 2024 dijalankan, RK akan lebih mengerahkan kekuatannya untuk mendukung gerbong Anies. Problemnya, RK kurang cocok untuk disandingkan dengan Anies dengan skema simulasi Anies-RK,” kata Umam.

Karena, kata Umam, pendukung utama Anies lebih banyak didorong oleh kekuatan Islam yang terkonsentrasi di Jawa Barat, Banten, dan Sumatera. “Sementara magnitude elektabiltas RK sendiri juga hanya bertahan di wilayah yang sama, yakni Jawa Barat dan Banten yang memiliki kesamaan sosiologis budaya Sunda. Artinya, basis pemilihnya berpotensi overlapped (tumpang tindih, red), dan tidak mampu menghasilkan insentif elektoral baru,” ungkapnya.



Menurut Umam, kesempatan paling rasional bagi Anies untuk maju adalah menggandeng Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang memiliki mesin politik riil dan jaringan logistik yang lebih memadai. Di sisi lain, menurut Umam, AHY bisa mengonsolidasikan kekuatan dukungan segmen nasionalis-religius yang menjadi basis kekuatan Partai Demokrat selama ini.

“Artinya, skema smimulasi Anies-AHY akan menghadirkan pengaruh dan magnitude elektabilitas yang lebih besar untuk memenangkan Pilpres 2024 mendatang. Jika RK juga berada di gerbong Anies-AHY, maka RK bisa ikut menasional dengan bergabung dalam kabinet pemerintahan selanjutnya,” pungkasnya.
(rca)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1477 seconds (0.1#10.140)