Bernyali Besar! Kopral Ini Tolak Gagasan Prabowo Subianto

Rabu, 16 Februari 2022 - 05:56 WIB
loading...
Bernyali Besar! Kopral...
Prajurit Kostrad TNI Angkatan Darat (AD). Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Seorang prajurit lazimnya melaksanakan perintah komandannya. Namun tidak bagi Slamet Pujiwara, prajurit berpangkat Kopral ini berani menolak gagasan atasannya, Prabowo Subianto yang dinilainya tidak tepat.

Meski ditolak, namun Prabowo yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) tidak marah. Prabowo bahkan mengapresiasi keberanian Kopral tersebut karena telah berani berkata jujur.

Penolakan tersebut berawal saat Prabowo yang kala itu menduduki jabatan sebagai Komandan Batalyon (Danyon) Infanteri Para Raider 328/Dirgahayu ingin menguji para perwiranya. Prabowo tidak ingin perwiranya memiliki budaya “Asal Bapak Senang (ABS)”.

“Saya jadi ingat, waktu saya jadi Komandan Batalyon 328. Saya hanya mau uji, saya mau tes budaya perwira-perwira saya ini apa benar-benar jujur, terbuka atau apakah sudah terjangkit ABS. Jangan-jangan perwira saya hanya tunduk sama saya karena pangkat saya, jabatan saya,” ucap Prabowo dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto” dikutip Rabu (16/2/2022).



Mantan Danjen Kopassus itu menuturkan, pada suatu sore dirinya mengumpulkan semua perwiranya. Sebagian besar lulusan AKABRI dan juga lulusan Secapa di lapangan upacara batalyon. Waktu itu, lapangan upacara batalyon di kelilingi pohon-pohon yang rindang.

”Saya paham bahwa pohon-pohon itu sangat penting untuk kesejukan. Dari segi lingkungan hidup, pohon ini sangat penting. Tapi saya mau uji coba perwira-perwira saya. Saya bilang para perwira pohon-pohon ini menurut kamu gimana? Menurut saya pohon-pohon ini sebaiknya kita tebang saja ya, kalian sependapat tidak?” tanya Prabowo



Bernyali Besar! Kopral Ini Tolak Gagasan Prabowo Subianto


Mantan Pangkostrad ini mengaku, melihat muka para perwiranya shock, agak kaget. Meski begitu, putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini tetap meneruskan pendapatnya tersebut. “Menurut pendapat saya, ini pohon-pohon mengganggu pandangan. Kita inikan tentara harus luas pandangannya jadi sebaiknya lapangan tidak ada rintangan, biar bersih saja. Jadi saya dari kantor bisa lihat pasukan, bagaimana menurut kamu?” Tanya Prabowo lagi.

Prabowo kemudian menunjuk satu persatu mereka yang hadir. Meski mereka tampak tidak setuju namun mereka tidak menolak. “Saya tahu mereka tidak setuju tapi dia sampaikan, siap Pak! Gagasan yang bagus Pak!,” tutur Prabowo menirukan ucapan para anak buahnya tersebut.

Menurut Prabowo, sebagian besar setuju karena dirinya menyampaikan gagasannya sebagai Komandan Batalyon. Mereka berpikir pendapat komandan begitu, saya jangan sebagai anak buah jangan melawan pendapat komandan. Namun tiba-tiba dari belakang terdengar suara. “Ya, jangan begitu, Pak,”

Mendengan suara tersebut, Prabowo kemudian menoleh ke belakang mencari sumber suara tersebut. “Saya lihat ada Kopral lagi jongkok di belakang saya. Dia Kopral dari Jawa Tengah,” ucapnya.

“Kenapa, Kopral? Maksud kamu apa? Tanya Prabowo.

“Ya, jangan begitu, Pak. Ini pohon 20 tahun Pak kami dulu tanam waktu saya masih remaja. Ini kan kami kalau tunggu apel kan di bawah pohon Pak, teduh Pak. Kalau ditebang nanti juga banyak debu Pak,” ucap Kopral.

Mendapat jawaban tersebut, Prabowo pun membenarkan pendapat Kopral Slamet Pujiwara. ”Kopral kau benar. Saya bilang ke para perwira kalian dengarkan kopral ini lebih jujur daripada kalian semua. Kamu kan takut sama saya. Dia tidak takut,” kata Prabowo, sambil senyum-senyum dan ketawa-ketawa mereka mengakuinya.

Menurut Prabowo, ada penyakit bangsa ini yang disebut dengan ABS. Penyakit ini menjerumuskan bangsa ini kejurang kesengsaraan. ”Banyak orang berbohong untuk demi menyenangkan atasannya. Banyak pemimpin berbohong untuk menyenangkan yang dipimpinnya,” tegas Prabowo.

Peristiwa di atas, kata Prabowo, menjadi pelajaran. Terkadang mereka yang pangkatnya lebih rendah, mereka yang di bawah, mereka yang wong cilik, mereka justru lebih jujur daripada orang-orang yang punya pangkat dan kedudukan. ”Ini pelajaran yang saya terima. Dan dalam sejarah manusia sering terjadi seperti itu. Saya juga sering merasakan itu. Ini pelajaran bagi kita,” tuturnya.

(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1052 seconds (0.1#10.140)