Tiga Pesan untuk Para Pendulang Popularitas
loading...
A
A
A
DI TENGAH kekhawatiran masyarakat terkait makin tingginya kasus Covid-19 varian Omicron dalam sepekan terakhir, sejumlah tokoh publik tetap asyik keliling Tanah Air untuk melakukan sejumlah aktivitas menyapa masyarakat. Sosok sosok ini begitu gigih tak kenal lelah, pantang menyerah untuk mengenalkan diri ke publik. Masuk ke desa-desa, belanja di pasar tradisional, ikut menanam padi di sawah saat hujan lebat, keliling ke tempat wisata, menyapa warga di warung kopi, blusukan ke masjid dan pesantren, ngobrol dengan para pesohor kelas kakap, podcast, membuat sayembara, nongkrong dengan anak-anak muda. Pokoknya semua kegiatan yang mendekatkan diri ke publik dijabanin. Mereka bukan orang-orang biasa. Tapi sosok-sosok yang sudah dikenal publik yang diramalkan sejumlah lembaga survei akan berpeluang menjadi calon presiden (capres) yang jadwal pencoblosannya sudah diketok DPR pada Februari 2024.
Siapa mereka? Di antaranya Ketua DPR Puan Maharani yang juga capres yang digadang-gadang PDIP, parpol pemenang pemilu 2019. Kemudian Anies Baswedan, gubernur DKI Jakarta yang dalam beberapa bulan ke depan akan menyudahi masa baktinya sebagai gubernur. Menteri BUMN Erick Thohir, pengusaha sukses yang makin sibuk blusukan ke daerah, kemudian Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, ketua umum PKB yang juga panglima santri. Selanjutnya Ridwan Kamil, gubernur Jawa Barat yang juga akan mengakhiri masa pengabdiannya di Jawa Barat tahun ini. Yang juga dijagokan juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang makin rajin keliling Jateng. Bahkan sudah beberapa kali bertandang ke propinsi lain dalam rangka memperluas dukungan.
Dari jajaran kabinet, selain Erick, tak kalah gencarnya Menteri Pariwisata Sandiaga Salahudin Uno yang tak pernah istirahat berkeliling Indonesia untuk mempertahankan popularitasnya. Nah, di jajaran Menko, ada Airlangga Hartarto, ketua umum Partai Golkar. Dengan gayanya yang kalem, Airlangga bersiap menghadapi pilpres mengandalkan mesin partai yang sudah teruji handal dan solid dalam puluhan kali pemilu. Di sisi lain ada Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Sosok politikus senior yang akrab disapa LBP ini memang tidak seagresif yang lain. Namun posisinya sebagai penanggungjawab banyak hal penting, membuat sosok dan namanya selalu muncul dalam perbincangan publik. Mulai masalah PLN, baru bara, kontroversi tes PCR, varian Omicron dan segala masalah pelik lain. Sedangkan sosok Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang disebut masih populer, belum tegas untuk mempersiapkan diri sebagai capres. Posisinya masih relatif santai. Bisa jadi Prabowo menyimpan kartu truf yang bisa membuat namanya kembali melesat dalam waktu singkat.
Banyaknya sosok yang memantaskan diri menjadi capres 2024 ini patut disyukuri. Karena masyarakat akan diberikan lebih dari dua pilihan bakal calon presiden. Cuma, untuk pencapresan resmi akan bergantung kepada parpol parpol di Senayan dengan syarat pencapresan yang sudah ditentukan. Parpol akan melihat hingga akhir tahun ini siapa sosok yang memiliki elektabilitas paling tinggi di mata rakyat. Dialah yang kemungkinan dipinang untuk menjadi capres atau cawapres dipasangkan dengan capres-cawapres dari parpol lain yang memiliki modal suara besar. Ini berarti perebutan popularitas di babak awal akan berlangsung ketat, kompetitif dan bahkan keras. Tentu di luar nama nama di atas (Koran SINDO 3 Februari 2022), masih ada sejumlah tokoh yang bisa menjadi kuda hitam atau calon alternatif menunggu jika proses negosiasi antarelit parpol buntu atau tidak mendapati titik temu. Meski peluangnya kecil, tapi dalam politik semua peluang harus diambil. Yang merasa di barisan ini pun sudah siap-siap dalam porsi yang masih malu-malu atau bahkan sebagian mulai genit untuk memantaskan diri menjadi kuda hitam atau calon pendamping aktor utama kelak. Ini pun sah sah saja.
Dari dinamika proses pemantasan diri para bakal capres cawapres ini patut dicatat sejumlah hal. Pertama, karena sebagian besar mereka adalah pejabat publik (gubernur, menteri, menko, pimpinan DPR) ada baiknya mereka mampu memposisikan diri mana saat berperan sebagai pribadi mana saat menjadi pejabat negara dalam menjalankan aktivitasnya. Ini penting karena ketika mereka masih sebagai pejabat publik, semua fasilitas negara melekat pada dirinya. Tentu ini tidak etis. Karena anggaran negara yang melekat padanya bukan untuk menaikkan elektabilitas. Tapi untuk memudahkan kewajibanya mengemban tugas negara baik sebagai menteri, kepala daerah maupun pimpinan DPR. Jadi etika ini penting dan akan menjadi penilaian tersendiri jika para sosok itu mau terbuka membuat disclaimer bahwa dirinya sedang bergiat sebagai pribadi atau sebagai pejabat negara.
Kedua, akan sangat elegan jika mereka lebih banyak menjajakan ide gagasan yang konstruktif dan orisinil untuk menyelesaikan masalah bangsa. Janganlah publik hanya disuguhi gimmick-gimmick yang kurang edukatif. Masukkanlah visi misi yang baik sebagai edukasi kepada rakyat agar mereka paham siapa sosok yang pantas dipilih nanti. Ketiga atau terakhir. Jangan lupakan kewajiban Anda sebagai pejabat negara karena terlalu asyik blusukan mencari popularitas. Negara ini sedang memerlukan perbaikan dan kerja keras pada penyelenggarannya. Jadilah sosok teladan yang minimal mampu melaksanakan tiga pesan di atas. (*)
Lihat Juga: Anies: Kesabaran, Ketabahan, dan Ketangguhan adalah Bagian Pelajaran yang Kami Dapat dari Guru
Siapa mereka? Di antaranya Ketua DPR Puan Maharani yang juga capres yang digadang-gadang PDIP, parpol pemenang pemilu 2019. Kemudian Anies Baswedan, gubernur DKI Jakarta yang dalam beberapa bulan ke depan akan menyudahi masa baktinya sebagai gubernur. Menteri BUMN Erick Thohir, pengusaha sukses yang makin sibuk blusukan ke daerah, kemudian Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, ketua umum PKB yang juga panglima santri. Selanjutnya Ridwan Kamil, gubernur Jawa Barat yang juga akan mengakhiri masa pengabdiannya di Jawa Barat tahun ini. Yang juga dijagokan juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang makin rajin keliling Jateng. Bahkan sudah beberapa kali bertandang ke propinsi lain dalam rangka memperluas dukungan.
Dari jajaran kabinet, selain Erick, tak kalah gencarnya Menteri Pariwisata Sandiaga Salahudin Uno yang tak pernah istirahat berkeliling Indonesia untuk mempertahankan popularitasnya. Nah, di jajaran Menko, ada Airlangga Hartarto, ketua umum Partai Golkar. Dengan gayanya yang kalem, Airlangga bersiap menghadapi pilpres mengandalkan mesin partai yang sudah teruji handal dan solid dalam puluhan kali pemilu. Di sisi lain ada Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Sosok politikus senior yang akrab disapa LBP ini memang tidak seagresif yang lain. Namun posisinya sebagai penanggungjawab banyak hal penting, membuat sosok dan namanya selalu muncul dalam perbincangan publik. Mulai masalah PLN, baru bara, kontroversi tes PCR, varian Omicron dan segala masalah pelik lain. Sedangkan sosok Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang disebut masih populer, belum tegas untuk mempersiapkan diri sebagai capres. Posisinya masih relatif santai. Bisa jadi Prabowo menyimpan kartu truf yang bisa membuat namanya kembali melesat dalam waktu singkat.
Banyaknya sosok yang memantaskan diri menjadi capres 2024 ini patut disyukuri. Karena masyarakat akan diberikan lebih dari dua pilihan bakal calon presiden. Cuma, untuk pencapresan resmi akan bergantung kepada parpol parpol di Senayan dengan syarat pencapresan yang sudah ditentukan. Parpol akan melihat hingga akhir tahun ini siapa sosok yang memiliki elektabilitas paling tinggi di mata rakyat. Dialah yang kemungkinan dipinang untuk menjadi capres atau cawapres dipasangkan dengan capres-cawapres dari parpol lain yang memiliki modal suara besar. Ini berarti perebutan popularitas di babak awal akan berlangsung ketat, kompetitif dan bahkan keras. Tentu di luar nama nama di atas (Koran SINDO 3 Februari 2022), masih ada sejumlah tokoh yang bisa menjadi kuda hitam atau calon alternatif menunggu jika proses negosiasi antarelit parpol buntu atau tidak mendapati titik temu. Meski peluangnya kecil, tapi dalam politik semua peluang harus diambil. Yang merasa di barisan ini pun sudah siap-siap dalam porsi yang masih malu-malu atau bahkan sebagian mulai genit untuk memantaskan diri menjadi kuda hitam atau calon pendamping aktor utama kelak. Ini pun sah sah saja.
Dari dinamika proses pemantasan diri para bakal capres cawapres ini patut dicatat sejumlah hal. Pertama, karena sebagian besar mereka adalah pejabat publik (gubernur, menteri, menko, pimpinan DPR) ada baiknya mereka mampu memposisikan diri mana saat berperan sebagai pribadi mana saat menjadi pejabat negara dalam menjalankan aktivitasnya. Ini penting karena ketika mereka masih sebagai pejabat publik, semua fasilitas negara melekat pada dirinya. Tentu ini tidak etis. Karena anggaran negara yang melekat padanya bukan untuk menaikkan elektabilitas. Tapi untuk memudahkan kewajibanya mengemban tugas negara baik sebagai menteri, kepala daerah maupun pimpinan DPR. Jadi etika ini penting dan akan menjadi penilaian tersendiri jika para sosok itu mau terbuka membuat disclaimer bahwa dirinya sedang bergiat sebagai pribadi atau sebagai pejabat negara.
Kedua, akan sangat elegan jika mereka lebih banyak menjajakan ide gagasan yang konstruktif dan orisinil untuk menyelesaikan masalah bangsa. Janganlah publik hanya disuguhi gimmick-gimmick yang kurang edukatif. Masukkanlah visi misi yang baik sebagai edukasi kepada rakyat agar mereka paham siapa sosok yang pantas dipilih nanti. Ketiga atau terakhir. Jangan lupakan kewajiban Anda sebagai pejabat negara karena terlalu asyik blusukan mencari popularitas. Negara ini sedang memerlukan perbaikan dan kerja keras pada penyelenggarannya. Jadilah sosok teladan yang minimal mampu melaksanakan tiga pesan di atas. (*)
Lihat Juga: Anies: Kesabaran, Ketabahan, dan Ketangguhan adalah Bagian Pelajaran yang Kami Dapat dari Guru
(bmm)