Kopaskhas Berganti Nama Kopasgat, Ini Kehebatan dan Kemampuan Pasukan Elite TNI AU

Rabu, 26 Januari 2022 - 15:58 WIB
loading...
A A A
“Tidak ada Markas pasukan kecil seperti ini (Paskhas). Denjaka dan Kopasus tidak memiliki markas dengan landasan udara sendiri,” ujar Panglima TNI ketika itu Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di Mako Korpaskhas, Margahayu, Bandung.

Bukti jika Pasgat merupakan pasukan khusus yang disegani dapat dirasakan saat insiden di Bandara Komoro, jelang lepasnya Provinsi Timor Timur (Tim-Tim). Saat itu 80 prajurit Pasgat nyaris kontak tembak dengan pasukan Australia yang tergabung dalam International Force for East Timor (Interfet). Baca juga: Mahfud MD Bangga Indonesia Punya Satbravo 90 Paskhas TNI AU

Insiden tersebut berawal ketika pesawat C-130 Hercules yang membawa pasukan Interfet mendarat di Bandara Komoro. Saat keluar dari pesawat, mereka langsung membentuk formasi tempur, membentuk perimeter pertahanan.

Tindakan berlebihan pasukan Australia ini membuat prajurit Pasgat yang tengah mengendalikan dan mengoperasikan bandara terheran-heran. Sebab, situasi keamanan di Tim-Tim saat itu aman-aman saja. Hanya di hutan saja terjadi konflik.

Melihat situasi yang semakin tegang, 80 prajurit Kopasgat sudah bersiap kokang senjata, jaga-jaga jika terjadi konflik dengan Interfet. Termasuk dengan pasukan Gurkha yang tergabung di dalamnya. Namun ketika pasukan Interfet mengetahui jika situasi bandara aman-aman saja dan tidak ada milisi bersenjata. Mereka baru menyadari jika informasi intelijen mengenai kondisi Tim-Tim sudah dikuasai milisi bersenjata tidak benar.

Ketegangan kembali terjadi ketika Pangkoopsau II Marsda TNI Ian Santosa tiba di Bandara Komoro. Saat turun dari pesawat C-130 Hercules TNI AU dengan dikawal sejumlah pasukan Pasgat bersenjata lengkap pasukan Interfet tiba-tiba langsung menodongkan senjata kepada rombongan Marsda TNI Ian Santosa, yang mereka anggap sebagai ancaman.
Padahal, sejatinya Marsda TNI Ian Santosa datang untuk berkoordinasi dengan komandan Interfet Mayjen Peter Cosgrove. Sontak, prajurit Pasgat langsung bereaksi keras. Mereka pun juga menodongkan senjata kepada tentara Interfet.

Dalam buku biografi mantan Dankorpaskhas Marsma (Purn) Nanok Soeratno berjudul “Kisah Sejati Prajurit Paskhas” menyebutkan, saat insiden itu, Kapten Eka dan 15 anak buahnya berteriak sambil menahan emosi. "Hei ini Jenderal saya, Panglima saya, keamanan di sini tanggung jawab saya," teriak Kapten Eka.

Kondisi sangat tegang. Pasukan Pasgat dan Interfet saling menodongkan senjatanya. Saat itu siapa pun bisa lepas kendali lalu melepaskan tembakan. Apalagi setiap personel yang mengawal Marsda Ian Santosa mengantongi dua sampai lima granat. "Panggil Panglima kamu ke sini," bentak Kapten Eka kepada pasukan Interfet.

Saat itu, Kapten Eka mewanti-wanti setiap personel jangan sampai ada tembakan sebelum ada komando darinya. "Letusan pertama pada saya," tegasnya.

Meski Pasgat kalah jumlah personel, namun mereka sepakat menjadikan granat sebagai senjata mematikan jika terjadi kontak senjata. Pasukan Pasgat siap bertempur habis-habisan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3095 seconds (0.1#10.140)