Kondisi Masyarakat Indonesia Dinilai Sensitif terhadap Rasisme
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN PIM) meminta kerusuhan di Amerika Serikat (AS), hendaknya menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk mengantisipasi kerusuhan rasial seperti itu. (Baca juga: Rusia Sebut Masalah Rasisme di AS Sudah Terlalu Besar, Sulit Disembunyikan)
"Melihat kondisi masyarakat Indonesia demikian sensitif terhadap rasisme maka peristiwa kerusuhan di rasial di Amerika Serikat meski sangat jauh pada geografisnya, tapi sangat dekat dan real time dalam berita informasinya. Tentu menjadi pelajaran sangat berharga bagi kita untuk tidak terjadi kerusuhan rasial semacam itu di Indonesia," ujar Waketum DN-PIM, KH Amidhan Shaberah dalam diskusi secara virtual, Kamis (11/6/2020).
(Baca juga: Komisi I DPR Tegaskan Tidak Tepat Bandingkan Kasus Floyd dengan Papua)
Sensitifnya masyarakat Indonesia terhadap rasisme dicontohkan pada peristiwa dugaan ucapan rasis dan rasialisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya yang belum sempat diklarifikasi telah menyebabkan masyarakat Papua tersinggung dan marah mendengar ucapan semacam itu.
"Akibatnya, meletuslah demokrasi masa secara besar-besaran diikuti pengerusakan dan pembakaran yang menyebabkan kerusuhan dan kekacauan di beberapa kota di Papua misalnya Sorong," jelasnya.
Padahal di Indonesia mempersalahkan perbedaan ras etnis golongan dan agama (SARA) merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan moral serta sangat sensitif yang akibatnya sangat jauh.
"Tidak hanya itu, seharusnya bagi Indonesia peristiwa kerusuhan rasial yang terjadi di Amerika Serikat harus menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga. Sekaligus tempat berkaca agar bangsa kita tidak mengembangkan sikap egosentrisme dan fanatisme berlebihan," tuturnya.
"Melihat kondisi masyarakat Indonesia demikian sensitif terhadap rasisme maka peristiwa kerusuhan di rasial di Amerika Serikat meski sangat jauh pada geografisnya, tapi sangat dekat dan real time dalam berita informasinya. Tentu menjadi pelajaran sangat berharga bagi kita untuk tidak terjadi kerusuhan rasial semacam itu di Indonesia," ujar Waketum DN-PIM, KH Amidhan Shaberah dalam diskusi secara virtual, Kamis (11/6/2020).
(Baca juga: Komisi I DPR Tegaskan Tidak Tepat Bandingkan Kasus Floyd dengan Papua)
Sensitifnya masyarakat Indonesia terhadap rasisme dicontohkan pada peristiwa dugaan ucapan rasis dan rasialisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya yang belum sempat diklarifikasi telah menyebabkan masyarakat Papua tersinggung dan marah mendengar ucapan semacam itu.
"Akibatnya, meletuslah demokrasi masa secara besar-besaran diikuti pengerusakan dan pembakaran yang menyebabkan kerusuhan dan kekacauan di beberapa kota di Papua misalnya Sorong," jelasnya.
Padahal di Indonesia mempersalahkan perbedaan ras etnis golongan dan agama (SARA) merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan moral serta sangat sensitif yang akibatnya sangat jauh.
"Tidak hanya itu, seharusnya bagi Indonesia peristiwa kerusuhan rasial yang terjadi di Amerika Serikat harus menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga. Sekaligus tempat berkaca agar bangsa kita tidak mengembangkan sikap egosentrisme dan fanatisme berlebihan," tuturnya.
(maf)