Membangun Keluarga Berkualitas dan Menurunkan Stunting

Selasa, 18 Januari 2022 - 15:43 WIB
loading...
Membangun Keluarga Berkualitas dan Menurunkan Stunting
Muktiani Asrie Suryaningrum (Foto: Ist)
A A A
Muktiani Asrie Suryaningrum
Analis Kebijakan Ahli Madya BKKBN, Pengurus Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI)

KEKUATAN pembangunan nasional berakar pada elemen keluarga sebagai komunitas mikro dalam masyarakat. Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang memiliki tujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, emosional, mental serta sosial dari setiap anggota keluarga. Dengan demikian keluarga tidak hanya sebagai unit terkecil dalam masyarakat, tetapi merupakan wadah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental setiap individu yang akan terlahir di dunia serta melindungi, membentuk, membesarkan, memperkuat individu sejak dalam kandungan sampai menjadi dewasa.

Dalam konteks pembangunan nasional, keluarga mendapatkan posisi penting dalam pembangunan di mana penyelenggaraan pembangunan di segala bidang pada intinya untuk kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih baik. Keluarga sejahtera dan berkualitas merupakan fondasi dasar bagi keutuhan, kekuatan, dan keberlanjutan pembangunan.

Profil keluarga Indonesia yang tecermin dari hasil SUPAS 2015 menunjukkan bahwa keluarga Indonesia berada dalam kondisi yang rentan. Angka kematian ibu masih tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup, begitu pula dengan angka kematian bayi Indonesia 22 bayi per 1.000 kelahiran hidup. Adapun menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, perempuan usia 15–19 tahun yang sudah pernah melahirkan atau sedang hamil anak pertama adalah sebanyak 7.501 orang, 5.107 orang di antaranya rata-rata tidak tamat SLTA.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan proporsi terbesar untuk tingkat pendidikan kepala rumah tangga miskin adalah tamatan SD, sebesar 37,46%. Demikian juga dengan tingkat pendidikan kepala rumah tangga tidak miskin paling banyak adalah tamatan SD, yaitu 28,27%.

Potret keluarga di atas akan berpengaruh dalam pengelolaan keluarga serta pola pengasuhan yang tentunya akan berdampak pada kualitas manusia. Satu di antara permasalahan yang menjadi fokus negara saat ini adalah tingginya prevalensi stunting anak balita. Survei yang mengintegrasikan survei status gizi dengan Susenas 2018 oleh Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat menemukan bahwa prevalensi stunting lebih rendah 3% dari hasil Riskesdas 2018 (30,8%), yaitu menjadi 27,7% pada tahun 2019.

Pembangunan keluarga merupakan isu di berbagai lintas sektor (cross cutting issue). Artinya pembangunan keluarga menjadi tanggung jawab lintas sektor kementerian/lembaga pemerintah di Indonesia. Berdasarkan telaah RPJMN 2020–2024, terdapat 15 kementerian dan lembaga yang memiliki kegiatan prioritas yang menyasar satuan administrasi setingkat desa, komunitas ataupun individu yang bermuara pada keluarga.

Namun proses pelayanan yang dilakukan berbagai kementerian/lembaga tersebut belum terpadu. Situasi dan kondisi tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurang maksimalnya tingkat keberhasilan kebijakan dan program yang dilakukan kementerian/lembaga.

Untuk itu diperlukan kebijakan nasional yang memastikan seluruh kebijakan program yang menjadikan keluarga sebagai sasaran program kementerian/lembaga yang dilakukan secara terintegrasi dan terkonvergensi pelaksanaannya secara nasional.

Seluruh program dan kegiatan terintegrasi dalam sistem penguatan dan pemberdayaan institusi keluarga (national center of excellence), dalam sebuah wadah yang bernama Kampung Keluarga Berkualitas.

Kampung Keluarga Berkualitas
Kampung Keluarga Berkualitas didefisinikan sebagai satuan wilayah setingkat desa di mana terdapat integritas dan konvergensi penyelenggaraan pemberdayaan dan penguatan institusi keluarga dalam seluruh dimensinya guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia, keluarga, dan masyarakat. Kampung Keluarga Berkualitas dibangun dari paradigma pembangunan yang berpusat kepada rakyat. Paradigma ini melihat inisiatif, kreativitas, dan potensi penduduk adalah sumber daya pembangunan di mana pemerintah hanyalah pemberi daya, fasilitator penduduk untuk mendapatkan akses-akses yang dibutuhkan masyarakat, menyinergikan dan menyelaraskan kekuatan pemerintah dan rakyatnya sehingga tercipta kondisi masyarakat sipil yang sesuai dengan hakikat tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Kampung Keluarga Berkualitas pada hakikatnya merupakan suatu wadah di level desa sebagai upaya dalam meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah di bidang peningkatan kualitas sumber daya manusia sejalan dengan peningkatan kualitas keluarga. Selain itu Kampung Keluarga Berkualitas mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana aksesibilitas pelayanan dasar sehingga pelayanan dasar dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Juga mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Berbagai program yang disediakan pemerintah sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu perlu ada upaya untuk melihat kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini memiliki implikasi terhadap penyediaan sistem yang komprehensif dan menyeluruh sehingga kebutuhan dan masalah yang dihadapi masyarakat pada umumnya dan institusi keluarga pada khususnya dapat dipenuhi secara tuntas.

Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas sebaiknya dilakukan secara terintegrasi dan konvergen oleh kementerian/lembaga yang memiliki program berbasis keluarga dan pemerintah daerah tingkat provinsi serta kabupaten kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

Percepatan Penurunan Stunting
Perhatian pemerintah terhadap masalah percepatan stunting menjadi salah satu prioritas karena stunting merupakan ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Indonesia masih punya pekerjaan rumah mendasar dalam peningkatan kualitas SDM. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah usia dua tahun yang disebabkan kekurangan gizi pada waktu yang lama (kronis). Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru tampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan.

Data Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Saat ini sudah dipetakan wilayah-wilayah yang angka prevalensi stuntingnya tinggi, yaitu di 6.600-an desa yang tersebar di 360 kabupaten/kota. Adapun penyebab stunting secara spesifik ada 2 (dua) faktor yang terdiri atas sub-optimal health, yaitu kondisi kesehatan yang tidak optimal dan sub-optimal nutritional. Namun saat ini kita lebih fokus mengatasi penyebab spesifik yang terkait dengan sub-optimal nutritional.

Dalam membangun ketahanan keluarga secara utuh di berbagai bidang, baik bidang kesehatan, bidang ekonomi, pendidikan anak maupun kebahagiaan keluarga, mulai dari penanganan gizi, kualitas sanitasi, kualitas lingkungan, akses pendidikan, kesehatan sampai juga terjaganya sumber-sumber pendapatan, adalah pilar kesejahteraan dan ketahanan keluarga setiap keluarga Indonesia.

Presiden RI pada pembukaan Rakernas BKKBN (28/01/2021) mengatakan bahwa yang dibutuhkan sekarang ini adalah yang ada di lapangan, yang operasional, langsung bisa menyentuh masyarakat. Program-program diimplementasikan dengan melakukan pembinaan, penyuluhan, pelayanan KB di tengah-tengah masyarakat serta dapat mewujudkan Kampung Keluarga Berkualitas di seluruh penjuru Tanah Air, mewujudkan keluarga yang berkualitas, mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Oleh karenanya BKKBN sudah bertekad untuk mengubah Kampung Keluarga Berencana menjadi Kampung Keluarga Berkualitas sebagaimana arahan dari Presiden. Program Percepatan Penurunan Stunting ini sangatlah memerlukan kolaborasi multisektor baik dari pihak pemerintah maupun mitra swasta untuk sama-sama bersinergi

Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat)
Pertengahan 2021 tepatnya 20 Agustus 2021 yang lalu, sebagai salah satu terobosan dalam percepatan penurunan stunting, BKKBN meluncurkan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di Kampung Keluarga Berkualitas. Dashat ini adalah sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting (catin, bumil, busui, baduta/balita stunting terutama dari keluarga kurang mampu) melalui pemanfaatan sumber daya lokal (termasuk bahan pangan lokal) yang dapat dipadukan dengan sumber daya/kontribusi kemitraan lainnya.

Kampung Keluarga Berkualitas yang memiliki kegiatan Dashat berharap ibu hamil, ibu mau hamil, ibu baru menyusui, semua mendapatkan nutrisi produk olahan dari Dashat yang sehat. Dengan begitu di Kampung Keluarga Berkualitas tidak ada ibu yang mau hamil, ibu mau menikah, dan ibu mau bulan madu tidak teratasi kondisi kesehatannya atau gizinya sebelum hamil, begitu juga pada saat bayi sudah lahir lebih dari 6 (enam) bulan harus mendapat suplementasi, komplemen suplemen makanan tambahan selain asi. Di Kampung Keluarga Berkualitas yang Dashat ini juga tidak ada lagi bayi-bayi 1.000 HPK yang telantar yang tidak mendapatkan asupan makanan gizi seimbang untuk makanan tambahannya.

Indonesia kaya akan sumber daya pangan yang diproduksi, diperjualbelikan, dan tersedia di Indonesia, yang sering disebut sebagai pangan lokal Indonesia.

Sering kali kita beranggapan, jika kita mengonsumsi makanan sehat itu mahal dan ini sangat salah. Dashat ini secara ideologis ingin menghadirkan kedaulatan pangan, dengan mampu memproduksi sendiri, sehingga dapat berdikari dengan meningkatkan ketahanan pangan lokal. Kita mampu menghasilkan sendiri dan memproduksi sendiri pangan lokal yang sehat dan mengandung gizi seimbang dan tidak mahal. Jika berdaulat, maka tidak mahal.

Banyak makanan alternatif yang tersedia di sekitar kita yang mengandung gizi setara dengan makanan yang dianggap mahal selama ini. Makanan untuk mencegah stunting seperti ikan atau telur sudah cukup, proteinnya besar tidak kalah dengan daging sapi. Ke depan berharap Dashat menghadirkan produk-produk lokal yang kemudian bisa menjawab kebutuhan gizi seimbang dan tantangan menurunkan stunting dan mencerdaskan kehidupan keluarga, menjadi keluarga yang berkualitas dan kampung keluarga yang berkualitas dan akhirnya menjadi bangsa yang besar, unggul dan maju sesuai yang dicita-citakan.

(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1210 seconds (0.1#10.140)