Era New Normal, Pemerintah Harus Terapkan Kebijakan Kesehatan yang Rasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah diminta untuk melakukan kajian ilmiah jika ingin melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan mengimplementasikan skenario kenormalan baru atau new normal di tengah pandemi Covid-19.
“Setiap negara harus menentukan strategi masing-masing dalam menerapkan skenario new normal. Negara perlu membuat keputusan berdasarkan konteks, kapasitas yang tersedia, dan situasi yang dialami,” kata profesor tamu di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore,Tikki Pangestu dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) bekerja sama dengan SwissCham Indonesia dan NordCham Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.
Tikki menegaskan, pemerintah harus menerapkan kebijakan kesehatan yang rasional di era new normal. “Pemerintahan harus berjalan secara efektif, namun kebijakan harus didasakan pada bukti ilmiah dan ilmu pengetahuan, dan perlu dievaluasi implementasinya,” ujarnya. (Baca: New Normal Dimulai, Pasien Posotif di Jabar Bertambah 32 Orang)
Menurut dia, pemerintah juga harus mempertimbangkan faktor lain dalam membuat kebijakan new normal. Misalnya, sistem kesehatan harus diperkuat agar menjamin rumah sakit tidak kewalahan dalam menangani pasien.
“Masyarakat harus tetap meminimalkan risiko penularan Covid-19 melalui berbagai cara, seperti menghindari keramaian dan melaksanakan protokol kesehatan di tempat kerja maupun tempat umum lainnya,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Ekonomi Kesehatan Indonesia (InaHEA) Hasbullah Thabrany mengatakan, kunci sukses dalam menghadapi Covid-19 adalah disiplin. “Korea Selatan bisa menjadi contoh, dimana pemerintahnya memiliki respons yang cepat di awal ketika Covid-19 masuk ke negaranya sehingga bisa menerapkan kebijakan new normal terlebih dahulu. Sementara Amerika Serikat dinilai terlambat mendeteksi COVID-19. Penerapan new normal di Amerika Serikat saat ini juga masih menjadi perdebatan,” papar Hasbullah.
Dia memperkirakan, vaksin Covid-19 tidak akan tersedia dalam beberapa waktu ke depan. Karena itu, untuk mempertahankan ekonomi di era new normal, solusinya adalah dengan menjaga kesehatan. (Baca juga: Penambahan Kasus Positif Covid-19 Capai 1.043, DKI Jakarta Tertinggi)
Pada era new normal, lanjutnya, semua pihak juga harus siap menghadapi berbagai perubahan dan sektor kesehatan akan memimpin perubahan ini. “Nantinya, seluruh industri harus mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Sektor ekonomi di era new normal akan sangat tergantung pada sektor kesehatan,” tutup Hasbullah. (Rakhmat Baihaqi)
“Setiap negara harus menentukan strategi masing-masing dalam menerapkan skenario new normal. Negara perlu membuat keputusan berdasarkan konteks, kapasitas yang tersedia, dan situasi yang dialami,” kata profesor tamu di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore,Tikki Pangestu dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Center for Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) bekerja sama dengan SwissCham Indonesia dan NordCham Indonesia di Jakarta, baru-baru ini.
Tikki menegaskan, pemerintah harus menerapkan kebijakan kesehatan yang rasional di era new normal. “Pemerintahan harus berjalan secara efektif, namun kebijakan harus didasakan pada bukti ilmiah dan ilmu pengetahuan, dan perlu dievaluasi implementasinya,” ujarnya. (Baca: New Normal Dimulai, Pasien Posotif di Jabar Bertambah 32 Orang)
Menurut dia, pemerintah juga harus mempertimbangkan faktor lain dalam membuat kebijakan new normal. Misalnya, sistem kesehatan harus diperkuat agar menjamin rumah sakit tidak kewalahan dalam menangani pasien.
“Masyarakat harus tetap meminimalkan risiko penularan Covid-19 melalui berbagai cara, seperti menghindari keramaian dan melaksanakan protokol kesehatan di tempat kerja maupun tempat umum lainnya,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Ekonomi Kesehatan Indonesia (InaHEA) Hasbullah Thabrany mengatakan, kunci sukses dalam menghadapi Covid-19 adalah disiplin. “Korea Selatan bisa menjadi contoh, dimana pemerintahnya memiliki respons yang cepat di awal ketika Covid-19 masuk ke negaranya sehingga bisa menerapkan kebijakan new normal terlebih dahulu. Sementara Amerika Serikat dinilai terlambat mendeteksi COVID-19. Penerapan new normal di Amerika Serikat saat ini juga masih menjadi perdebatan,” papar Hasbullah.
Dia memperkirakan, vaksin Covid-19 tidak akan tersedia dalam beberapa waktu ke depan. Karena itu, untuk mempertahankan ekonomi di era new normal, solusinya adalah dengan menjaga kesehatan. (Baca juga: Penambahan Kasus Positif Covid-19 Capai 1.043, DKI Jakarta Tertinggi)
Pada era new normal, lanjutnya, semua pihak juga harus siap menghadapi berbagai perubahan dan sektor kesehatan akan memimpin perubahan ini. “Nantinya, seluruh industri harus mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Sektor ekonomi di era new normal akan sangat tergantung pada sektor kesehatan,” tutup Hasbullah. (Rakhmat Baihaqi)
(ysw)