Wajib Tahu! Jenderal Spartan Ini yang Memulai Seragam Loreng Darah Mengalir Kopassus

Jum'at, 31 Desember 2021 - 14:07 WIB
loading...
Wajib Tahu! Jenderal...
Komandan RPKAD (1958-1964) Kolonel Inf Moeng Parhadimulyo menyetujui penggunaan seragam dengan corak baru yang lantas disebut dengan motif loreng darah mengalir. Seragam ini dikenalkan resmi pada HUT ABRI, 5 Oktober 1964. FOTO/DOK.KOPASSUS
A A A
JAKARTA - Baret Merah dan pakaian dinas lapangan (PDL) motif loreng darah mengalir menjadi ciri khas Komando Pasukan Khusus atau Kopassus . Seragam itu bukan hanya mencerminkan keberanian, tapi juga identitas pasukan hebat yang mampu menggetarkan dunia.

Namun tak banyak orang tahu, dalam sejarahnya seragam loreng darah mengalir ternyata tidak serta merta hadir semasa pasukan elite tersebut lahir. Corak darah mengalir baru diperkenalkan secara resmi pada Hari ABRI (kini TNI) 5 Oktober 1964. Sosok yang berjasa besar memunculkan seragam kebanggaan tersebut tak lain mendiang Mayjen TNI (Purn) Moeng Parhadimulyo.

Bermula dari Loreng Macan Tutul
Cikal bakal Kopassus dimulai pada 16 April 1952 ketika Kolonel AE Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium (Kesko TT) III/Siliwangi. Kesatuan ini lahir di zaman yang masih serba susah. Meski disiapkan sebagai kesatuan elite, faktanya mereka hanya menempati kantor di salah satu bagian markas depot batalyon.

Baca juga: Di Balik Latihan yang Superberat, Ini Gaji dan Tunjangan Kopassus

Setelah prajurit yang tergabung dalam Kesko TT-III/Siliwangi menempuh pendidikan, untuk melengkapi badge tanda lulus pendidikan komando diberikanlah seragam loreng dengan corak khusus yang kemudian dikenal dengan sebutan 'loreng macan tutul'.

"Aslinya pakaiaan loreng itu buatan Amerika yang diproduksi pada masa Perang Dunia I dalam jumlah besar untuk US Marines," tulis buku 'Kopassus untuk Indonesia: Profesionalisme Prajurit Kopassus' karya Iwan Santosa dan EA Natanegara dikutip, Kamis (30/12/2021).

Seiring berakhirnya perang dunia II, pakaian seragam itu diberikan sebagai bantuan kepada tentara Kerajaan Belanda, yang akhirnya diserahkan juga kepada angkatan perang Indonesia sesuai perjanjian Konferensi Meja Bundar. Pakaian inilah yang lantas digunakan sebagai seragam khusus prajurit satuan komando.

Loreng Macan Tutul ini dikenal sebagai ciri khas prajurit Baret Merah, terutama di Jawa Barat karena dikenakan dalam berbagai operasi tempur, termasuk menumpas gerombolan DI/TII. Namun beberapa tahun kemudian muncul persoalan, yakni menipisnya stok.

Seiring semakin berkurangnya persediaan seragam loreng macan tutul, sementara di negara aslinya (AS) tidak diproduksi lagi, muncul gagasan untuk membuat sendiri pakaian seragam khusus bagi prajurit Baret Merah.

Komandan RPKAD (1958-1964) Kolonel Inf Moeng Parhadimulyo menyetujui penggunaan seragam dengan corak baru yang lantas disebut dengan motif 'loreng darah mengalir'. Seragam ini dikenalkan resmi pada HUT ABRI, 5 Oktober 1964.

Wajib Tahu! Jenderal Spartan Ini yang Memulai Seragam Loreng Darah Mengalir Kopassus


Jenderal Spartan
Moeng merupakan salah satu prajurit legendaris Pasukan Baret Merah. Selain kenyang pengalaman di medan tempur, serdadu kelahiran Yogyakarta ini ternyata sosok yang sangat luar biasa sederhana dan lurus hidupnya.

Keteladanan Jenderal Moeng dikisahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Moeng, kata dia, tidak memiliki pembantu rumah tangga sehingga pukul 04.30 dia telah bangun untuk menyapu dan mengepel rumah sebelum berangkat ke kantor.



Tapi tidak hanya itu, yang membuat terkesan banyak orang yakni Moeng juga melarang istri dan anak menggunakan kendaraan dinas. Suatu tindakan yang tak banyak dimiliki orang lain.

"(Karena dilarang naik mobil dinas) sehingga anaknya harus jalan kaki ke sekolah, sementara istrinya naik becak kalau hendak belanja,” tutur Prabowo dalam buku biografinya berjudul 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto'.

Prabowo mengaku sesungguhnya dia tidak terlalu dekat mengenal Moeng. Namun siapa pun prajurit Baret Merah akan tahu sosoknya karena memang sangat terkenal pada kurun tahun 60-an hingga 80-an.

Mantan Danjen Kopassus ini menambahkan, Moeng selalu memulai lebih dahulu dalam setiap pelatihan, entah itu panjat dan turun tebing, terjun, menembak, lari maupun lempar pisau. Dia pernah memimpin lari seluruh pasukan yang terdiri atas 1 resimen dan 2 batalyon dari Cijantung ke Cililitan pulang-pergi.

Bila berlari, kata Prabowo, Moeng selalu membawa senjata dan membuka baju seperti anak buahnya. "Beliau sangat terkenal sebagai perwira spartan. Perwira yang tangguh dan kuat fisiknya," ucap Prabowo.

Baca juga: Prabowo Kena Tegur Gara-gara Tunjuk Menantu Musuh Soeharto Garap Proyek Den 81 Kopassus

Profil Moeng Parhadimulyo
Lahir : Yogyakarta, 11 Januari 1925
Meninggal : Jakarta, 28 Desember 2012
Karier:
- Komandan Kompi IV Batalyon Nasuhi, Brigade Samsu, Divisi Siliwangi (1949)
- Danyonif Linud 305/Tengkorak (1949-1953)
- Komandan RPKAD (1958-1964)
- Pangdam IX/Mulawarman (1964-1970)
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1406 seconds (0.1#10.140)