Gus Yahya Ungkap Cerita Pendirian NU Usai Kekhalifahan Turki Runtuh

Selasa, 21 Desember 2021 - 17:57 WIB
loading...
Gus Yahya Ungkap Cerita Pendirian NU Usai Kekhalifahan Turki Runtuh
Calon Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menceritakan tentang pendirian NU dalam acara Ngopi Bareng Gus Yahya, Selasa (21/12/2021). FOTO/KORAN SINDO/ABDUL HAKIM
A A A
JAKARTA - Calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengajak Nahdliyin tidak sekadar memahami NU sebagai identitas. Sebab NU didirikan membawa mandat peradaban.

Sebab jika hal itu terjadi, maka NU hanya jalan di tempat, dan baru bergerak jika diserang. Tapi tidak ada langkah untuk mengejar suatu tujuan tertentu di masa depan. "Ini penting sekali untuk dipahami semua kader NU, supaya kemudian siap untuk bergerak bekerja menjalankan agenda-agenda organisasi," ujarnya dalam Ngopi Bareng Gus Yahya, Selasa (21/12).

Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini menyebut, NU berdiri pada 1926 usai kekhalifahan Turki Utsmani runtuh pada 1924. Padahal pada zaman itu, kekhalifahan Turki Utsmani menjadi model dunia keislaman.

Baca juga: Jelang Muktamar NU, Keberanian KH Ali Maksum saat Menjadi Rais Aam PBNU Kembali Dikenang

"Kekhalifahan Turki Utsmani ini bisa saya sebut imperium terbesar yang pernah ada sepanjang sejarah. Bisa dibandingkan dengan imperium Iskandar Zulkarnaen," katanya.

Namun dengan runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani, jelas Gus Yahya, dunia Islam kehilangan model peradabannya. Padahal ratusan tahun sebelumnya mewarnai dan menjadi rancang bangun.

"Ketika runtuh, kemudian muncul revitalisasi, moderninasi Islam. Lalu muncul kerajaan baru di Hijaz, Arab Saudi yang dipimpin Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud," katanya.

Kemudian, jelas Gus Yahya, salah satu pendiri NU KH Wahab Chasbullah yang sempat berada di Arab menyatakan bahwa Arab Saudi tidak bisa dijadikan model, sehingga akhirnya bersama-sama mendirikan NU ini.

Baca juga: Jokowi-Ma'ruf Amin Dijadwalkan Hadiri Pembukaan Muktamar NU di Lampung Besok

"Kesimpulan deduktif saya, pendirian NU ini adalah upaya menemukan format peradaban baru. Pasti skalanya global. Maka lambang yang dipilih adalah lambang jagad, bola dunia," katanya.

Atas dasar itu, Gus Yahya yakin, bahwa memang NU didirikan sebagai upaya merintis, dan menemukan format peradaban yang baru untuk menggantikan format lama yang runtuh. "Mandat NU adalah mandat peradaban. Sebuah mandat raksasa," katanya.

Dia pun mengajak, kader-kader NU harus berani berpikir soal ini. Sebab jika tidak, nanti hanya berebut remeh temeh seperti yang selama ini terjadi. "Maka mulai sekarang, kita harus membangun mentalitas dan mindset untuk berpikir soal mandat peradaban itu," ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.8067 seconds (0.1#10.140)