Sertu Kowad Nur Hayyu, Srikandi Cantik Punggawa Helikopter Apache
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bagi banyak orang, pekerjaan mekanik atau teknisi merupakan pekerjaan lapangan yang berat, identik dan biasa dilakukan laki-laki. Pekerjaan tersebut jarang disukai wanita dengan berbagai alasan. Ketika wanita mengerjakan pekerjaan pria, banyak orang akan meragukan kemampuannya. (Baca juga: 8 Heli Apache Resmi Perkuat Skuadron 11 Serbu TNI AD)
Namun, menjadi sebuah anomali ketika bertemu dan mendengar kisah Sertu Kowad Nur Hayyu Safitri Puspasari, anggota Skadron-11/Serbu Pusat Penerbang Angkatan Darat (Puspenerbad) di Semarang. Dia bukan prajurit wanita biasa. Dialah satu-satunya prajurit wanita TNI yang menjadi teknisi alutsista terbaru TNI AD yakni helikopter tempur Apache AH-46E. Saat ini, dia satu-satunya punggawa (panggilan untuk air crew) wanita Apache di Indonesia. Dialah wanita pertama Indonesia yang mampu membongkar pasang mesin-mesin helikopter tempur Apache, buatan Amerika Serikat.
Perlu diketahui, helikopter AH-64E Apache Guardian merupakan salah satu alutsista tercanggih yang dimiliki Indonesia. Saat ini TNI AD memiliki 8 unit Apache, yang semuanya berada di Skadron-11/Serbu Puspenerbad. Helikopter modern berteknologi tinggi ini, dapat dioperasikan dalam berbagai medan dan cuaca serta dipersenjatai dengan peluru kendali, roket dan kanon. Helikopter Apache tipe tercanggih ini, pernah dikerahkan dalam latihan antar kecabangan TNI AD Kartika Yudha 2019 di Martapura, Sumsel. (Baca juga: Diperkuat 8 Heli Apache, TNI AD Makin Handal)
Sosok Sertu Hayyu, begitu sapaan akrabnya, gadis kelahiran Salatiga, 6 Agustus 1995 telah mencuri banyak perhatian orang, bukan hanya karena parasnya, namun kemampuannya sebagai mekanik wanita. Hayyu bergabung dengan TNI AD melalui pendidikan Secaba PK (Prajurit Karier) tahun 2013.
Pada awalnya dia mengaku, tidak memiliki motivasi khusus bergabung dengan TNI AD, justru cita-citanya ingin menjadi Prajurit TNI AL, lantaran semasa sekolah dia merupakan atlet renang. “Tetapi seiring berjalannya waktu, saya melupakan cita-cita kecil saya. Saya mendaftar menjadi calon prajurit Kowad karena diajak teman. Ternyata semakin jauh saya menjalani seleksi, justru saya semakin mantab dan bersemangat,”tutur Kowad berhijab tersebut.
Tekadnya menjadi prajurit Kowad mendapat dukungan penuh dari pihak keluarga walaupun latar belakang keluarganya bukan dari tentara. Almarhum ayahnya, pensiunan perawat di Puskesmas dekat tempat tinggalnya di Salatiga, sedangkan almarhumah ibunya, guru SD. “Alhamdulillah orang tua dan keluarga saya sangat mendukung pilihan saya,”ungkap bungsu dari tiga bersaudara tersebut. (Baca juga: Pameran Alutsista TNI AD, Heli Apache Sedot Animo Masyarakat)
Setelah lulus dari Pendidikan Pertama Bintara di Pusat Pendidikan Kowad (Pusdikkowad) Bandung, dia ditempatkan pada kecabangan Penerbad, dan kemudian mengikuti pendidikan spesialisasi Air Traffic Control dan berhasil lulus dengan nilai memuaskan. “Hal yang tidak pernah ada dalam pikiran saya mendapat kecabangan Penerbad. Jujur, waktu itu saya tidak tahu apa itu Penerbad. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, saya semakin tertarik pada Korps Penerbad. Saya bercita-cita memberikan yang terbaik untuk TNI AD melalui Korps Penerbad,” tuturnya dengan nada semangat.
Karena dedikasinya yang tinggi, Sertu Hayyu kemudian terpilih mengikuti pelatihan sebagai teknisi helikopter tempur Apache di Texas dan Virginia, AS pada 2018. Di sinilah keahliannya sebagai punggawa Apache diperdalam dan diasah. Dia menceritakan, banyak pengalaman yang didapat ketika mengenyam pelatihan di Negeri Paman Sam, sebagai satu-satunya siswa perempuan.
“Pengalaman paling berkesan ketika berjumpa dengan personel militer yang berasal dari kurang lebih 76 negara di dunia. Saya banyak mendapatkan teman baru, saya mempelajari dan memahami kultur militer dari banyak negara, serta banyak pula yang memperhatikan saya karena hijab yang saya kenakan dalam berseragam,”kenang gadis manis yang hoby renang dan mahir berbahasa Inggris.
Sebagai satu-satunya siswa perempuan dari Indonesia, Hayyu juga dihadapkan pada sejumlah tantangan, sehingga harus membiasakan dan mengakrabkan diri dengan rekan-rekan lainnya. “Beruntungnya, rekan-rekannya selalu membantu. Demikian juga, Instruktur tidak sepenuhnya menggunakan Bahasa Inggris formal, sehingga terkadang saya harus bertanya apa maksud yang disampaikan. Saya bersyukur selama di kelas, 11 rekan saya yang kesemuanya US Army selalu kooperatif dan Alhamdulillah saya meraih predikat Distinguished Graduate atau lulusan terhormat,” ungkapnya dengan bangga.
Sertu Hayyu menyadari bahwa tugas dan tanggung jawabnya sebagai Punggawa Apache tidaklah mudah, harus ekstra teliti dan hati-hati. Dia wajib mengecek segala kesiapan pesawat, mulai dari nol sampai akhir, karena keselamatan penerbang tergantung adjustment dari seorang mekanik. “Dalam tugas dan pekerjaan kami harus berani bertanya jika kurang paham, harus berani mengakui apabila melakukan kesalahan, dan harus berani bertanggung jawab atas keputusan yang kami ambil,” tandasnya.
Ketika ditanya tentang suka dukanya sebagai Punggawa Apache, Hayyu mengaku banyak sekali, terlebih di awal-awal tugasnya, ada beberapa orang yang meremehkan dan bahkan memandang sebelah mata terhadap profesinya sebagai mekanik wanita.
“Namun, saya senang, banyak pelajaran baru yang bisa didapat. Saya juga senang karena pandangan orang tentang wanita, yang semula hanya bisa bekerja di dalam ruangan, hanya bisa bekerja yang ringan, atau lebih parahnya memandang wanita sebagai "pemanis"; sedikit demi sedikit mulai terpatahkan,”ungkap gadis berwajah manis ini.
Tapi itu semua, merupakan motivasi bagi Hayyu untuk terus melangkah maju, menjadi mekanik yang baik, repairer yang mahir melaksanakan remove dan install komponen pesawat Apache.
Sementara itu, Kapten Cpn Hanif Al Farisy, S.Sos., selaku atasan Sertu Hayyu di Harsabang Skadron-11/Serbu Puspenerbad, mengungkapkan Sertu Hayyu adalah sosok prajurit Kowad serba bisa, pekerja keras, profesional, pintar dan supel. “Hayyu sudah pernah melaksanakan inspeksi besar Helikopter Apache seperti inspeksi 125 jam dan 270 hari. Dia sendiri yang memilih bekerja sebagai mekanik di lapangan dibanding sebagai staf di Administrasi Teknik karena ingin menempa diri menjadi mekanik helikopter Apache handal,”ujar Kapten Hanif.
Pada bagian akhir wawancara, Hayyu berpesan kepada rekan-rekan sesama Kowad untuk bisa bekerja lebih profesional. “Walaupun kita ini wanita, kita tetap militer,”tandasnya.
Dia juga berpesan kepada generasi muda, jangan mudah menyerah meski sulit dan diremehkan, terus belajar dan berusaha seraya berdoa agar Tuhan selalu menyertai. “Saya percaya apa yang saya jalani saat ini datangnya dari Allah. Sehingga saya berusaha menjalaninya sebaik mungkin. Suka dan duka adalah penyemangat dan warna dalam hidup,”pungkasnya dengan penuh keyakinan dan optimisme.
Namun, menjadi sebuah anomali ketika bertemu dan mendengar kisah Sertu Kowad Nur Hayyu Safitri Puspasari, anggota Skadron-11/Serbu Pusat Penerbang Angkatan Darat (Puspenerbad) di Semarang. Dia bukan prajurit wanita biasa. Dialah satu-satunya prajurit wanita TNI yang menjadi teknisi alutsista terbaru TNI AD yakni helikopter tempur Apache AH-46E. Saat ini, dia satu-satunya punggawa (panggilan untuk air crew) wanita Apache di Indonesia. Dialah wanita pertama Indonesia yang mampu membongkar pasang mesin-mesin helikopter tempur Apache, buatan Amerika Serikat.
Perlu diketahui, helikopter AH-64E Apache Guardian merupakan salah satu alutsista tercanggih yang dimiliki Indonesia. Saat ini TNI AD memiliki 8 unit Apache, yang semuanya berada di Skadron-11/Serbu Puspenerbad. Helikopter modern berteknologi tinggi ini, dapat dioperasikan dalam berbagai medan dan cuaca serta dipersenjatai dengan peluru kendali, roket dan kanon. Helikopter Apache tipe tercanggih ini, pernah dikerahkan dalam latihan antar kecabangan TNI AD Kartika Yudha 2019 di Martapura, Sumsel. (Baca juga: Diperkuat 8 Heli Apache, TNI AD Makin Handal)
Sosok Sertu Hayyu, begitu sapaan akrabnya, gadis kelahiran Salatiga, 6 Agustus 1995 telah mencuri banyak perhatian orang, bukan hanya karena parasnya, namun kemampuannya sebagai mekanik wanita. Hayyu bergabung dengan TNI AD melalui pendidikan Secaba PK (Prajurit Karier) tahun 2013.
Pada awalnya dia mengaku, tidak memiliki motivasi khusus bergabung dengan TNI AD, justru cita-citanya ingin menjadi Prajurit TNI AL, lantaran semasa sekolah dia merupakan atlet renang. “Tetapi seiring berjalannya waktu, saya melupakan cita-cita kecil saya. Saya mendaftar menjadi calon prajurit Kowad karena diajak teman. Ternyata semakin jauh saya menjalani seleksi, justru saya semakin mantab dan bersemangat,”tutur Kowad berhijab tersebut.
Tekadnya menjadi prajurit Kowad mendapat dukungan penuh dari pihak keluarga walaupun latar belakang keluarganya bukan dari tentara. Almarhum ayahnya, pensiunan perawat di Puskesmas dekat tempat tinggalnya di Salatiga, sedangkan almarhumah ibunya, guru SD. “Alhamdulillah orang tua dan keluarga saya sangat mendukung pilihan saya,”ungkap bungsu dari tiga bersaudara tersebut. (Baca juga: Pameran Alutsista TNI AD, Heli Apache Sedot Animo Masyarakat)
Setelah lulus dari Pendidikan Pertama Bintara di Pusat Pendidikan Kowad (Pusdikkowad) Bandung, dia ditempatkan pada kecabangan Penerbad, dan kemudian mengikuti pendidikan spesialisasi Air Traffic Control dan berhasil lulus dengan nilai memuaskan. “Hal yang tidak pernah ada dalam pikiran saya mendapat kecabangan Penerbad. Jujur, waktu itu saya tidak tahu apa itu Penerbad. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, saya semakin tertarik pada Korps Penerbad. Saya bercita-cita memberikan yang terbaik untuk TNI AD melalui Korps Penerbad,” tuturnya dengan nada semangat.
Karena dedikasinya yang tinggi, Sertu Hayyu kemudian terpilih mengikuti pelatihan sebagai teknisi helikopter tempur Apache di Texas dan Virginia, AS pada 2018. Di sinilah keahliannya sebagai punggawa Apache diperdalam dan diasah. Dia menceritakan, banyak pengalaman yang didapat ketika mengenyam pelatihan di Negeri Paman Sam, sebagai satu-satunya siswa perempuan.
“Pengalaman paling berkesan ketika berjumpa dengan personel militer yang berasal dari kurang lebih 76 negara di dunia. Saya banyak mendapatkan teman baru, saya mempelajari dan memahami kultur militer dari banyak negara, serta banyak pula yang memperhatikan saya karena hijab yang saya kenakan dalam berseragam,”kenang gadis manis yang hoby renang dan mahir berbahasa Inggris.
Sebagai satu-satunya siswa perempuan dari Indonesia, Hayyu juga dihadapkan pada sejumlah tantangan, sehingga harus membiasakan dan mengakrabkan diri dengan rekan-rekan lainnya. “Beruntungnya, rekan-rekannya selalu membantu. Demikian juga, Instruktur tidak sepenuhnya menggunakan Bahasa Inggris formal, sehingga terkadang saya harus bertanya apa maksud yang disampaikan. Saya bersyukur selama di kelas, 11 rekan saya yang kesemuanya US Army selalu kooperatif dan Alhamdulillah saya meraih predikat Distinguished Graduate atau lulusan terhormat,” ungkapnya dengan bangga.
Sertu Hayyu menyadari bahwa tugas dan tanggung jawabnya sebagai Punggawa Apache tidaklah mudah, harus ekstra teliti dan hati-hati. Dia wajib mengecek segala kesiapan pesawat, mulai dari nol sampai akhir, karena keselamatan penerbang tergantung adjustment dari seorang mekanik. “Dalam tugas dan pekerjaan kami harus berani bertanya jika kurang paham, harus berani mengakui apabila melakukan kesalahan, dan harus berani bertanggung jawab atas keputusan yang kami ambil,” tandasnya.
Ketika ditanya tentang suka dukanya sebagai Punggawa Apache, Hayyu mengaku banyak sekali, terlebih di awal-awal tugasnya, ada beberapa orang yang meremehkan dan bahkan memandang sebelah mata terhadap profesinya sebagai mekanik wanita.
“Namun, saya senang, banyak pelajaran baru yang bisa didapat. Saya juga senang karena pandangan orang tentang wanita, yang semula hanya bisa bekerja di dalam ruangan, hanya bisa bekerja yang ringan, atau lebih parahnya memandang wanita sebagai "pemanis"; sedikit demi sedikit mulai terpatahkan,”ungkap gadis berwajah manis ini.
Tapi itu semua, merupakan motivasi bagi Hayyu untuk terus melangkah maju, menjadi mekanik yang baik, repairer yang mahir melaksanakan remove dan install komponen pesawat Apache.
Sementara itu, Kapten Cpn Hanif Al Farisy, S.Sos., selaku atasan Sertu Hayyu di Harsabang Skadron-11/Serbu Puspenerbad, mengungkapkan Sertu Hayyu adalah sosok prajurit Kowad serba bisa, pekerja keras, profesional, pintar dan supel. “Hayyu sudah pernah melaksanakan inspeksi besar Helikopter Apache seperti inspeksi 125 jam dan 270 hari. Dia sendiri yang memilih bekerja sebagai mekanik di lapangan dibanding sebagai staf di Administrasi Teknik karena ingin menempa diri menjadi mekanik helikopter Apache handal,”ujar Kapten Hanif.
Pada bagian akhir wawancara, Hayyu berpesan kepada rekan-rekan sesama Kowad untuk bisa bekerja lebih profesional. “Walaupun kita ini wanita, kita tetap militer,”tandasnya.
Dia juga berpesan kepada generasi muda, jangan mudah menyerah meski sulit dan diremehkan, terus belajar dan berusaha seraya berdoa agar Tuhan selalu menyertai. “Saya percaya apa yang saya jalani saat ini datangnya dari Allah. Sehingga saya berusaha menjalaninya sebaik mungkin. Suka dan duka adalah penyemangat dan warna dalam hidup,”pungkasnya dengan penuh keyakinan dan optimisme.
(cip)