Pemahaman Masyarakat Tentang Omicron Sangat Penting untuk Pengendalian Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengingatkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap varian Covid-19 Omicron sangat penting. Dengan memahami, maka masyarakat bisa menyiapkan antisipasi, mulai dari diri sendiri, keluarga, serta lingkungan.
Pemberian pemahaman virus kepada masyarakat, menurutnya, merupakan bagian dari membangun ketahanan negara dari ancaman virus berbahaya. Pemerintah sendiri telah melakukan langkah antisipatif melalui kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat menjelang akhir tahun nanti.
"Pemahaman masyarakat terkait virus corona varian Omicron dan kepatuhan terhadap sejumlah kebijakan, sangat membantu dalam menyukseskan upaya pengendalian virus yang sudah menyebar luas," kata Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, dalam diskusi daring bertema 'Mengenal Lebih Lanjut Omicron' yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (15/12/2021).
Baca juga: Cegah Omicron, Pemerintah Upayakan Tes Khusus Deteksi Dini
Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem ini menegaskan bahwa memberikan pemahaman tentang varian Omicron secara menyeluruh bukan untuk menakuti masyarakat tapi bertujuan membangun ruang ruang pembelajaran agar saling mengingatkan sebagai wujud saling menjaga dan mempertahankan kehidupan.
Dalam diskusi yang dimoderatori Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Irwansyah, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan bahwa varian Omicron per 13 Desember 2021 sudah terkonfirmasi di 72 negara. Berdasarkan sejumlah penelitian yang sedang dilakukan, dampak Omicron lebih rendah daripada varian Delta, tapi penularannya lebih cepat.
Dijelaskan, kelompok sasaran Omicron dan Delta berbeda. Menurut Dante, varian Delta lebih banyak menyasar kelompok masyarakat berusia lanjut. Sedangkan Omicron menyasar kelompok usia yang lebih muda dan anak-anak.
"Langkah vaksinasi dapat melindungi masyarakat dari peluang rawat inap karena terpapar varian Omicron. Vaksinasi merupakan salah satu langkah yang penting dalam mencegah terjadinya penularan," katanya.
Baca juga: WHO Melaporkan Sudah 76 Negara Ditemukan Varian Omicron
Pakar Medis Satgas Penanganan Covid-19, Tonny Loho mengungkapkan, sebagian besar yang terpapar varian Omicron adalah masyarakat yang belum divaksinasi. Karena itu ia mendorong vaksinasi untuk memberikan proteksi dari serangan Omicron.
"Upaya mendeteksi varian Omicron secara teknis bisa diupayakan lewat whole genome sequencing (WGS), yang cukup memakan waktu dan relatif mahal," katanya.
Ketua Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati Unair, Ni Nyoman Tri Puspaningsih menyarankan upaya deteksi varian Omicron bisa menggunakan upaya genotyping agar lebih cepat dan lebih terjangkau dari sisi biaya. Ni Nyoman menyambut baik kebijakan yang menerapkan genome surveillance skala nasional yang dilakukan pemerintah.
"Dari hasil pendeteksian yang dilakukan terhadap ribuan sampel sampai hingga hari ini belum menemukan varian Omicron di Indonesia," katanya.
Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, sejumlah penelitian belum bisa memastikan bahwa dampak varian Omicron benar-benar ringan. Sebab, jumlah kasus yang ada belum bisa digunakan untuk menjadi dasar kesimpulan berat atau ringannya dampaknya.
Untuk pencegahan penyebaran varian Omicron, Tjandra Yoga menyarankan untuk melakukan pendekatan mitigasi risiko yang berlapis dengan 'retrospective screening' pada orang yang datang dari negara terjangkit sebelum 29 November 2021. "Peningkatan surveilans dan sequencing, bukan hanya pada pendatang tapi juga pada masyarakat luas," kata Direktur Penyakit Menular WHO SEARO 2018-2020 ini.
Selain itu, penyelidikan lapangan dan penilaian laboratorium perlu ditingkatkan untuk lebih memahami kemungkinan dampak dari varian baru ini. Terpenting, menurut Tjandra, upaya pembatasan sosial tetap dilakukan lewat kebijakan PPKM berlevel dan disiplin memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari kerumunan.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti berpendapat, kemampuan para pakar melakukan deteksi keberadaan varian-varian baru dari Covid-19 sangat penting untuk mendukung langkah pengendalian penyebaran virus coroan di Tanah Air.
Sementara, Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho menegaskan literasi kesehatan sangat penting di masa pandemi. Menurutnya, misinformasi dapat berdampak buruk bagi upaya penanggulangan pandemi. "Misinformasi terkait Omicron akan jauh lebih cepat menyebar dampaknya dibandingkan virusnya sendiri," katanya.
Pemberian pemahaman virus kepada masyarakat, menurutnya, merupakan bagian dari membangun ketahanan negara dari ancaman virus berbahaya. Pemerintah sendiri telah melakukan langkah antisipatif melalui kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat menjelang akhir tahun nanti.
"Pemahaman masyarakat terkait virus corona varian Omicron dan kepatuhan terhadap sejumlah kebijakan, sangat membantu dalam menyukseskan upaya pengendalian virus yang sudah menyebar luas," kata Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat, dalam diskusi daring bertema 'Mengenal Lebih Lanjut Omicron' yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (15/12/2021).
Baca juga: Cegah Omicron, Pemerintah Upayakan Tes Khusus Deteksi Dini
Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem ini menegaskan bahwa memberikan pemahaman tentang varian Omicron secara menyeluruh bukan untuk menakuti masyarakat tapi bertujuan membangun ruang ruang pembelajaran agar saling mengingatkan sebagai wujud saling menjaga dan mempertahankan kehidupan.
Dalam diskusi yang dimoderatori Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Irwansyah, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan bahwa varian Omicron per 13 Desember 2021 sudah terkonfirmasi di 72 negara. Berdasarkan sejumlah penelitian yang sedang dilakukan, dampak Omicron lebih rendah daripada varian Delta, tapi penularannya lebih cepat.
Dijelaskan, kelompok sasaran Omicron dan Delta berbeda. Menurut Dante, varian Delta lebih banyak menyasar kelompok masyarakat berusia lanjut. Sedangkan Omicron menyasar kelompok usia yang lebih muda dan anak-anak.
"Langkah vaksinasi dapat melindungi masyarakat dari peluang rawat inap karena terpapar varian Omicron. Vaksinasi merupakan salah satu langkah yang penting dalam mencegah terjadinya penularan," katanya.
Baca juga: WHO Melaporkan Sudah 76 Negara Ditemukan Varian Omicron
Pakar Medis Satgas Penanganan Covid-19, Tonny Loho mengungkapkan, sebagian besar yang terpapar varian Omicron adalah masyarakat yang belum divaksinasi. Karena itu ia mendorong vaksinasi untuk memberikan proteksi dari serangan Omicron.
"Upaya mendeteksi varian Omicron secara teknis bisa diupayakan lewat whole genome sequencing (WGS), yang cukup memakan waktu dan relatif mahal," katanya.
Ketua Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati Unair, Ni Nyoman Tri Puspaningsih menyarankan upaya deteksi varian Omicron bisa menggunakan upaya genotyping agar lebih cepat dan lebih terjangkau dari sisi biaya. Ni Nyoman menyambut baik kebijakan yang menerapkan genome surveillance skala nasional yang dilakukan pemerintah.
"Dari hasil pendeteksian yang dilakukan terhadap ribuan sampel sampai hingga hari ini belum menemukan varian Omicron di Indonesia," katanya.
Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, sejumlah penelitian belum bisa memastikan bahwa dampak varian Omicron benar-benar ringan. Sebab, jumlah kasus yang ada belum bisa digunakan untuk menjadi dasar kesimpulan berat atau ringannya dampaknya.
Untuk pencegahan penyebaran varian Omicron, Tjandra Yoga menyarankan untuk melakukan pendekatan mitigasi risiko yang berlapis dengan 'retrospective screening' pada orang yang datang dari negara terjangkit sebelum 29 November 2021. "Peningkatan surveilans dan sequencing, bukan hanya pada pendatang tapi juga pada masyarakat luas," kata Direktur Penyakit Menular WHO SEARO 2018-2020 ini.
Selain itu, penyelidikan lapangan dan penilaian laboratorium perlu ditingkatkan untuk lebih memahami kemungkinan dampak dari varian baru ini. Terpenting, menurut Tjandra, upaya pembatasan sosial tetap dilakukan lewat kebijakan PPKM berlevel dan disiplin memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari kerumunan.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti berpendapat, kemampuan para pakar melakukan deteksi keberadaan varian-varian baru dari Covid-19 sangat penting untuk mendukung langkah pengendalian penyebaran virus coroan di Tanah Air.
Sementara, Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho menegaskan literasi kesehatan sangat penting di masa pandemi. Menurutnya, misinformasi dapat berdampak buruk bagi upaya penanggulangan pandemi. "Misinformasi terkait Omicron akan jauh lebih cepat menyebar dampaknya dibandingkan virusnya sendiri," katanya.
(abd)