Singkap Musik dalam Perannya Sebagai Bentuk Komunikasi Massa
loading...
A
A
A
Adinda Sukmarani Putri
Alumni Universitas Bakrie
Sehari-harinya manusia beraktivitas dari bangun tidur, beraktivitas menjalani rutinitasnya, belajar, bekerja, bersantai, hingga memejamkan matanya dan beristirahat untuk menutup harinya. Dalam rentang waktu itu, musik menjadi satu hal yang hampir tak terhindarkan. Mulai dari dering alarm bangun pagi, lagu yang diperdengarkan di radio dalam perjalanan berangkat kantor atau sekolah, jingle yang mengalun dari minimarket di saat waktu istirahat makan siang, musik latar yang terdengar dari baliho iklan di tepi jalan, hingga musik odong-odong yang tak sengaja terdengar dari jalanan depan rumah. Begitu dekatnya musik dengan kegiatan sehari-hari, musik menjadi salah satu media yang ideal untuk mengomunikasikan sebuah pesan kepada khalayak ramai atau massa.
Dalam teorinya, komunikasi massa merupakan pesan yang dikomunikasikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan melalui media massa. Dengan penggunaan media massa, praktis, pesan yang disampaikan oleh komunikator ini akan tersampaikan pada komunikan dalam jumlah besar. Dalam komunikasi massa, pesan yang disampaikan bersifat umum yang nantinya akan diterima oleh komunikan yang anonim dan heterogen. Komunikasi massa juga bersifat satu arah sehingga feedback atau respons yang diberikan kepada komunikator juga tertunda atau tidak interaktif. Memiliki karakteristik dan sifat yang serupa, musik juga tergolong sebagai bentuk komunikasi massa yang populer hingga saat ini.
Unsur Komunikasi Massa dalam Musik
Meskipun bukan hal pertama yang terpikirkan saat mendengar ‘komunikasi massa’, nyatanya unsur-unsur komunikasi massa seperti source, message, channel, receiver, dan effect, terdapat dalam musik yang diperdengarkan sehari-hari. Jika dibedah lebih lanjut, lembaga atau source dalam musik adalah produser musik atau para pelaku musik yang berperan sebagai encoder sekaligus gatekeeper pesan berupa lagu (message) yang akan disampaikan kepada khalayak ramai (receiver) yang anonim dan heterogen. Dalam prosesnya, musik yang telah dibuat akan disalurkan melalui media-media seperti kepingan LP maupun saluran digital seperti platform musik online (channel). Dengan demikian, penyaluran pesan yang disampaikan bersifat searah yang mengakibatkan umpan balik (effect) berupa reaksi atau review audiens akan tertunda dan tidak interaktif terhadap lembaga atau pelaku musik (source).
Musik Bentuk Komunikasi Massa yang Unik
Bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi massa lainnya seperti surat kabar, siaran radio, televisi, maupun film, waktu yang dibutuhkan komunikan dalam menerima atau mendengar sebuah lagu relatif lebih singkat sehingga pesan yang disampaikan juga cenderung lebih padat. Namun apakah dengan waktu yang singkat ini audiens dapat menangkap pesan yang disampaikan secara lebih cepat adalah pertanyaan utamanya.
Beberapa lagu dilengkapi dengan music video yang dapat mempertegas pesan yang ingin disampaikan kepada audiensnya. Namun dengan atau tanpa music video pun, pelaku musik mengemas pesan yang dituangkan dalam lirik lagunya dengan melodi pengiring yang memberikan mood maupun vibe kepada audiensnya. Layaknya film yang diiringi musik latar saat adegan film tidak menampilkan dialog, mood dan vibe yang disampaikan dalam sebuah lagu sedikit banyak tersampaikan terlebih dahulu meskipun bait demi bait liriknya belum 100% dipahami oleh audiensnya.
Umumnya lagu yang memiliki mood sedih tak jarang dibawakan dengan tempo yang lebih lambat dan diiringi oleh chord minor, sedangkan lagu akan memperdengarkan vibe yang lebih ceria bila dibawakan dengan tempo yang lebih cepat dan didominasi oleh iringan chord major. Selain itu, refrain yang berulang dari lagu biasanya menjadi inti dari keseluruhan lirik lagu. Pengulangan ini menjadi salah satu katalis audiens untuk lebih cepat menangkap isi lirik yang dinyanyikan.
Musik dan lagu merupakan bentuk komunikasi massa yang cukup unik. Padahal lirik yang dinyanyikan tak seluas dialog-dialog yang ditampilkan dalam film, atau sebanyak tulisan artikel dalam sebuah surat kabar, nyatanya banyak audiens yang tidak bisa menangkap 100% lirik lagu pada saat pertama kali diperdengarkan. Terlebih untuk lagu-lagu yang dinyanyikan dengan bahasa yang bukan merupakan bahasa ibu audiensnya. Meskipun demikian, masa dengar lagu cenderung lama karena biasanya lagu tidak hanya didengarkan sekali dua kali, namun bisa berulang-ulang kali. Dampaknya, pesan yang terkandung dalam lirik lagu akan tertanam lebih lama dan kuat dalam benak audiensnya.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, musik juga menjadi salah satu bentuk komunikasi massa yang cocok untuk menyampaikan berbagai pesan dengan tema sederhana seperti cinta dan kasih sayang, perjuangan, hingga pesan yang lebih rumit seperti kritik sosial.
Daftar Pustaka
Bittner, John R. (1980). Mass communication, an Introduction. New Jersey: Prentice-Hall.
Effendy, Onong U. (2017). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Cetakan 28). Bandung: Remaja Rosdakarya
Romli, Khomsahrial. (2016). Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo.
Alumni Universitas Bakrie
Sehari-harinya manusia beraktivitas dari bangun tidur, beraktivitas menjalani rutinitasnya, belajar, bekerja, bersantai, hingga memejamkan matanya dan beristirahat untuk menutup harinya. Dalam rentang waktu itu, musik menjadi satu hal yang hampir tak terhindarkan. Mulai dari dering alarm bangun pagi, lagu yang diperdengarkan di radio dalam perjalanan berangkat kantor atau sekolah, jingle yang mengalun dari minimarket di saat waktu istirahat makan siang, musik latar yang terdengar dari baliho iklan di tepi jalan, hingga musik odong-odong yang tak sengaja terdengar dari jalanan depan rumah. Begitu dekatnya musik dengan kegiatan sehari-hari, musik menjadi salah satu media yang ideal untuk mengomunikasikan sebuah pesan kepada khalayak ramai atau massa.
Dalam teorinya, komunikasi massa merupakan pesan yang dikomunikasikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan melalui media massa. Dengan penggunaan media massa, praktis, pesan yang disampaikan oleh komunikator ini akan tersampaikan pada komunikan dalam jumlah besar. Dalam komunikasi massa, pesan yang disampaikan bersifat umum yang nantinya akan diterima oleh komunikan yang anonim dan heterogen. Komunikasi massa juga bersifat satu arah sehingga feedback atau respons yang diberikan kepada komunikator juga tertunda atau tidak interaktif. Memiliki karakteristik dan sifat yang serupa, musik juga tergolong sebagai bentuk komunikasi massa yang populer hingga saat ini.
Unsur Komunikasi Massa dalam Musik
Meskipun bukan hal pertama yang terpikirkan saat mendengar ‘komunikasi massa’, nyatanya unsur-unsur komunikasi massa seperti source, message, channel, receiver, dan effect, terdapat dalam musik yang diperdengarkan sehari-hari. Jika dibedah lebih lanjut, lembaga atau source dalam musik adalah produser musik atau para pelaku musik yang berperan sebagai encoder sekaligus gatekeeper pesan berupa lagu (message) yang akan disampaikan kepada khalayak ramai (receiver) yang anonim dan heterogen. Dalam prosesnya, musik yang telah dibuat akan disalurkan melalui media-media seperti kepingan LP maupun saluran digital seperti platform musik online (channel). Dengan demikian, penyaluran pesan yang disampaikan bersifat searah yang mengakibatkan umpan balik (effect) berupa reaksi atau review audiens akan tertunda dan tidak interaktif terhadap lembaga atau pelaku musik (source).
Musik Bentuk Komunikasi Massa yang Unik
Bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi massa lainnya seperti surat kabar, siaran radio, televisi, maupun film, waktu yang dibutuhkan komunikan dalam menerima atau mendengar sebuah lagu relatif lebih singkat sehingga pesan yang disampaikan juga cenderung lebih padat. Namun apakah dengan waktu yang singkat ini audiens dapat menangkap pesan yang disampaikan secara lebih cepat adalah pertanyaan utamanya.
Beberapa lagu dilengkapi dengan music video yang dapat mempertegas pesan yang ingin disampaikan kepada audiensnya. Namun dengan atau tanpa music video pun, pelaku musik mengemas pesan yang dituangkan dalam lirik lagunya dengan melodi pengiring yang memberikan mood maupun vibe kepada audiensnya. Layaknya film yang diiringi musik latar saat adegan film tidak menampilkan dialog, mood dan vibe yang disampaikan dalam sebuah lagu sedikit banyak tersampaikan terlebih dahulu meskipun bait demi bait liriknya belum 100% dipahami oleh audiensnya.
Umumnya lagu yang memiliki mood sedih tak jarang dibawakan dengan tempo yang lebih lambat dan diiringi oleh chord minor, sedangkan lagu akan memperdengarkan vibe yang lebih ceria bila dibawakan dengan tempo yang lebih cepat dan didominasi oleh iringan chord major. Selain itu, refrain yang berulang dari lagu biasanya menjadi inti dari keseluruhan lirik lagu. Pengulangan ini menjadi salah satu katalis audiens untuk lebih cepat menangkap isi lirik yang dinyanyikan.
Musik dan lagu merupakan bentuk komunikasi massa yang cukup unik. Padahal lirik yang dinyanyikan tak seluas dialog-dialog yang ditampilkan dalam film, atau sebanyak tulisan artikel dalam sebuah surat kabar, nyatanya banyak audiens yang tidak bisa menangkap 100% lirik lagu pada saat pertama kali diperdengarkan. Terlebih untuk lagu-lagu yang dinyanyikan dengan bahasa yang bukan merupakan bahasa ibu audiensnya. Meskipun demikian, masa dengar lagu cenderung lama karena biasanya lagu tidak hanya didengarkan sekali dua kali, namun bisa berulang-ulang kali. Dampaknya, pesan yang terkandung dalam lirik lagu akan tertanam lebih lama dan kuat dalam benak audiensnya.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, musik juga menjadi salah satu bentuk komunikasi massa yang cocok untuk menyampaikan berbagai pesan dengan tema sederhana seperti cinta dan kasih sayang, perjuangan, hingga pesan yang lebih rumit seperti kritik sosial.
Daftar Pustaka
Bittner, John R. (1980). Mass communication, an Introduction. New Jersey: Prentice-Hall.
Effendy, Onong U. (2017). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Cetakan 28). Bandung: Remaja Rosdakarya
Romli, Khomsahrial. (2016). Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo.
(zik)