Jokowi dan Climate Super Power
loading...
A
A
A
Jepang bersikeras bahwa komunike tersebut mengatakan bahwa sistem tenaga listrik harus menghilangkan karbon pada tahun 2030-an agar lebih lunak. Itu mendapat dukungan dari China dan India, konsumen batu bara terbesar di dunia; Australia, pengekspor batu bara terbesar di dunia berdasarkan nilai; serta Rusia, eksportir dan konsumen utama lainnya.
Jokowi Dapat Buktikan Kepemimpinannya
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kesepakatan sebelumnya merupakan sinyal bagus untuk COP26, tetapi Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengisyaratkan dia ingin melihat lebih banyak ambisi.
Tidak diragukan lagi bahwa Kanada, bersama dengan sejumlah negara lain, akan menyukai bahasa yang lebih kuat dan komitmen yang lebih kuat dalam memerangi perubahan iklim daripada yang lain (Reuters.com).
Memang China sebagai penghasil CO2 terbesar di dunia, telah menetapkan target tanggal 2060. Pencemar besar lainnya seperti India dan Rusia juga belum berkomitmen pada tanggal target 2050. Mereka mengulur waktu terlalu lama. Padahal Pakar PBB mengatakan bahwa bahkan jika rencana nasional saat ini sepenuhnya dilaksanakan, dunia sedang menuju pemanasan global 2,7C, dengan konsekuensi bencana yang besar.
Bagaimana dengan pemimpin COP 26 Indonesia ? tampaknya Indonesia harus menunjukkan ketegasanya dalam menjalankan agenda yang telah disepakati dan penting bagi Indonesia, seperti pemulihan hutan, pembatasan penggunaan energi kotor dan menekan polusi. Akan ada hambatan dari penghasil dan konsumen batubara serta peternakan dan perkebunan besar yang akan meminta relaksasi atau kemudahan dan tetap ingin mempertahankan energi kotor dan emisi buangan mereka demi pertumbuhan ekonomi. Mereka telah mengajukan tawaran itu lewat UU Cipta Kerja.
Pemulihan lingkungan atau perang terhadap perubahan iklim mudah bagi Indonesia, mengapa? Indonesia adalah gudangnya energi hijau, Indonesia memiliki cadangan geothermal terbesar di dunia, sumber energi surya, dan energi lainya dari sampah tumbuhan.
Dalam hal ini Indonesia dapat berbagi dengan yang lain. Selain itu Indonesia memiliki cadangan hutan tropis terluas di dunia yang akan sangat berguna bagi bagi tindakan pendanaan apapun secara global. Memang banyak yang menakut nakuti presiden, namun kita tau apa maksud mereka.
Kepemimpinan Indonesia dapat ditunjukkan oleh kecepatan menjalankan transisi energi, tanpa terperdaya oleh logika formal bahwa negara berkembang tidak bisa lebih cepat melakukan transformasi, karena ekonomi dan industrinya belum hebat, belum besar.
Mengapa harus mengambil logika bahwa kemajuan ekonomi harus ditentukan oleh seberapa hebat merusak lingkungan? Itu memalukan sekali. Indonesia dapat menggunakan logika terbalik dari itu dengan sumber daya yang ada, dengan kekuatan alam dan dukungan masyarakat Indonesia dapat menjadi contoh, memimpin dan menjadi contoh.
Peta jalan menuju zero emisi dapat lebih cepat dari komitmen dunia. Tentu saja akan menjadi prestasi bagi kepemimpinan Jokowi juga. Indonesia akan menjadi contoh bahwa perubahan itu tidak bisa datang dari ngeyel- ngeyelan antarnegara, tapi datang dari contoh dan suri tauladan yang baik dan dapat dilakukan lebih cepat.
Jokowi Dapat Buktikan Kepemimpinannya
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kesepakatan sebelumnya merupakan sinyal bagus untuk COP26, tetapi Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengisyaratkan dia ingin melihat lebih banyak ambisi.
Tidak diragukan lagi bahwa Kanada, bersama dengan sejumlah negara lain, akan menyukai bahasa yang lebih kuat dan komitmen yang lebih kuat dalam memerangi perubahan iklim daripada yang lain (Reuters.com).
Memang China sebagai penghasil CO2 terbesar di dunia, telah menetapkan target tanggal 2060. Pencemar besar lainnya seperti India dan Rusia juga belum berkomitmen pada tanggal target 2050. Mereka mengulur waktu terlalu lama. Padahal Pakar PBB mengatakan bahwa bahkan jika rencana nasional saat ini sepenuhnya dilaksanakan, dunia sedang menuju pemanasan global 2,7C, dengan konsekuensi bencana yang besar.
Bagaimana dengan pemimpin COP 26 Indonesia ? tampaknya Indonesia harus menunjukkan ketegasanya dalam menjalankan agenda yang telah disepakati dan penting bagi Indonesia, seperti pemulihan hutan, pembatasan penggunaan energi kotor dan menekan polusi. Akan ada hambatan dari penghasil dan konsumen batubara serta peternakan dan perkebunan besar yang akan meminta relaksasi atau kemudahan dan tetap ingin mempertahankan energi kotor dan emisi buangan mereka demi pertumbuhan ekonomi. Mereka telah mengajukan tawaran itu lewat UU Cipta Kerja.
Pemulihan lingkungan atau perang terhadap perubahan iklim mudah bagi Indonesia, mengapa? Indonesia adalah gudangnya energi hijau, Indonesia memiliki cadangan geothermal terbesar di dunia, sumber energi surya, dan energi lainya dari sampah tumbuhan.
Dalam hal ini Indonesia dapat berbagi dengan yang lain. Selain itu Indonesia memiliki cadangan hutan tropis terluas di dunia yang akan sangat berguna bagi bagi tindakan pendanaan apapun secara global. Memang banyak yang menakut nakuti presiden, namun kita tau apa maksud mereka.
Kepemimpinan Indonesia dapat ditunjukkan oleh kecepatan menjalankan transisi energi, tanpa terperdaya oleh logika formal bahwa negara berkembang tidak bisa lebih cepat melakukan transformasi, karena ekonomi dan industrinya belum hebat, belum besar.
Mengapa harus mengambil logika bahwa kemajuan ekonomi harus ditentukan oleh seberapa hebat merusak lingkungan? Itu memalukan sekali. Indonesia dapat menggunakan logika terbalik dari itu dengan sumber daya yang ada, dengan kekuatan alam dan dukungan masyarakat Indonesia dapat menjadi contoh, memimpin dan menjadi contoh.
Peta jalan menuju zero emisi dapat lebih cepat dari komitmen dunia. Tentu saja akan menjadi prestasi bagi kepemimpinan Jokowi juga. Indonesia akan menjadi contoh bahwa perubahan itu tidak bisa datang dari ngeyel- ngeyelan antarnegara, tapi datang dari contoh dan suri tauladan yang baik dan dapat dilakukan lebih cepat.