Puisi Berdoa dan Doa Berpuisi
loading...
A
A
A
baca juga: Rekomendasi Buku untuk Belajar Alam Semesta, dari Sudut Sains hingga Agama
Kita menjenguk puisi berjudul “Kecantikan Belum Selesai” digubah pada 2003. Joko Pinurbo turut mengekalkan cantik dalam puisi-puisi. Dulu, suasana dan pengisahan berbeda: Sudah selesai. Sudah kucoba warna./ Sekarang bersiaplah kau di ruang ganti busana./ Belum. Belum selesai. Beri aku sentuhan terakhir/ pada rambut, mata, dan bibir agar melihatku/ adalah melihat kecantikan yang belum selesai. Pada 2021, kecantikan belum selesai. Orang-orang mengalami wabah tapi raihan dan imajinasi kecantikan justru berada dalam tatapan mata di gawai. Kecantikan makin heboh bagi orang-orang memberi mata untuk industri hiburan Korea Selatan. Cantik justru tema terbesar saat hiburan itu “wajib” selama wabah ketimbang kalah.
Pada akhir 2001, kita berharapan wabah berakhir. Kita tak pernah berakhir membaca puisi-puisi. Di kenikmatan membaca puisi, kita berdoa. Kemauan berdoa tak melupa membuat kita tertawa. Hari-hari terlalu susah tapi Joko Pinurbo memberi “salam” dan “selamat” kepada pembaca agar tak terlalu nestapa. Puisi-puisi itu bersama kita, mengalami hari-hari sudah jenuh wabah. Kita pun rajin mengucap dan memberi “amin”. Begitu.
Judul : Kabar Sukacinta
Penulis : Joko Pinurbo
Penerbit : Kanisius
Cetak : 2021
Tebal : 80 halaman
ISBN : 978 979 21 7094 8
Kita menjenguk puisi berjudul “Kecantikan Belum Selesai” digubah pada 2003. Joko Pinurbo turut mengekalkan cantik dalam puisi-puisi. Dulu, suasana dan pengisahan berbeda: Sudah selesai. Sudah kucoba warna./ Sekarang bersiaplah kau di ruang ganti busana./ Belum. Belum selesai. Beri aku sentuhan terakhir/ pada rambut, mata, dan bibir agar melihatku/ adalah melihat kecantikan yang belum selesai. Pada 2021, kecantikan belum selesai. Orang-orang mengalami wabah tapi raihan dan imajinasi kecantikan justru berada dalam tatapan mata di gawai. Kecantikan makin heboh bagi orang-orang memberi mata untuk industri hiburan Korea Selatan. Cantik justru tema terbesar saat hiburan itu “wajib” selama wabah ketimbang kalah.
Pada akhir 2001, kita berharapan wabah berakhir. Kita tak pernah berakhir membaca puisi-puisi. Di kenikmatan membaca puisi, kita berdoa. Kemauan berdoa tak melupa membuat kita tertawa. Hari-hari terlalu susah tapi Joko Pinurbo memberi “salam” dan “selamat” kepada pembaca agar tak terlalu nestapa. Puisi-puisi itu bersama kita, mengalami hari-hari sudah jenuh wabah. Kita pun rajin mengucap dan memberi “amin”. Begitu.
Judul : Kabar Sukacinta
Penulis : Joko Pinurbo
Penerbit : Kanisius
Cetak : 2021
Tebal : 80 halaman
ISBN : 978 979 21 7094 8
(ymn)