Ini Cara agar Ruang Digital Menjadi Ruang Bertumbuh, Bukan Ruang Beracun

Kamis, 28 Oktober 2021 - 08:00 WIB
loading...
A A A
Hal lain yang harus disadari, etika yang berlaku di ruang digital sama dengan di ruang nyata. Sehingga seharusnya, perilaku kita di ruang digital selaras dengan perilaku di ruang nyata atau di keseharian. “ Apa yang ditunjukkan di digital itu menunjukkan pribadi kita bahkan sebagai bangsa,” kata Anita. Oleh karena itu harus ada kesadaran apa yang ditampilkan di digital, itu adalah pribadi kita.

Terkait dengan beretika di dunia digital atau bernetiket baik menurut Anita sangat sederhana. Ia menyatakan ada tiga prinsip bernetiket. Pertama, kita harus selalu menjunjung tinggi prinsip memanusiakan manusia lain. “ Artinya kita perlu memperlakukan orang lain di dunia digital sama dengan kita ingin diperlakukan oleh pengguna internet lainnya,” ucapnya.

Jika berpegang prinsip ini ungkapnya kita akan mampu berempati pada orang lain. “Kita tidak akan ngrendahin orang, maki-maki, nge-bulli orang, kasar dengan orang lain, membajak karya orang agar viral, maksain kehendak sendiri, atau menggunakan konten-konten negatif, “ tuturnya.

Dengan menjalankan prinsip ini, kita menjadi pribadi yang mampu menjaga privasi orang lain, menghormati orang lain. Selain itu kita juga mampu melontarkan kritik berdasar substansi bukan mengumbar kebencian.

Prinsip kedua, jaga diri dan jaga orang lain. Artinya, menurut Anita kita tidak mengumbar hal -hal pribadi yang sebenarnya orang lain tidak perlu tahu. Misalnya data pribadi, masalah pribadi, pembicaraan privat hingga mengumbar data pribadi orang lain. “Jangan sampai terjadi karena doxing itu prilaku sangat jahat, “ katanya. Ia juga menyarankan kita tidak share hal-hal yang belum tentu kebenarannya.

Ketiga perlu sadar akan konsekuensi. Ia menerangkan orang bijak mengetahui bahwa semua tindakan ada dampaknya. “Jadi kalau kita tidak beretika, ada pihak yang dirugikan, ada yang terlukai, tersakiti hingga merusak nama baiknya, “ katanya.

Bahkan menurutnya semakin banyak orang yang tidak beretika, maka ruang digital akan menjadi ruang beracun. Saling menghancurkan dengan yang lain. “Ini akan berdampak pada pandangan dunia internasional terhadap kita sebagai bangsa, “ucapnya.

Ia juga mengingatkan, di ruang digital kita bebas melakukan apa pun, ngomong apa pun, tetapi tidak bebas dari konsekuensi. Salah satu konsekuensi yang ditanggung pengguna menurut Anita adalah konsekuensi sosial.

“Apa yang ditampilkan akan menjadi resume dan CV kita yang dapat orang lain lihat, “ katanya.

Jika tidak mampu mengaturnya, orang akan kehilangan misalnya kesempatan pekerjaan, beasiswa, atau dukungan sosial lantaran aktivitas digital kita yang tidak tepat. Konsekuensi kedua adalah bisa berdampak hukum . “Tindakan di dunia digital juga ada saksi pidana, “ ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1748 seconds (0.1#10.140)