Cara Ganjar Pranowo Cegah Korupsi Pengadaan Obat di RS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Berbagai inovasi dan terobosan dilakukan pemerintah guna percepatan pelayanan publik dan peningkatan kualitas dari layanan jajaran birokrasi. Hal ini juga dilakukan oleh Pemprov Jawa Tengah (Jateng), seperti dikatakan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo .
Baca Juga: Ganjar Pranowo
Baca juga: Pilpres 2024, PAN Akui Ganjar Pranowo Punya Potensi
Salah satu yang dilakukan adalah inovasi di bidang kesehatan. Hal ini dilakukan oleh RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Banyumas, Purwokerto Jawa Tengah melalui inovasi "Mangan Mendoane Rini".
Untuk diketahui "Mangan Mendoane Rini" merupakan akronim pengembagan sistem pengelolaan sediaan farmasi obat/alat habis pakai terintegrasi rekam medik elektronik. Temuan inovasi ini bertujuan untuk menghilangkan praktik kolusi dan korupsi pengadaan obat.
Aplikasi 'Mangan Mendoane Rini' (Pengembangan Sistem Pengelolaan Sediaan Farmasi: Obat/Alat Habis Pakai Terintegrasi Rekam Medis Elektronik) merupakan sistem yang membuat manajemen rumah sakit bisa berhemat miliaran rupiah dan mengalihkan anggaran untuk pelayanan pasien.
Menurut Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Dr Margono Soekarjo Purwokerto, Yunita Dyah Suminar mengatakan RSUD Dr Margono Soekarjo merupakan rumah sakit yang sangat dipercaya warga Purwokerto. Tingkat kunjungan pasiennya sangat tinggi.
Rata-rata perhari bisa mencapai 963 pasien. Sekitar 80% didominasi oleh pasien yang menjalani pengobatan rawat jalan. Sementara sisanya masing-masing pasien rawat inap dan UGD.
Tingginya kunjungan pasien tentunya berpengaruh pada tingginya logistik yang harus dikeluarkan rumah sakit, yakni keluarnya resep obat atau alat habis pakai (AHP). Tiap harinya, RS ini mengeluarkan 6.454 resep dengan proporsi 37% dari total anggaran rumah sakit.
Kebutuhan itu dimanfaatkan oleh sejumlah oknum internal rumah sakit untuk melakukan praktik kolusi dengan pemasok obat. Lalu terjadilah inefisiensi biaya pengadaan obat akibat adanya over stock, perencanaan obat dan AHP tidak sesuai kebutuhan rumah sakit, kehilangan fisik obat dan expired, ketidakuratan pencatatan sehingga terjadi selisih inventory obat dan persoalan-persoalan lainnya.
Hal itulah yang membuat RSUD Dr Margono Soekarjo membangun sistem Mangan Mendoane Rini. "Celah (dugaan kolusi) bisa saja internal rumah sakit yang didukung oleh penyedia obat. Karena ada yang diskonnya sampai 60%. Itu baru obat, belum lagi alat habis pakai (AHP)," ujarnya.
Yunita menjelaskan, ketika sistem tersebut belum hadir, selalu saja di temukan banyak obat yang tak terserap. Jumlahnya, sekitar 0,15 persen obat kedaluwarsa. Adapun, setiap hari ada sekitar 6.554 resep obat. Melalui sistem ini, ketersediaan obat dan alat habis pakai bisa dipantau secara real time.
Inovasi sistem 'Mangan Mendoane Rini' ini dipilih oleh Kementerian Dalam Negeri untuk dimuat dalam buku 'Pengalaman Praktik Terbaik Otonomi Daerah Di Indonesia 2021'. Buku itu dapat dijadikan acuan bagi daerah lain yang ingin mereplikasi.
Lihat Juga: Prabowo Ajukan RUU Perampasan Aset Masuk Prolegnas, Pengamat: Bukti Serius Lawan Korupsi
Baca Juga: Ganjar Pranowo
Baca juga: Pilpres 2024, PAN Akui Ganjar Pranowo Punya Potensi
Salah satu yang dilakukan adalah inovasi di bidang kesehatan. Hal ini dilakukan oleh RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Banyumas, Purwokerto Jawa Tengah melalui inovasi "Mangan Mendoane Rini".
Untuk diketahui "Mangan Mendoane Rini" merupakan akronim pengembagan sistem pengelolaan sediaan farmasi obat/alat habis pakai terintegrasi rekam medik elektronik. Temuan inovasi ini bertujuan untuk menghilangkan praktik kolusi dan korupsi pengadaan obat.
Aplikasi 'Mangan Mendoane Rini' (Pengembangan Sistem Pengelolaan Sediaan Farmasi: Obat/Alat Habis Pakai Terintegrasi Rekam Medis Elektronik) merupakan sistem yang membuat manajemen rumah sakit bisa berhemat miliaran rupiah dan mengalihkan anggaran untuk pelayanan pasien.
Menurut Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Dr Margono Soekarjo Purwokerto, Yunita Dyah Suminar mengatakan RSUD Dr Margono Soekarjo merupakan rumah sakit yang sangat dipercaya warga Purwokerto. Tingkat kunjungan pasiennya sangat tinggi.
Rata-rata perhari bisa mencapai 963 pasien. Sekitar 80% didominasi oleh pasien yang menjalani pengobatan rawat jalan. Sementara sisanya masing-masing pasien rawat inap dan UGD.
Tingginya kunjungan pasien tentunya berpengaruh pada tingginya logistik yang harus dikeluarkan rumah sakit, yakni keluarnya resep obat atau alat habis pakai (AHP). Tiap harinya, RS ini mengeluarkan 6.454 resep dengan proporsi 37% dari total anggaran rumah sakit.
Kebutuhan itu dimanfaatkan oleh sejumlah oknum internal rumah sakit untuk melakukan praktik kolusi dengan pemasok obat. Lalu terjadilah inefisiensi biaya pengadaan obat akibat adanya over stock, perencanaan obat dan AHP tidak sesuai kebutuhan rumah sakit, kehilangan fisik obat dan expired, ketidakuratan pencatatan sehingga terjadi selisih inventory obat dan persoalan-persoalan lainnya.
Hal itulah yang membuat RSUD Dr Margono Soekarjo membangun sistem Mangan Mendoane Rini. "Celah (dugaan kolusi) bisa saja internal rumah sakit yang didukung oleh penyedia obat. Karena ada yang diskonnya sampai 60%. Itu baru obat, belum lagi alat habis pakai (AHP)," ujarnya.
Yunita menjelaskan, ketika sistem tersebut belum hadir, selalu saja di temukan banyak obat yang tak terserap. Jumlahnya, sekitar 0,15 persen obat kedaluwarsa. Adapun, setiap hari ada sekitar 6.554 resep obat. Melalui sistem ini, ketersediaan obat dan alat habis pakai bisa dipantau secara real time.
Inovasi sistem 'Mangan Mendoane Rini' ini dipilih oleh Kementerian Dalam Negeri untuk dimuat dalam buku 'Pengalaman Praktik Terbaik Otonomi Daerah Di Indonesia 2021'. Buku itu dapat dijadikan acuan bagi daerah lain yang ingin mereplikasi.
Lihat Juga: Prabowo Ajukan RUU Perampasan Aset Masuk Prolegnas, Pengamat: Bukti Serius Lawan Korupsi
(maf)