NU Ungkap Cara Memasyarakatkan Ekonomi Syariah di Kalangan Santri

Jum'at, 22 Oktober 2021 - 17:41 WIB
loading...
NU Ungkap Cara Memasyarakatkan...
Kepala Badan Pengelolaan Investasi dan Dana Sosial IPB dan juga Lembaga Perekonomian NU Jaenal Effendi lam diskusi publik Peran Santri dan Pesantren dalam Membangun Ekonomi Nasional disiarkan pada kanal YouTube Partai Perindo, Jumat (22/10/2021).. Foto/MP
A A A
JAKARTA - Hari Santri Nasional jatuh tepat pada hari ini, Jumat (22/10/2021). Bertepatan dengan itu Partai Perindo membuka diskusi bertajuk ‘Peran Santri dan Pesantren dalam Membangun Ekonomi Nasional’.

Pada salah satu kesempatan, Kepala Badan Pengelolaan Investasi dan Dana Sosial IPB dan juga Lembaga Perekonomian NU Jaenal Effendi mengungkapkan cara memasyarakatkan ekonomi syariah. Selain diperlukan bersinergi dengan Kementerian Agama, Effendi mengatakan hal tersebut akan diwujudkan lewat pengajaran ekonomi sejak dalam pesantren.

“Tentu sudah harus mulai bersinergi melalui Kementerian Agama. Selain itu, Kita terbiasa di pesantren juga belajar muamalah, itu ekonomi,” ujar Effendi dalam diskusi publik Peran Santri dan Pesantren dalam Membangun Ekonomi Nasional disiarkan pada kanal YouTube Partai Perindo, Jumat (22/10/2021).

Effendi menjelaskan bahwa dalam pesantren-pesantren para santri akan diajari ekonomi dengan kitab-kitab terkenal dalam ekonomi syariah. Kitab itulah, kata Effendi, yang nantinya akan dikaji untuk menjalankan tindakan ekonomi.

“Kita terkenal dalam ekonomi syariah itu adalah Al-Muwafaqaat fi Usool punyanya Al-Shatibi, terus kemudian Ihya Ulumuddin punyanya Imam Al-Ghazali itu adalah kitab wajib terutama Ihya Ulumuddin, yang kita kaji di pesantren untuk perekonomian,” terangnya.

“Jadi kita mengkaji kitab wajib itu adalah dari rujukan terkemuka untuk ekonomi Islam,” sambungnya.

Selain dua kitab terkemuka tersebut, Effendi juga mengatakan terdapat kitab-kitab lain yang menjadi dasar ajaran pada santri. Kitab tersebut juga berbicara tentang Mudharabah dan Musyarakah.

“Selain itu, kitab-kitab yang lain bicara Mudharabah, bicara Musyarakah bicara salam dan lain sebagainya itu sudah ada. Tinggal nanti diformulasikan sedemikian rupa sehingga ketika santri keluar dari pesantren sudah memenuhi kebutuhan industri,” tutupnya.
(kri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2043 seconds (0.1#10.140)