Gandeng FK UI, Kemendes PDTT Kirim Dokter Muda ke Pelosok Desa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketersediaan tenaga kesehatan (Nakes) menjadi salah satu masalah pokok dalam layanan kesehatan di tingkat desa. Menjawab persoalan tersebut, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDTT) menggandeng Universitas Indonesia (UI) untuk mengirimkan dokter muda ke berbagai pelosok desa.
“Kami mempunyai data SDGs Desa yang memetakan wilayah-wilayah yang mengalami kekurangan tenaga kesehatan. Kami sangat berterima kasih atas kesediaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk bekerja sama dalam meningkatkan layanan Kesehatan di level desa,” ujar Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar saat menerima kunjungan Dekan Fakultas Kedokteran UI Prof Ari Fahrial Syam, di Kantor Kemendes PDTT, Kalibata, Jakarta, Rabu (22/9/2021).
Abdul Halim mengatakan desa sehat dan sejahtera merupakan tujuan ketiga dari SDGs Desa. Menurutnya kesejahteraan warga desa tidak akan bisa dicapai tanpa kesehatan. Dalam upaya mencapai kesehatan warga tersebut maka harus ada kemudahan akses terhadap layanan kesehatan baik dari sisi ketersediaan tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan. “Hasil riset kesehatan dasar, proporsi rumah tangga yang mengalami kesulitan akses kesehatan masih relatif tinggi yakni di kisaran 62,9%, yang terbagi kategori sulit 36,9% dan kategori sangat sulit 26%,” ujarnya.
Gus Menteri, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar menilai kerja sama dengan perguruan tinggi seperti dengan FK Universitas Indonesia sangat dibutuhkan dalam mempercepat pencapaian SDGs Desa. Menurutnya akan ada banyak hal yang bisa dikerja samakan Kemendes PDTT dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia. "Menarik, tentu kita sangat berterima kasih dan ini sangat menggembirakan, kita bayangkan banyak hal yang bisa kita kerja samakan," katanya.
Gus Menteri menjelaskan skema kerja sama yang akan dijajaki dengan FKUI tersebut yaitu FKUI menyiapkan dokter-dokternya sedangkan Kemendes PDTT menyiapkan datanya, desa mana saja yang membutuhkan tenaga kesehatan sebagaimana data SDGs Desa. "Bayangan saya begini 2022 UI menyiapkan sekian dokter, kita punya peta juga kita punya datanya di mana saja, karena APBDES juga disiapkan," katanya.
Sementara itu Ari Fahrial mengungkapkan UI rutin menghasilkan kurang lebih 230 dokter muda atau yang disebut dokter internship setiap tahunnya. Selama ini mereka diterjunkan ke beberapa puskesmas untuk mengikuti pendidikan profesi. “Internship yang dimaksud adalah program magang atau praktik bagi dokter muda yang sudah menyelesaikan koas, biasanya praktik dilakukan di rumah sakit yang mendapatkan Surat Izin Praktik (SIP) seperti Rumah Sakit tipe C dalam kurun waktu 1 tahun,” katanya.
Masalahnya, kata Ari Fahrial banyak rumah sakit yang tidak memanfaatkan keberadaan para dokter ini dengan maksimal. Mereka masih dianggap belum sepenuhnya dokter sehingga hanya membantu administrasi rumah sakit tempat mereka praktik. “Mayoritas keberadaan dokter internship tidak dimanfaatkan secara maksimal sesuai disiplin keilmuan yang dimiliki, tentu ini sayang sekali,” katanya.
Ari Fahrial menilai dokter-dokter muda itu akan lebih bermanfaat apabila diterjunkam ke desa-desa di Indonesia untuk ikut terlibat membangun desa khususnya di sektor kesehatannya. "Tentu dengan dokter-dokter muda dan handal dan berkualitas dari FKUI bisa membantu masyarakat kita, dan mudah-mudahan dengan kerja sama ini ke depan banyak membantu dan melakukan banyak hal untuk membantu dan membangun desa," pungkasnya.
“Kami mempunyai data SDGs Desa yang memetakan wilayah-wilayah yang mengalami kekurangan tenaga kesehatan. Kami sangat berterima kasih atas kesediaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk bekerja sama dalam meningkatkan layanan Kesehatan di level desa,” ujar Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar saat menerima kunjungan Dekan Fakultas Kedokteran UI Prof Ari Fahrial Syam, di Kantor Kemendes PDTT, Kalibata, Jakarta, Rabu (22/9/2021).
Abdul Halim mengatakan desa sehat dan sejahtera merupakan tujuan ketiga dari SDGs Desa. Menurutnya kesejahteraan warga desa tidak akan bisa dicapai tanpa kesehatan. Dalam upaya mencapai kesehatan warga tersebut maka harus ada kemudahan akses terhadap layanan kesehatan baik dari sisi ketersediaan tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan. “Hasil riset kesehatan dasar, proporsi rumah tangga yang mengalami kesulitan akses kesehatan masih relatif tinggi yakni di kisaran 62,9%, yang terbagi kategori sulit 36,9% dan kategori sangat sulit 26%,” ujarnya.
Gus Menteri, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar menilai kerja sama dengan perguruan tinggi seperti dengan FK Universitas Indonesia sangat dibutuhkan dalam mempercepat pencapaian SDGs Desa. Menurutnya akan ada banyak hal yang bisa dikerja samakan Kemendes PDTT dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia. "Menarik, tentu kita sangat berterima kasih dan ini sangat menggembirakan, kita bayangkan banyak hal yang bisa kita kerja samakan," katanya.
Gus Menteri menjelaskan skema kerja sama yang akan dijajaki dengan FKUI tersebut yaitu FKUI menyiapkan dokter-dokternya sedangkan Kemendes PDTT menyiapkan datanya, desa mana saja yang membutuhkan tenaga kesehatan sebagaimana data SDGs Desa. "Bayangan saya begini 2022 UI menyiapkan sekian dokter, kita punya peta juga kita punya datanya di mana saja, karena APBDES juga disiapkan," katanya.
Sementara itu Ari Fahrial mengungkapkan UI rutin menghasilkan kurang lebih 230 dokter muda atau yang disebut dokter internship setiap tahunnya. Selama ini mereka diterjunkan ke beberapa puskesmas untuk mengikuti pendidikan profesi. “Internship yang dimaksud adalah program magang atau praktik bagi dokter muda yang sudah menyelesaikan koas, biasanya praktik dilakukan di rumah sakit yang mendapatkan Surat Izin Praktik (SIP) seperti Rumah Sakit tipe C dalam kurun waktu 1 tahun,” katanya.
Masalahnya, kata Ari Fahrial banyak rumah sakit yang tidak memanfaatkan keberadaan para dokter ini dengan maksimal. Mereka masih dianggap belum sepenuhnya dokter sehingga hanya membantu administrasi rumah sakit tempat mereka praktik. “Mayoritas keberadaan dokter internship tidak dimanfaatkan secara maksimal sesuai disiplin keilmuan yang dimiliki, tentu ini sayang sekali,” katanya.
Ari Fahrial menilai dokter-dokter muda itu akan lebih bermanfaat apabila diterjunkam ke desa-desa di Indonesia untuk ikut terlibat membangun desa khususnya di sektor kesehatannya. "Tentu dengan dokter-dokter muda dan handal dan berkualitas dari FKUI bisa membantu masyarakat kita, dan mudah-mudahan dengan kerja sama ini ke depan banyak membantu dan melakukan banyak hal untuk membantu dan membangun desa," pungkasnya.
(cip)