Letjen TNI Rais Abin, Panglima Perdamaian yang Berhasil Pertemukan Pemimpin Mesir-Israel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat, 15 Agustus 1926, Rais Abin kecil bersekolah di Schakelschool (Sekolah Rakyat, sederajat sekolah dasar) dan lulus pada usia 14 tahun.
Baca Juga: Rais Abin
Dikutip dari Wikipedia, meski lulus ujian masuk sekolah, ayahnya tidak punya cukup uang untuk membayar uang sekolah dan malah menyekolahkannya di sekolah menengah pertama pertanian Landbouwschool di Sukabumi.
Baca juga: 850 Prajurit TNI Ditugaskan sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Afrika Tengah
Rais kemudian naik kapal feri dari Pelabuhan Teluk Bayur menuju Sukabumi bersama sepupunya, Mishar. Selama studinya di sekolah, ayahnya meninggal pada tahun 1942, dan dia tidak memiliki kesempatan untuk menjenguk mendiang ayahnya.
Dia kemudian lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1943 dan ditempatkan sebagai asisten pengawas di perkebunan karet Cikumpay, di Purwakarta.
Dalam karier militernya, Rais Abin bergabung dengan Pemuda Sosialis Indonesia. Ia berangkat ke Jogjakarta pada September 1945 setelah direkomendasikan oleh seorang pekerja kereta api bersenjata.
Setelah itu, ia lulus dengan pangkat sersan kader pada tahun 1946 dan diangkat sebagai intel untuk operasi penyelundupan senjata melalui blokade Belanda dan dikirim ke Tegal. Rais kemudian dikirim ke Palembang untuk menemui Adnan Kapau Gani, Gubernur Militer Sumatera Selatan yang menyiapkan logistik untuk operasi intelijennya.
Tak lama kemudian, Rais dipromosikan menjadi letnan dua dan dia dikirim ke Singapura untuk menyelundupkan senjata. Rais ditempatkan di divisi 1, dengan Jenderal Sudirman sebagai komandannya.
Ia juga belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia pada tahun 1952, meskipun ia kemudian keluar dua tahun kemudian untuk mengejar karier militer. Ia kemudian kuliah di Sekolah Staf Umum dan Komando Angkatan Darat Indonesia selama dua tahun hingga ia lulus pada tahun 1956 dengan pangkat mayor.
Baca Juga: Rais Abin
Dikutip dari Wikipedia, meski lulus ujian masuk sekolah, ayahnya tidak punya cukup uang untuk membayar uang sekolah dan malah menyekolahkannya di sekolah menengah pertama pertanian Landbouwschool di Sukabumi.
Baca juga: 850 Prajurit TNI Ditugaskan sebagai Pasukan Perdamaian PBB di Afrika Tengah
Rais kemudian naik kapal feri dari Pelabuhan Teluk Bayur menuju Sukabumi bersama sepupunya, Mishar. Selama studinya di sekolah, ayahnya meninggal pada tahun 1942, dan dia tidak memiliki kesempatan untuk menjenguk mendiang ayahnya.
Dia kemudian lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1943 dan ditempatkan sebagai asisten pengawas di perkebunan karet Cikumpay, di Purwakarta.
Dalam karier militernya, Rais Abin bergabung dengan Pemuda Sosialis Indonesia. Ia berangkat ke Jogjakarta pada September 1945 setelah direkomendasikan oleh seorang pekerja kereta api bersenjata.
Setelah itu, ia lulus dengan pangkat sersan kader pada tahun 1946 dan diangkat sebagai intel untuk operasi penyelundupan senjata melalui blokade Belanda dan dikirim ke Tegal. Rais kemudian dikirim ke Palembang untuk menemui Adnan Kapau Gani, Gubernur Militer Sumatera Selatan yang menyiapkan logistik untuk operasi intelijennya.
Tak lama kemudian, Rais dipromosikan menjadi letnan dua dan dia dikirim ke Singapura untuk menyelundupkan senjata. Rais ditempatkan di divisi 1, dengan Jenderal Sudirman sebagai komandannya.
Ia juga belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia pada tahun 1952, meskipun ia kemudian keluar dua tahun kemudian untuk mengejar karier militer. Ia kemudian kuliah di Sekolah Staf Umum dan Komando Angkatan Darat Indonesia selama dua tahun hingga ia lulus pada tahun 1956 dengan pangkat mayor.