Kisah Jenderal Kostrad Lulusan Belanda yang Singkirkan 3 Senior Jadi Kasad
loading...
A
A
A
“Kamu nanti menggantikan Poniman sebagai Kasad. Pelantikan oleh Presiden akan dilakukan dua hari lagi di Isana Negara,” kata Jusuf sebagaimana terdapat dalam buku tersebut dikutip Senin (13/9/2021).
Di tengah rasa terkejut dan tidak percaya, Rudini menjawab singkat. “Siap, Pak,” kata dia.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto” mengisahkan, rencana pergantian Poniman sebelumnya juga didengar Ibu Negara, Tien Soeharto.
Dalam sebuah makan malam di Jalan Cendana, Bu Tien berharap Pangdam Udayana Mayjen Dading Kalbuadi yang akan menjabat Kasad. Dia mengutarakan hal itu kepada Pak Harto.
“Itu lho Pak, sing apik iku (yang bagus itu) Pangdam Bali Pak Dading. Tinggi, gagah dan ganteng Pak. Cocok itu, sebaiknya dia yang jadi Kasad Pak,” kata Bu Tien, ditirukan Prabowo. Makan malam keluarga itu memang hanya tiga orang. Pak Harto, Bu Tien, dan Prabowo.
Pak Harto hanya tersenyum mendengar ucapan istrinya. Pada makan malam berikutnya Bu Tien kembali menanyakan hal sama. Dia kembali berharap Dading Kalbuadi yang dipilih.
Sama seperti sebelumnya, Pak Harto hanya tersenyum. “Masih digodok,” ujar Presiden kelahiran Kemusuk, DIY itu.
Beberapa hari setelahnya, media massa ramai memberitakan Kasad telah terpilih. Sosok itu tak lain Rudini. Dalam sebuah makan malam yang kembali dihadiri Prabowo, Bu Tien tampak kecewa. “Bapak (Soeharto) itu enggak mau dengar saran Ibu,” kata Bu Tien pada Prabowo.
Profil Jenderal TNI Rudini
Lahir di Malang pada 15 Desember 1929, Rudini sempat kuliah di Jakarta selepas SMA. Orang tuanya menginginkan dia menjadi dokter. Di sisi lain, Rudini sesungguhnya sangat ingin menjadi tentara.
Dia sempat mendaftar sebagai prajurit TNI AU namun tak diterima karena tinggi badannya tak memenuhi syarat. Pada Agustus 1951 dia mendengar TNI AD membuka pendaftaran untuk pendidikan di Akademi Militer Kerajaan di Breda, Belanda.
Di tengah rasa terkejut dan tidak percaya, Rudini menjawab singkat. “Siap, Pak,” kata dia.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam buku biografinya berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto” mengisahkan, rencana pergantian Poniman sebelumnya juga didengar Ibu Negara, Tien Soeharto.
Dalam sebuah makan malam di Jalan Cendana, Bu Tien berharap Pangdam Udayana Mayjen Dading Kalbuadi yang akan menjabat Kasad. Dia mengutarakan hal itu kepada Pak Harto.
“Itu lho Pak, sing apik iku (yang bagus itu) Pangdam Bali Pak Dading. Tinggi, gagah dan ganteng Pak. Cocok itu, sebaiknya dia yang jadi Kasad Pak,” kata Bu Tien, ditirukan Prabowo. Makan malam keluarga itu memang hanya tiga orang. Pak Harto, Bu Tien, dan Prabowo.
Pak Harto hanya tersenyum mendengar ucapan istrinya. Pada makan malam berikutnya Bu Tien kembali menanyakan hal sama. Dia kembali berharap Dading Kalbuadi yang dipilih.
Sama seperti sebelumnya, Pak Harto hanya tersenyum. “Masih digodok,” ujar Presiden kelahiran Kemusuk, DIY itu.
Beberapa hari setelahnya, media massa ramai memberitakan Kasad telah terpilih. Sosok itu tak lain Rudini. Dalam sebuah makan malam yang kembali dihadiri Prabowo, Bu Tien tampak kecewa. “Bapak (Soeharto) itu enggak mau dengar saran Ibu,” kata Bu Tien pada Prabowo.
Profil Jenderal TNI Rudini
Lahir di Malang pada 15 Desember 1929, Rudini sempat kuliah di Jakarta selepas SMA. Orang tuanya menginginkan dia menjadi dokter. Di sisi lain, Rudini sesungguhnya sangat ingin menjadi tentara.
Dia sempat mendaftar sebagai prajurit TNI AU namun tak diterima karena tinggi badannya tak memenuhi syarat. Pada Agustus 1951 dia mendengar TNI AD membuka pendaftaran untuk pendidikan di Akademi Militer Kerajaan di Breda, Belanda.