AHY Desak Pemerintah Segera Atasi Ketidakadilan Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY ) meminta pemerintah untuk segera mengatasi persoalan ketidakadilan (in-justice) ekonomi di masa pandemi Covid-19.
"Kita harus punya daya tahan dan survive yang baik. Jangan sampai menjadi negara yang gagal. Kunci dari keberhasilan adalah adaptasi. Apalagi saat ini tatanan dunia semakin kompleks dan penuh ketidakpastian," ujar AHY saat memberikan pidato dalam webminar The 4th Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegians in Japan (ASSIGN) Indonesian outlook: The prospect of Indonesia toward Society 5.0 in succeeding Indonesia Golden Era 2045 yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang, Minggu (5/9/2021).
Ia menyebutkan pada 2045-2050 populasi dunia diperkirakan mencapai 10 miliar jiwa. Dampaknya adalah kompetisi antar bangsa memperebutkan energi, pangan, dan air bersih, serta sumber daya alam lainnya semakin sengit. Hal ini beriringan dengan krisis lingkungan hidup Global warming.
"Penggunaan teknologi informasi, kognitif science, nano dan bio teknologi. Smartphone membuat layanan semakin cepat, konsep smart home, smart office, smart economic, smart city, smart school, smart hospital, smart trasnportation. Ini semua akan menuju super smart society atau Society 5.0," jelas AHY.
Baca juga: Elektabilitas Naik, Demokrat: Rakyat Melihat Kami Tak Tergoda Kekuasan
Dengan masih rendah dan timpangnya pendidikan sumber daya manusia beserta fasilitas pendukungnya seperti internet di berbagai pelosok Indonesia, hal ini kata AHY bisa menjadi persoalan bagi bangsa ini kedepannya.
"Dengan semakin tingginya peradaban manusia. Maka akan semakin tinggi ketimpangan yang menyebabkan rasa ketidakadilan. In justice yang menjadi sumber berbagai bermasalah. Bisa menganggu kerukunan antar anak bangsa," tambahnya.
"Kita harus punya daya tahan dan survive yang baik. Jangan sampai menjadi negara yang gagal. Kunci dari keberhasilan adalah adaptasi. Apalagi saat ini tatanan dunia semakin kompleks dan penuh ketidakpastian," ujar AHY saat memberikan pidato dalam webminar The 4th Annual Scientific Symposium of Indonesian Collegians in Japan (ASSIGN) Indonesian outlook: The prospect of Indonesia toward Society 5.0 in succeeding Indonesia Golden Era 2045 yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang, Minggu (5/9/2021).
Ia menyebutkan pada 2045-2050 populasi dunia diperkirakan mencapai 10 miliar jiwa. Dampaknya adalah kompetisi antar bangsa memperebutkan energi, pangan, dan air bersih, serta sumber daya alam lainnya semakin sengit. Hal ini beriringan dengan krisis lingkungan hidup Global warming.
"Penggunaan teknologi informasi, kognitif science, nano dan bio teknologi. Smartphone membuat layanan semakin cepat, konsep smart home, smart office, smart economic, smart city, smart school, smart hospital, smart trasnportation. Ini semua akan menuju super smart society atau Society 5.0," jelas AHY.
Baca juga: Elektabilitas Naik, Demokrat: Rakyat Melihat Kami Tak Tergoda Kekuasan
Dengan masih rendah dan timpangnya pendidikan sumber daya manusia beserta fasilitas pendukungnya seperti internet di berbagai pelosok Indonesia, hal ini kata AHY bisa menjadi persoalan bagi bangsa ini kedepannya.
"Dengan semakin tingginya peradaban manusia. Maka akan semakin tinggi ketimpangan yang menyebabkan rasa ketidakadilan. In justice yang menjadi sumber berbagai bermasalah. Bisa menganggu kerukunan antar anak bangsa," tambahnya.
(muh)